Selamat Ulang Tahun My Beloved Brother



Hari ini ada yang spesial. Bukan karena saya berubah status dari jomblo jadi menikah. Tidak sama sekali. Tidak juga spesial lantaran hari ini saya berjumpa dengan calon istri saya ( Wirda Mansyur ). Sampai detik ini Allah belum mentakdirkan kami bersua. Saya kadang kasihan sama dia. Sampai saat ini Wirda belum bisa menemukan saya. Ah, kenapa jadi bahas calon istri saya itu sih ? kembali ke pembahasan. Hari yang spesial. Yups. Spesial karena tepat setahun yang lalu, si bungsu dalam keluarga kami, Fahri, lahir dengan selamat. So, hari ini spesial karena Fahri genap berusia satu tahun. 23 Februari.
Kalau boleh jujur, menurut penuturan kedua orang tua, Fahri sama sekali tidak pernah direncanakan. Bahkan Mamak sudah pake KB segala. Namun jika Allah berkehendak, pil KB paling mumpuni pun tak bisa menolak. Dia percaya kepada bapak dan mamak untuk menambah satu anak lagi. Pun Allah percaya kepada saya, Yati, dan Aliya untuk menjadi kakak Fahri. Alhamdulillah ‘ala kulli haal. Saya ingat sekali perbincangan dengan bapak melalui telepon kala memberi kabar bahagia itu. Sebelumnya Aliya yang ngasih tahu, tapi saya belum percaya penuh. “ Kalau gak percaya nih ngomong sama bapak ” tukas Aliya seraya menyerahkan Handphone ke bapak.
“ Benar pak mamak hamil ? ” tanya saya tanpa basa basi.
“ Alhamdulillah ” meski tidak melihat bapak secara langsung saya bisa memastikan beliau berhamdalah sembari tersenyum.
“ Kok gak bilang-bilang bapak mau nambah adek buat kita? ” tanya saya spontan
“ Masak saya harus lapor dulu ke kamu kalau saya mau buat, Izz ? ” Seloroh bapak tertawa.
Iya juga ya. Semua orang tentu ingin memiliki keturunan. Sayang ada segelintir orang yang belum diberi amanah memiliki anak meski sudah menikah bertahun-tahun. Ini membuktikan bahwa kuasa manusia hanya pada ranah proses. Adapun hasil mutlak hak Allah. Gak ada yang bisa protes. Karena itu, dalam setiap usaha, ikhtiar, dan proses yang kita jalani, ikut sertakan lah Allah. Caranya piye ? berdo’a, pasang niat yang baik. Semata-mata lillahi ta’ala. In sya Allah, Dia bersama hamba-hamba-Nya yang ikhlas.
Setahun yang lalu, saya masih ingat jelas. Bapak sakit. Tubuhnya meriang. Badannya hangat namun yang bapak rasakan malah dingin yang menusuk. Meski sudah memakai selimut berlapis-lapis namun masih saja dingin itu terasa. Tumben bapak sakit sampai mengaduh. Biasanya kalau sakit beliau cukup istirahat dan pantang memelas. Namun kali ini berbeda. Mamak dengan kandungan besarnya telaten merawat bapak. Menemani beliau. Aduhai, romantisnya my parents gumamku dalam hati. Besok kalau aku sakit atau istriku ( Wirda Mansyur ) yang sakit, in sya Allah kami akan buat barisan para malaikat tersenyum melihat kemesraan kami. #HayalanJomblo.
Siapa sangka. Saat matahari kembali terbit di ufuk barat keesokan harinya. Saat cahayanya mulai menyusup lewat celah-celah pohon di depan rumah. Saat bapak masih tergolek sakit. Di kepala beliau ada dua koyo pereda pusing. Saat itulah mamak menunjukkan tanda-tanda hendak melahirkan. Saya ingat sekali kala itu mamak bilang.
“ Bapakmu gak mungkin bisa temani saya, Izz. Dia masih sakit. Kamu sekarang yang anter saya ke polindes !! ”. tanpa menunggu detik kedua saya pun mengangguk. Saya tahu ada tugas berat yang sebentar lagi akan saya hadapi. Mendampingi mamak bersalin. Memang saat itu meski bapak sudah agak baikan namun belum bisa keluar rumah jauh-jauh. Beliau masih harus istirahat.
Saat saya dan mamak duduk di polindes. Menunggu bidan yang masih melakukan persalinan di salah satu kamar inap. Sebuah motor Revo Spoke warna biru menghampiri. Tidak salah lagi, itu bapak. Masya Allah beliau datang memakai helm andalan dan koyo yang masih menempel di jidat bagian samping. Mamak geleng-geleng melihat kedatangan bapak. Yang digelengkan hanya tersenyum simpul. Saat aku bertanya apa bapak sehat dan kuat, dengan mantap dan gagahnya bapak menjawab
“ Sehat lah. Ini kamu liat sendiri kan ”
Disaat itulah saya menyadari dahsyatnya cinta. Kalau bukan karena cinta tidak mungkin bapak sampai bisa memaksakan datang seorang diri mengendarai sepeda motor dalam keadaan sakit. Semalaman ia hanya tidur dan lemas. Tapi kini, meski masih pucat namun ada rona semangat di wajahnya yang tergurat memikat. Dahsyatnya cinta. The power of love. You know what the meaning of love ? cinta itu ada setelah menikah. Cinta yang sah. Bukan cinta abal-abal terkamuflase status berlabel pacaran. Naudzubillahi min dzalik.
Kami semua, termasuk mamak tentu berharap persalinan kali ini berjalan normal, persis dengan persalinan-persalinan sebelumnya. seluruh keluarga besar mendampingi mamak kala itu. Jangan tanyakan bapak, saya, dan adik-adik. Juga ada papuq tuan yang datang jauh-jauh dari lombok timur. begitu pula dengan paman dan bibik yang datang secepat kilat dari kota Mataram. Dalam hati saya bersyukur memiliki keluarga yang rukun dan peduli satu sama lain. Alhamdulillah.
Namun takdir Allah berkata lain. Ada sedikit masalah yang tidak bisa diselesaikan oleh bidan. Sore itu juga mamak dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Gerung untuk diberikan tindakan darurat. Awalnya hendak divacum ( proses persalinan dengan bantuan sejenis alat sedot bayi ). Namun kata petugas itu tidak bisa dilakukan. Kondisi mamak dan adik bayi sangat lemah. Terlalu beresiko. Tidak ada cara lain kecuali operasi sesar. Tanpa ba bi bu lagi bapak menyetujui operasi sesar. Saat itu wajah mamak sudah terlihat amat lelah dan kesakitan. Ingin rasanya saya menangis mendengar jeritan mamak. Ya Allah. Betapa besar perjuangan dan pengorbanan seorang ibu melahirkan anak-anak mereka. Jangan jadikan saya sebagai anak durhaka ya Allah. Jangan.
Meski bapak sudah menanda tangani kesediaan operasi namun baru selepas magrib mamak masuk ke ruangan operasi. Dokternya datang terlambat. Setelah beberapa jam di dalam ruangan operasi Alhamdulillah adik bungsu kami lahir dengan selamat. Ia duluan keluar dari ruang operasi, sedangkan mamak masih harus melanjutkan operasi. Bapak dipanggil dan dimintai persetujuan kembali. Pasalnya operasi yang akan dilakukan kali ini tidak ada di surat pernyataan sesar tadi. Ini operasi angkat rahim. Kata dokter kalau tidak diangkat bisa mengganggu kesehatan mamak. Bapak setuju. Kesehatan mamak adalah prioritas.
Saya tidak bisa langsung melihat si bungsu kala itu. Ia dibawa ke ruang khusus perawatan bayi dimana hanya petugas yang boleh masuk. baru pada hari ke 4 saya mendapatkan foto si kecil. Itupun setelah minta tolong bibik Kiki mengendap-endap memoto si bungsu. Senang bukan main saya rasakan. Imut sekali wajahnya. Mirip kakaknya.
Bapak kebingungan memberi nama. Dengan percaya diri saya mengusulkan nama untuk si bungsu, Abdul Hamid Akbar. Lengkap dengan makna filosofis dibaliknya. Tak saya sangka usulan itu di acc oleh bapak. Namun diberi tambahan Fahri di akhirnya. Jadilah nama panjang si bungsu Abdul Hamid Akbar Fahri. Cukup panjang bukan ? sepanjang proses kelahirannya.
Kini Fahri tumbuh sehat dan kuat. Alhamdulillah menurut kabar yang saya terima dari Lombok, saat ini Fahri sudah bisa berjalan. Giginya sudah delapan. Bisa ngomong sedikit demi sedikit. Meski masih kepleset kalau ngomong. Biasalah. Itu style anak kecil. Mau bilang kakak malah jadi tataq, makan jadi mam. Tapi Fahri sangat fasih memanggil mamak dan bapak. Ia juga hoby mendengar murottal al qur’an dan nyanyian islam sebelum tidur. Makannya banyak. Tubuhnya aktif. Sudah bisa diajak becanda dan mengajak orang lain becanda. Sangat menggemaskan.
Kini, Aliya, adik saya yang tengah duduk di bangku kelas 4 SD yang paling dekat dengan Fahri. Kalau Aliya lagi sekolah, Fahri akan uring-uringan. Gak banyak ngomong. Rewel pun tidak. Gak ada teman main. Ia akan duduk menyender di teras sembari memainkan apa saja yang ada di dekatnya. Bahasa kekiniannya “ gabut ”. Tapi demi melihat Aliya pulang sekolah ia akan segera menghambur keluar berteriak histeris kegirangan melihat kakaknya datang. Duhai, dia pasti belum kenal saya. selain Aliya dan Yati kamu juga punya satu kakak, Fahri. Namanya Izzuddin. Kak Yati dan Aliya biasa memanggilnya kak izz. Orangnya ganteng. Sepertimu. Hidungnya mancung. Matanya tajam. Alisnya tebal, gak KW. Hanya saja kulitnya sedikit lebih gelap dibanding kulitmu yang putih bersih. Kamu belum bisa mengenalnya. Dia menemanimu hanya beberapa bulan karena harus berhijrah menuju pulau seberang untuk mengais ilmu. Dia sangat merindukanmu Fahri.
Selamat Ulang Tahun my beloved brother. Abdul Hamid Akbar Fakhri. Semoga engkau dan seluruh adik-adikku tumbuh sehat wal afiat. Diberkahi Allah dan senantiasa menjadi anak yang berbakti pada orang tua. taat pada agama. Dan bermanfaat untuk negara. Aamiinn ya robbal ‘alamin
Isy Karima. Hiduplah dengan mulia.

Jogjakarta, 23 Februari 2016
21:10 WIB

King izzu

Fahri baru berumur beberapa hari

style tidur fahri

Strong juga ini anak

Fahri bersama bapak tercinta, banyak yang bilang "sebeng" mereka mirip




Komentar

Postingan Populer