Sabar, Sholat, Jodoh



Alhamdulillah, hari ini, berkat hidayah dan taufiq-Nya saya kembali bisa menghadiri majelis ilmu. Berbaur dengan ribuan orang berpakaian rapi nan islami, terdiri dari usia yang heterogen. Ada bapak-bapak paruh baya, ibu-ibu,  kakek-nenek, serta para pemuda pemudi. Oiya, satu lagi ding, ada anak-anaknya juga. Para bocah cilik itu terus bermain di bagian pinggir masjid. Secara pribadi saya agak merasa terganggu dengan kebisingan yang mereka buat. Tapi namanya juga anak kecil. Belum tahu apa-apa. Waktu mereka adalah bermain bukan diceramahin. Sebagai lelaki ( yang mulai ) dewasa sekaligus calon bapak masa depan, insya Allah saya menghormati dan memaklumi tingkah bocah-bocah itu. Semoga mereka tumbuh menjadi anak yang berbakti dan berguna di kemudian hari. Aamiinn Ya Robbal ‘Alamin.
Jika dua majelis ilmu sebelumnya berlangsung di komplek kampus UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta, kali ini di kampus saya sendiri, tepatnya di Masjid Kampus UGM. Dalam broadcast message yang saya terima, acara kajian tauhid akan dimulai pukul 08:00 WIB. Tapi saya tidak bisa datang tepat waktu seperti kala di UIN. Karena sebelumnya saya harus menghadiri acara silaturahim angkatan Sastra Arab UGM 2015 di Pro Futsal RRI. Jujur, silaturahimnya sih Cuma kamuflase, acara intinya ya futsal, hehe. Awalnya saya sudah izin untuk tidak ikut futsal minggu ini, namun teman-teman meminta saya terlambat sedikit datang ke tausyiah demi mereka. Ya sudah saya tidak tega menolak. Karena saya tahu bagaimana sakitnya ditolak ( #MulaiBaper... )
Walhasil baru pukul 09:00 saya dan si merah tiba di pelataran parkir sebelah timur Masjid Kampus. Sudah banyak motor yang terparkir. Tidak perlu buang-buang waktu lagi. Langit mendung mengiringi langkah menapaki tanah. Derap jejak terayun mantap. Matahari bersembunyi dibalik kelamnya awan pagi. Ada kemungkinan hujan akan turun hari ini. Untunglah saya sedang tidak mencuci di kos. Jadi gak perlu khawatir. Lagian sudah beberapa hari hujan tak menyapa bumi Jogja.
Benar dugaan saya, i’m late. Kuntu mutaakhir. Saya telat, saudara-saudara. Namun lebih baik telat daripada tidak sama sekali. Langkah saya percepat diiringi tahmid syukur menggema dalam jiwa. Kalau bukan karena hidayah dan taufiq-Mu Ya Rabbi, aku tak mungkin bisa melangkah ke majlis ilmu-Mu yang penuh berkah. Fabiayyi alaa irobbikuma tukazziban ?
Setelah mengisi daftar hadir dan diberi beberapa brosur oleh panitia saya pun menuju ruang utama Masjid Kampus. Tampak sosok KH. Abdullah Gymnastiar sedang duduk di atas kursi di hadapan jama’ah. Di depan ada meja berbentuk persegi panjang. Memang begitu style beliau jika tausyiah. Duduk di atas kursi dan ada meja di hadapan. Kalau KH. Arifin Ilham beda lagi. Beliau lebih senang tausyiah dengan duduk bersila. Adapun Ustad Yusuf Mansyur lebih nyaman jika di panggung ada sofa dengan meja yang lebih rendah dari permukaan sofa. Namun beliau tidak selamanya duduk. Sesekali berdiri. Kadang-kadang duduk. Sebenarnya ini tehnik public speaking. Teknik penguasaan panggung. Orang yang sering bicara di depan umum harus menguasai kompetensi ini.
Aa Gym gak sendirian. Beliau memiliki patner. Saya tahu patner beliau tak lain ialah bupati Kulon Progo. Salah satu kabupaten yang bisa dikatakan masih terbelakang dan tengah merangkak maju dibanding Kota Jogjakarta, Sleman, atau Bantul. Namun seantero Jogja tahu, bupati yang masih muda ini memiliki segudang prestasi dan karya nyata dalam pembangunan. Kini Kulon Progo dibawah kepemimpinan beliau tengah merangkak memperbaiki berbagai sektor penunjang pembangunan. 2019 nanti jika anda ke Jogja bukan Bandara Adi Sucipto dekat kos saya tempat pesawat anda landing. Tapi di Kulon Progo. Sebuah bandara internasional yang lebih luas tengah dibangun disana. Kita doakan semoga pembangunannya berjalan lancar dan mampu memberi manfaat luas bagi masyarakat sekitar. Utamanya penduduk asli Kulon Progo. Amiinn.
Karena datang terlambat otomatis saya tidak bisa mengetahui pasti alur kajian yang sebelumnya sudah disampaikan Aa Gym. Namun, Alhamdulillah, ada beberapa pelajaran yang bisa saya petik dari kajian yang beliau bawakan, diantaranya
SHOLAT
Kita semua tahu bahwa sholat merupakan tiang agama. Tiang itu apa sih ? komponen yang sangat vital dalam kontruksi bangunan. Jika tidak ada tiang maka robohlah sebuah bangunan. Begitupun agama dan sholat. Jika sholat kita tinggalkan maka hancurlah Islam. Sebaliknya, kalau sholat kita bagus, baik kuantitas maupun kualitas, insya Allah agama kita akan semakin kuat. Salah satu penyebab kesusahaan hidup, saudara-saudara, adalah sholat yang belum benar.
Banyak orang yang berat melaksanakan solat. Mereka merasa terbebani dengan kewajiban sholat. Padahal sholatlah yang justru mengurangi beban-beban yang ada pada diri mereka. Mungkin saat ini banyak diantara kita yang melaksanakan sholat lantaran ia merupakan kewajiban. Yang namanya kewajiban kan suka gak suka, ikhlas gak ikhlas ya harus ditunaikan to ? UKT kewajiban bagi mahasiswa. Mau gak mau kami selaku mahasiswa harus membayar UKT tersebut. kalau di Sekolahan istilahnya SPP. Sama aja sih sebenarnya.
Sedangkan orang-orang alim soleh tidak menganggap sholat sebagai kewajiban. Lebih dari itu, mereka menganggap sholat adalah kebutuhan. Subhana Allah. Yang namanya kebutuhan nih, saudara-saudara, gak ada yang kita lakukan tanpa keikhlasan dan kerelaan. Renungkan saat kita makan, saudaraku !. itu kebutuhan to ? kebutuhan pokok malah. Pernah kah anda merasa tidak rela makan ? ngerasa gak ikhlas makan ? Tidak ! kita melakukannya dengan sepenuh hati karena kita tahu ia adalah kebutuhan. Kalau gak makan tubuh jadi lemah, tenaga gak ada, fisik sakit, bahkan bisa mati kelaparan.
Jika sholat kita anggap sebagai kebutuhan maka hati dan raga akan terasa begitu ikhlas kala menggemakan asma Allah seraya menganggkat kedua tangan, takbiratul ihram. Sholat itu kebutuhan kita. Khususnya hati. Kalau sholat kita jelek hati pun jelek. Kalau sholat kita tinggalkan imanpun jadi berkurang. Sebaliknya, saat kita berusaha menjaga sholat, energi keimanan akan datang dengan sendirinya. Nikmat mana lagi yang lebih baik selain nikmat iman dan islam ?
SABAR
Yang namanya hidup, saudaraku yang dimuliakan Allah, gak akan pernah sunyi dari ujian demi ujian. Sebagai orang yang beriman kita harus meyakini bahwa ujian itu datang lantaran Allah sayang sama kita. Saya teringat kutipan yang dibacakan Ustad Arifin Ilham beberapa waktu lalu, idza uhibbu ‘abdii ibtalaytuhu. Jika Aku mencintai hamba-Ku maka Aku akan mengujinya. Subhana Allah.
Semakin besar ujian berarti semakin besar cinta Allah pada kita. Sayangnya kita malah sering menjadikan ujian-ujian itu sebagai excuse, alasan untuk mengeluh. Gagal ini ngeluh, gagal itu protes, saat keinginan tak jadi kenyataan malah galau. Mengeluh itu bukan pekerjaan orang beriman, karena mengeluh adalah simbol ketidak terimaan dengan ketetapan Allah. Ini penyakit yang tengah menjangkiti umat. Kurang sabar. Padahal, Allah jelas-jelas berfirman dalam Al Qur’an wasta’inu bisshobri wassolah. Mintalah pertolongan dengan sabar dan sholat.
Saudara-saudara. Apa sih yang jadi tujuan hidup kita ? apa ? silahkan tanya diri anda. Saya pun bertanya diri saya sendiri. Masih belum ketemu jawaban pasti ? coba kita diskusikan. Tujuan hidup kita apa ? jadi kaya ? lah kekayaan gak dibawa mati. Jadi terkenal karena kebaikan yang kita perbuat ? lah buat apa ? biar dipuji ? lantas kalau dipuji manfaat buat kita apa pula ?. mungkin ada yang menjawab tujuan hidup adalah beribadah kepada Allah. Ada benarnya namun begini, saudaraku. Ibadah itu bukan tujuan. Tapi kebutuhan kita. Yang mulia Aa Gym mengatakan bahwa tujuan hidup kita hanya satu, yaitu memperoleh pertolongan Allah. Kita masuk surga nanti bukan karena pahala ibadah kita, bukan karena sholat, puasa, haji yang kita perbuat. Tapi karena pertolongan Allah. Karena rahmat dan ridho-Nya. Makanya ada pelacur yang sepanjang hidupnya bermaksiat bisa masuk surga, kenapa ? lantaran Allah ridho dengan apa yang ia lakukan sebelum nyawanya dicabut. Memberi minum seekor anjing yang kehausan. SubhanaAllah.
Yuk latih hati untuk bersabar. Gak usah emosi lah. Amarah tidak akan menyelesaikan masalah. Sebaliknya, hati yang tempramen lebih rentan kena penyakit komplikasi macam jantung, stroke, ginjal, lever, dan lain-lain. Sengaja nyebut yang serem-serem kali aja antum pada jerih ngebacanya. Hehe. Berdamailah dengan hati. Menerima pemberian Allah. Selalu merasa cukup. Kita tak perlu jadi orang kaya. Tapi jadilah orang yang senantiasa merasa cukup.
JODOH
Nah bagian ini muncul karena ada jama’ah yang bertanya tentang jodoh dan cinta. Jama’ah tersebut bertanya bagaimana menyikapi hati yang tengah jatuh cinta. Coba saudara-saudara tebak jawaban apa yang keluar dari seorang Aa Gym. Jujur jawaban ini sangat menampar saya. Aa Gym berujar bahwa pacaran dengan yang bukan jodoh kita adalah aktifitas yang boros. Bayangin ! 5 tahun pacaran Cuma buat ngejagain jodoh orang. Gak digaji, waktu berlalu sia-sia, eh tahunya nikah sama orang lain.
Pacaran juga banyak borosnya. Boros pulsa dan kuota udah pasti. Juga boros hati. Tidak dipungkiri kalau orang pacaran selalu ada perasaan cemburulah, sakit hati, galau, kangen, rindu, dan lain-lain. Boros hati. Dan yang pasti boros dosa juga, rek. Pacaran itu mendatangkan dosa. Oke ada yang tidak berzina dengan pacarnya namun ketika kalian memasukkan wajah yang bukan muhrim ke pikiran kalian, membayangkan wajahnya, alisnya, tubuhnya, lantas membayangkan yang tidak-tidak, bukankah itu sudah termasuk zina pikiran ? yuk sama-sama istigfar, Astagfirullahaladzim.
Jawaban dari Aa Gym yang menampar jiwa saya itu berbunyi : “ ketika suka sama wanita atau lawan jenis silahkan istigfar, perbanyak zikir, memang Allah yang kasih rasa suka itu, tapi bisa jadi rasa suka itu muncul lantaran dosa kita yang tidak bisa menjaga pandangan mata ”. jleb. Langsung masuk ke dalam hati abang, dek. Kalian yang jatuh cinta pasti mengawalinya lewat mata. Melihat kecantikan, kegantengan, keelokan paras. Ah aku gak gitu kok bang, aku gak pernah mandang si dia langsung. Lah terus kamu kok bisa suka ? apa kamu gak pernah liat dia sebelumnya terus tiba-tiba suka ? gak gitu juga bang, aku liat fotonya. Masya Allah. Sama aja itu mah. Ngeliat fotonya yang cakep, bening, kinclong, apa bedanya dengan melihat langsung? Coba renungkan, seandainya kita bisa lebih menjaga pandangan mungkin hati kita tidak akan terpaut dengan si dia. Jika kita bisa mengontrol pandangan insya Allah hati pun akan lebih mudah dikontrol.
Ini instropeksi untuk saya pribadi juga, saudara-saudara. Mudah-mudahan ke depan saya bisa lebih menjaga pandangan. Memang berdasarkan faktor empiris yang saya miliki rasa suka itu selalu berawal dari mata. Yuk jaga pandangan, kalau gak sengaja liat yang bening langsung menunduk atau palingkan wajah seraya beristigfar. Bukannya kita tidak boleh menikmati keindahan lawan jenis. Boleh, Cuma ada saat dan ada tempatnya. Saat nanti ijab qabul sudah terucap di depan penghulu. Mahar resmi diserahkan ke mempelai wanita. Ente mau pandang-pandangan seharian juga gak kenapa-kenapa. Tapi sekarang belum saatnya, saudara-saudara. Jaga pandangan. Agar hidup jadi berkah.
Isykarima.. hiduplah dengan mulia...

27 Februari 2016
19:26 WIB

King Izzu

Komentar

Postingan Populer