Kenapa Ta'aruf ? ( 1 )



Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Apa kabar para netizen yang dirahmati Allah ? sudahkah anda solat hari ini ? sudah berapa istigfar yang anda ucapkan hari ini ? berapa ribu salawat yang telah anda kirimkan kepada kanjeng nabi ?  sudah sempatkah membuka dan membaca mushaf Al Qur’an ? bukan bermaksud sok solih apalagi sok ‘alim. Namun saya hanya ingin menjadi sahabat sejati bagi anda. Sahabat sejati bukanlah mereka yang selalu menemani kita nongkrong, nge-trip, atau jalan-jalan. Sahabat sejati adalah mereka yang senantiasa mengingatkan kita untuk ingat pada Tuhan. Saya pun akan sangat bersyukur jika diingatkan untuk beristigfar dan bersyukur. Semoga kita bisa menciptakan simbiosis mutualisme dalam keimanan. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin.
Melalui goresan sederhana kali ini saya ingin menyampaikan review hasil diskusi yang saya ikuti. Beberapa waktu lalu, setelah mendapat saran dan rekomendasi dari L.M. Getar, untuk bergabung dalam KBY alias Klub Buku Yogya. KBY adalah komunitas pencinta buku. Tak peduli ber-genre apa, yang penting buku. Juga tidak ada pra syarat khusus untuk menjadi member ( anggota ). Syaratnya Cuma satu. Anda suka buku. Tentu suka membacanya. Saya pribadi bukanlah orang yang suka baca buku. Tapi saya adalah orang yang sedang mencoba mencintai buku. Dan saya rasa saat ini saya mulai jatuh cinta pada buku. Kala melihat buku-buku bagus, ingin sekali rasanya membeli lalu membacanya dengan lahap. Selahap mulut memangsa roti bakar paling murah dekat kos. Sayang saya bukan orang kaya yang punya harta berlimpah. Tapi gak bisa beli bukan jadi alasan tidak membaca. Pintu perpustakaan terbuka lebar. Ribuan lembar buku didalamnya menanti untuk dijamah. Keputusan ada pada diri kita, maukah kita melangkah ? mau baca atau masih cari-cari alasan untuk malas ?
Meskipun komunitas kecil bukan berarti KBY hanyalah komunitas tak bersubstansi. Ini terbukti dengan program-program yang ada di dalamnya. Baik program harian, mingguan, juga bulanan. Dan setiap jum’at malam adalah jadwalnya #Jum’atBerkah. Dalam program ini salah seorang member grup akan menyampaikan review tentang berbagai hal. Anggota yang lain menyimak dan diberikan hak untuk interupsi maupun bertanya. Perbedaan pendapat sangat dihargai di komunitas ini. tidak ada  diskriminasi umur. Mau yang tua apa yang masih ingusan dipersilahkan menyampaikan pendapat yang ada dalam pikiran mereka masing-masing.
Semalam yang mendapat tugas menyampaikan review adalah kak Yani. Beliau membawakan tema yang membuat mata saya terbelalak. Ta’aruf. Secara etimologi ta’aruf berasal dari Bahasa Arab yang berarti “ saling mengenal ”. anda pasti pernah dengar seorang MC  berbicara “ tak kenal maka ta’aruf ”. artinya kalau gak kenal ya udah kenalan yuk !.
Namun ta’aruf disini bukan dalam konteks perkenalan biasa. Maknanya lebih dikhususkan. Yakni proses untuk saling mengenal lebih dalam antara dua orang berlainan jenis dengan tujuan akhir menikah. Tentu pernikahan akan dilakukan jika terdapat kecocokan diantara keduanya.
Ooh, berarti ta’aruf itu pacaran yang islami dong ? ehm, pacaran tapi islami ? emang ada ? pacaran yang islami itu kayak gimana sih ? pacaran tapi di masjid ? atau pacaran di waktu tahajjud ? aya aya wae.
Sahabatku yang dimuliakan Allah, pacaran tidak ada dalam ajaran Islam, sedangkan ta’aruf ada tuntunannya. Ta’aruf dilakukan dengan tujuan menggapai ridha Allah melalui mahligai pernikahan. Jadi ada follow-up ( tindak lanjut ) pasca ta’aruf, yakni pernikahan. Sedangkan pacaran ? mungkin sebagian kecil yang memiliki rencana matang melanjutkan hingga pernikahan. Sebagian lagi berpacaran untuk mengisi kekosongan hati, waktu senggang, dan iseng-iseng. Motif macam ini biasanya dianut oleh barisan anak alay yang tengah asyik dalam masa labilnya.
Lantas, ta’aruf itu ngapain ? ada banyak proses di dalamnya. Dan jangan kira mentang-mentang ini ajaran Islam jadi kedua pihak yang berta’aruf tidak bisa bertemu, hanya menunduk, haram melihat wajah, dan sebagainya. Kedua belah pihak diperbolehkan kok bertemu melalui seorang perantara. Bahasa kerennya mak comblang. Namun bukan ketemuan yang dilanjutkan jalan bareng, makan bareng, atau nontong bareng. Tidak sama sekali. Nanti akan ada penjelasannya tersendiri.
Terus, siapa saja yang boleh berta’aruf ? tentunya orang yang sudah mampu untuk menikah. Mampu disini berorientasi pada kesiapan ilmu, fisik, mental, materi, dan restu orang tua. Apakah orang tua sudah mengizinkan menikah atau belum ? wah ribet juga ya syarat-syaratnya ? gak juga. Kita tidak perlu menunggu semua syarat diatas bisa kita penuhi. Seandainya dalam diri terdapat hasrat yang sangat menggebu untuk menikah maka dianjurkan untuk segera menikah. Paling tidak kita harus mengetahui ilmunya. Ilmu tentang pernikahan. Mengetahui apa yang harus dipersiapkan sebelum dan sesudah menikah. Agar bahagia tidak hanya tercipta di malam pertama.
Kenapa harus ta’aruf ?
1.      Dengan ta’aruf perjalanan cinta - makhluk yang bernama manusia ini – akan jadi lebih jelas dan terarah. Paling tidak gak akan ada pertanyaan “ mau dibawa kemana hubungan kita ? ”. karena arah ta’aruf ya apalagi kalau bukan menikah. Arahnya sudah jelas.
Rentang waktu ta’aruf pun tidak terlalu lama, karena rata-rata hanya kisaran bulan. 3 sampai 6 bulan. Bahkan ada yang lebih singkat dari itu. Jadi kalau ada yang sampai lebih dari 1 tahun bisa dipertimbangkan kembali. Beneran mau menunggu atau cukup sudah sampai disini saja, sekian dan terima kasih, wassalamu’alaikum warohamtullahi wabarokatuh ?
2.      Terhindar dari golongan orang-orang yang terkena PHP. Kembali lagi ke rentang waktu tadi. Kalau iya dan merasa cocok silahkan dilanjutkan. Kalau gak ya sudah bye-bye. Tidak perlu bergalau-galau ria. Ta’aruf gagal bukan akhir dunia kok. Ciyus. Masih banyak jomblo syari’ah di dunia ini.
3.      Kalaupun ta’aruf gagal  ya tidak apa-apa. Galaunya cukup sebentar saja. Little time lah.  Yang perlu kiya yakini seyakin-yakinnya bahwa ta’aruf gagal adalah pilihan terbaik dari Allah. Anggap saja sebagai kesempatan kita untuk muhasabah dan memperbaiki diri. Barang kali disana sini masih tampak kelemahan dan ketidak pantasan kita. Dan masih terbuka kesempatan untuk ta’aruf lagi, jadi gak perlu merasa minder apalagi malu.
Lagian, dalam proses ta’aruf, biasanya yang mengetahui hanya sebatas keluarga dan orang-orang yang berkaitan langsung dengan yang diajak berta’aruf. Jadi kerahasiaan proses ta’aruf ini perlu dijaga. Gak perlu diumumkan. Apalagi sampai buat status “ aku lagi ta’arufan, cowoknya kece banget, doain yah ! ”. sama sekali gak perlu menjadi modal nge-eksis di medsos. Bahkan meski khitbah/lamaran  sekalipun, tetap belum waktunya untuk  menjadi konsumsi publik.
Lah, terus kapan dong diumumkan ? ketika sudah terjadi akad nikah. Karena sunnahnya sebuah pernikahan adalah diumumkan alias walimahan alias resepsi.
Dalam proses ta’aruf juga tidak ada ungkapan rasa sayanglah, cintalah, apalah, apalah. Karena masing-masing tahu bahwa rasa itu belum saatnya untuk diumbar/diungkapkan. Akan ada masanya untuk saling mengungkapkan rasa sayang. #eeaaa.
4.      Proses saling mengenal lebih jujur dan apa adanya. Biasanya diawali dengan pertukaran biodata. Loh, Kok gitu ? Tenang... tenang !! kalian pernah mengisi daftar riwayat hidup kan ? Nah, untuk singkatnya kurang lebih seperti itu. Tapi ini lebih lengkap lagi. Ada tentang profil diri, silsilah keluarga, kebiasaan sehari-hari, visi misi pernikahan, kriteria calon  pasangan, rencana pasca pernikahan, dan lain-lain.
Berikut contoh form ta’aruf :







5.      Dengan ta’aruf kita bebas menuliskan kriteria suami/istri yang kita damba. Di form biodata biasanya sudah dicantumkan seperti apa sih kriteria suami/istri yang diinginkan. apakah dia yang cantik atau ganteng, kulit kuning langsat, coklat, atau hitam ? dewasa, pintar masak, ngajinya bagus, hafal sekian juz, bisa main gitar, tingginya berapa, keibuan, romantis, orang jawa, sunda, lombok, dan seterusnya.
Itulah kurang lebih 5 alasan kenapa ta’aruf menjadi opsi yang baik ? 5 hal tersebut yang tidak kita dapatkan dalam sebuah hubungan yang dinamakan pacaran. Kini, pilihan ada di tangan anda, mau pacaran atau ta’aruf ? saya pribadi ta’aruf. Namun jika merujuk pada poin pertama, tentu saat ini saya belum memenuhi syarat-syaratnya. Dan juga saya lagi gak ngebet nikah tuh. Pengen memperbaiki diri, memantaskaan diri, dan membahagiakan keluarga dulu, baru deh memikirkan kebahagian pribadi. Karena bahagianya keluarga adalah bahagia saya juga.
Nah, jika ada yang bertanya, tadi kan dikatakan kedua belah pihak dibolehkan bertemu. Itu ketemunya ngapain ? ngomongin apa aja ? tenang, akan saya lanjutkan ditulisan selanjutnya. Masih dengan narasumber yang sama, kak Yani.
Tetap semangat, hidup sekali hiduplah dengan mulia.
‘Isy Karima. !!!
Jogjakarta, 13 Februari 2016
12:48 WIB

Komentar

Postingan Populer