The Power Of Coffee



Saya tidak bermaksud menyontek “filsosofi kopi”nya Dee Lestari. Buku itu pun belum habis saya baca. Tak diragukan lagi beliau merupakan salah satu penulis handal Indonesia. Sampai detik ini saya masih mengumpulkan pundi-pundi rupiah guna membeli seri supernova. Butuh kurang lebih 380 ribu untuk menebusnya. Diantara pembaca mungkin ada yang tahu tempat mendapatkan buku-buku mbak Dee dengan harga yang lebih terjangkau ? yang asli tentunya. Bukan KW.
Ih, Abang gaya banget gak mau beli KW. Bukan masalah gaya. Tapi begitulah cara Abang mengapresiasi karya seorang penulis. Kalau saya beli yang KW tentu harganya lebih murah. Namanya juga bajakan. Tapi sang penulis tak mendapat royalti dari uang yang saya keluarkan. Sedangkan kalau beli yang asli kita secara tidak langsung memberi royalti untuk mereka. Sekali lagi saya tegaskan ini bukan masalah gengsi, tapi apresiasi. Salahkah Abang kalau ingin mengapresiasi karya mereka dengan membeli buku aslinya ?
Saya menggoreskan tulisan ini lantaran produktivitas menulis bulan Februari belum bisa terlampaui. Bulan lalu alhamdulillah jemari ini menulis 27 goresan. Tak ada satupun yang kurang dari 1.000 kata. Jika dikalkulasi minimal saya sudah menulis 27 ribu lebih kata. Alhamdulillah, semua berkat Allah SWT. Meski saya tak pungkiri diantara tulisan itu lebih banyak sisi absurd nya. Mungkin hanya goresan berlabel “ motivasi, opini, dan islam ” yang mengandung esensi dan membawa manfaat. Adapun label curhat dan goresan harian lebih berorientasi pada keluh kesah, curahan hati, dan keresahan yang saya rasa.
Bulan Maret per tanggal 27, tangan ini baru menghasilkan 21 goresan yang telah ter-posting. Masih ada satu yang menunggu giliran di-posting dan goresan yang tengah saya ketik ini jadi goresan ke 23. Minimal produktivitas bulan ini kudu setara dengan bulan lalu. Kalau bisa lebih ya Alhamdulillah. Itu artinya saya harus lebih banyak membaca, mendengarkan, dan memikirkan. Karena dari ketiga aktifitas itulah inspirasi menulis lahir.
Bang, bukannya Abang mau istiqomah menulis 180 hari non stop ya ? kayak katanya Bang Tere ? Iya, Dek. Tapi beberapa waktu lalu torehan itu terpotong lantaran suatu kegiatan yang mengharuskan abang nginap di suatu tempat dan gak bawa laptop. Sebagai panitia acara abang lebih sibuk dibanding teman-teman lain. Apa boleh buat, udah sebulan lebih berjalan malah tercoreng. Sedih Abang.
Kalau gitu ulang lagi dong, Bang ! ingat ! kesetiaan pada prinsip akan memanggil kesetiaan terbaik ! ingat prinsip abang ! jangan mengkambing hitamkan keadaan. Sekali abang menyalahkan keadaan Abang akan terus-terusan melakukannya ! padahal Abang yang salah, mood nulis hilang abang turuti. Gak ada inspirasi abang manjakan ! mengulangi dan teguh sama prinsip abang adalah harga mati! Titik !
Benar katamu, Dek. Produktivitas yang stagnan tak sepantasnya dibanggakan :’(. Ini salah Abang ! bismillah, Abang kuatkan lagi prinsip menulis 180 hari non stop sejak hari ini lagi. Semoga bisa lebih istiqomah ke depannya. Ammiinn.
Sebentar, Abang buat kopi dulu....

Maaf lama, sekalian buat status dulu di BBM. “ Bahagia itu sederhana, menulis ditemani secangkir kopi dan hujan deras yang mengguyur ”. Kepulan kopi dan hawa dingin hujan berpadu apik menciptakan suasana romantis bagi saya. Tidur terbaik ya waktu hujan. Sampai-sampai kemarin saya tak sempat mengamankan cucian saking pulasnya. Pun duduk santai yang paling enak ya saat hujan turun. Ditemani singkong rebus, kopi hangat, dan kehangatan keluarga. Ah, jadi kangen rumah. Semoga keluargaku di Lombok selalu dalam lindungan Allah SWT. Ammiinn Ya Robbal Alamin.
Tempo hari Day, sahabat saya di jurusan pendidikan Fisika UIN SUKA tak sengaja bertanya apa yang saya lakukan kala mager ( males gerak ). Sepertinya saat itu Diana tengah dilanda rasa mager juga. Mau ngerjain tugas gak ada gairah. Baca quote yang memotivasi pun seolah tak mempan. Saya tahu apa yang dia rasakan. Benar kata ulama, jihad terbesar adalah melawan diri sendiri. Melawan hawa nafsu yang terkungkung di hati dan jasmani. Makanya jangan kira mudah melawan rasa malas. Lebih sulit mengenyahkan rasa malas daripada bayangan mantan dalam hayalan. Hanya orang-orang tangguh dan berprinsiplah yang sanggup mengalahkan virus malas. Semoga kita termasuk di dalamnya.
Saya berseloroh pada Diana, kalau lagi mager saya akan meminta nasihat pada orang tua, memang tidak secara langsung namun demi mendengar suara mereka seakan disetrum semangat jutaan megavolt. Kalau dengan cara itu belum mempan juga saya akan meminta nasihat pada orang-orang yang gak cuma bisa ngomong tapi juga membuktikan semangatnya dengan aksi nyata. Sehingga bukan hanya kata-kata yang saya dapatkan tapi juga teladan.
Dan satu lagi, bisa jadi rasa malas datang karena kepenatan yang menumpuk dan menjelma jadi “stres”. So what must we do? Kepada Day saya berkata “ Jujur, kalau lagi bosen saya akan ke angkringan pinggir rel kereta api. Menikmati malam dengan dua atau tiga nasi kucing ditemani es teh dan gorengan. Makan nasi kucing waktu kereta api lewat, apalagi jika diwaktu yang bersamaan ada pesawat hendak landing rasanya tuh romantis banget ”
Romantis dari mana bang -_- ?  Abang juga gak tahu, Dek. Yang pasti nyaman aja rasanya meskipun seorang diri. Mungkin karena kereta gak ada di Lombok ya jadi abang suka liat kereta. Kalau gak percaya Adek bisa coba deh sensasinya. Saya pernah makan di restoran, lesehan, warung steak, hingga di hotel berbintang. Namun angkringan lah tempat yang paling nyaman. Gak ada nuansa keangkuhan. Sederhana tapi bermakna.
Lah truz apa hubungannya makan di angkringan sama menghilangkan rasa malas, Bang ? dek, ada gak orang yang malas bahagia ? “ wah, saya bahagia dengan kemalasan yang saya rasakan ”. ada gak ? Nothing, Dek. Laa Yujad. Orang malas itu stres dan ingin menghilangkan kemalasannya. Mereka tidak bahagia dengan kemalasan yang mendera. Maka cara terbaik melawan kemalasan adalah memberikan fikiran dan fisikmu berbahagia sejenak. Bahasa kekiniannya refreshing. Gak perlu mahal-mahal. Apalagi keluar duit ratusan ribu. Coba renungkan, pasti di sekeliling kalian ada satu hal sederhana yang bisa membuat kalian merasa nyaman. Kalau udah nyaman mah bahagia bakalan datang sendiri. Nah, kalau udah dapet tuh feel bahagianya jangan terlena !  langsung ingatkan diri anda bahwa saya masih punya tugas dan kewajiban yang harus diselesaikan. Insya Allah anda akan mengerjakan tugas dengan perasaan bahagia. Bekerja dengan perasaan bahagia hasilnya beda dengan bekerja tapi merasa terpaksa dan tertekan. Oleh karena itulah, bahagia itu penting, Saudara-saudara.
“ Dan satu lagi ” saya menambahkan pada Day. “ Kalau lagi gak mood saya biasanya ngopi, mungkin terdengar aneh tapi itulah adanya. Saya merasa lebih baik kalau sudah meneguk secangkir kopi. Seakan kepulannya membawa aroma bahagia melalui lubang hidung. Terus terhirup hingga ke paru-paru. Menghajar rasa malas, badmood, gabut dan mager lalu mengusirnya keluar seiring karbondioksida meninggalkan tubuh melalu lubang yang sama ”
Diana tertawa mendengar kejujuran saya. Kata dia baru saya orang pertama yang memberi saran melawan rasa malas dengan “kopi”. Kalau orang lain biasanya nyuruh beli coklat malahan. Giliran saya yang tertawa. “ Coklat mah kemahalan buat saya, Day ”. gak ada tuh coklat beli 5 ribu dapat 5. Mahal regh.
Memang sederhana, tapi itulah fakta. Bagi saya the power of coffe adalah mengenyahkan rasa malas, gabut, dan dan mager. Tak heran stok kopi di kosan selalu terjaga.
Bang, kopi favorit abang apa ? sebenarnya kopi hitam, Dek. Tapi karena gak ada kopi hitam sekarang Abang suka minum luwak white cofee. Biasanya abang beli yang gabungan 3 rasa itu.
Saya tahu kebanyakan kopi juga tak baik bagi kesehatan. Karenanya tak setiap hari saya meneguknya. Hanya kala gabut dan mager datang bertamu barulah saya menyeduh secangkir kopi agar ia berkenan pergi. Nah kebetulan cangkir di samping saya sudah kosong. Semoga mager dan gabut ini pun ikut enyah dari dalam diri. Ammiinn Ya Robal Alamin.
Selamat sore dari Jogja...
Semoga yang lagi mager cepat move on dan semangat lagi !
Hammasah.... isy karima... hiduplah dengan mulia

Jogjakarta, 27 Maret 2016
16:54 WIB

King Izzu

Komentar

Postingan Populer