Sakit Gigi Itu.....



Bismillahirrahmanirrahim.
Kalau saya tidak salah ingat, dalam sebuah hadist Rasulullah SAW bersabda ada dua nikmat yang kerap luput disadari oleh anak cucu Adam. Yakni nikmat “sehat” dan nikmat “sempat”. Banyak diantara manusia yang sehat fisiknya, kuat raganya, namun maksiat kerjaanya. Kesehatan bukannya dipakai untuk bersyukur dan beramal saleh tapi malah sebagai washilah penabung dosa.
Begitupun nikmat kesempatan. Berbicara tentang kesempatan tidak terlepas dari waktu, kondisi, dan tempat. Banyak diantara kita yang – tahadduts binni’mah – diberi kesempatan untuk mengecap bangku pendidikan. Sayangnya rasa malas belajar, abai menyelesaikan tugas, dan – mungkin – nyontek kerap dilakukan. Itukah manifestasi bersyukur terhadap “nikmat kesempatan” belajar yang Allah berikan ?
Seperti biasa, saya ingin mengajak saudara sekalian beristigfar sejenak. Istigfar dimulai.....
Astagfirullahal’adzim... Astagfirullahal’adzim.... Astagfirullahal’adzim
Intermezzo, jangan pernah bosan beristigfar saudaraku. Karena sungguh, tiada hari tanpa dosa bagi manusia biasa macam kita. Nabi saja yang mulia dan anti dosa senantiasa beristigfar. Masak kita enggan ? malu sama dosa rek.
Okeh, saudara-saudara yang dimuliakan Allah, kembali ke pembahasan.
Bukan manusia kalau gak lupa. Tidak dinamakan manusia juga kalau tak pernah berbuat kesalahan dan kekeliruan. Al insan mahallul khata’ wan nisyan. Akan tetapi, predikat makhluk yang lupa dan salah bukan lantas menjadi pembenaran bagi kita untuk terus berbuat kekeliruan. Sungguh dibalik “ al insan mahallul khata’ wan nisyan ” terdapat semangat agar kita tidak berputus asa meski sebesar apapun dosa dan kesalahan yang telah tertoreh. Ampunan dan kasih sayang Allah jauh lebih luas dari segala dosa. Sebaik-baik orang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat. Loh kok gitu, bang ? gini dek, kata Ustad abang dulu, ketika seseorang melakukan maksiat ada satu syetan yang menggoda dan menemaninya. Namun ketika ia hendak bertaubat, move on dari dosa tersebut, ada sepuluh syetan yang menggodanya terus-terusan. Bayangin dah tuh, digoda satu syetan ama digoda sepuluh syetan. Lebih berat mana ? Makanya, orang yang berhasil bertaubat adalah orang-orang yang berusaha dengan sungguh-sungguh. Bukan taubat sambal belaka. Apalagi taubat sambalado. Bisa salah alamat. Taubat nasuha, itulah taubat yang Allah terima.
Loh kok saya jadi kayak tausyiah gini ya ? hehe, ngapunten saudara-saudara. Kebawa suasana. Maklum bulan ini sudah tiga kali dapat ceramah dari da’i-da’i hebat. Tapi elaborasi di atas masih ada kaitan dengan apa yang hendak saya goreskan kok. Nikmat sehat dan sempat yang kerap terabaikan.
Nikmat kesempatan kerap terasa kala ia telah berlalu tanpa bisa kita maksimalkan dengan baik. Pun dengan nikmat kesehatan, sering terasa kala sakit datang menggantikan. Entah itu sakit fisik atau juga sakit hati. Dan kali ini saya ingin membahas salah satu cabang sakit fisik yang mungkin sebagian saudara-saudara pernah mengalaminya. Tenang saja, bukan sakit ketika hendak menstruasi kok yang saya maksudkan. Saya tidak memiliki cukup kompetensi untuk menguraikannya. Ini sakit yang fleksibel. Bisa mendera lelaki, wanita, tua, muda, orang kaya, orang agak kaya, atau orang yang belum kaya. Nama sakit ini adalaaaahhh.... sakit gigi.
Hayo ada yang pernah atau mungkin sekarang lagi sakit gigi ? kita doakan semoga diberi kesabaran dan kesembuhan. Aaminnn ya robbal ‘alamin.
Hadirin jama’ah internet yang dimuliakan Allah, ketika sakit gigi menyapa paling tidak ada beberapa hal yang patut untuk diperhatikan :
1.      Jangan percaya pujangga
Pernah dengar ungkapan lebih baik sakit gigi daripada sakit hati ? orang-orang yang pernah sakit gigi pasti sepakat dengan saya bahwa pujangga yang mengungkapkan kalimat tersebut mungkin belum pernah merasakan sakit gigi akut. kalau disuruh milih, sakit hati ditolak cewek atau sakit gigi saya dengan tegas akan memilih sakit hati ditolak cewek. Loh kok gitu bang ? dek, cewek di dunia ini bejibun. Satu yang nolak masih ada ratusan yang bisa diembat. Lagian ngapain harus sakit hati pula. Beda ama sakit gigi. Kala sakit gigi menyerang, masya Allah, dek, semua jadi kerasa gak nyaman. Sakitnya tak bisa diukir dengan kata-kata. Tidak bisa termanifestasikan lewat emoticon-emoticon sok sok sedih gitu. Sakitnya asbtrak. Tapi kerasa sekali. Namun bagi anda yang masih percaya pada pujangga ini, ya sudahlah. Mungkin anda perlu merasakan ngilunya sakit gigi seperti apa agar percaya pada argumen saya.
2.      Kesabaran Ekstra
Kalau masalah sabar sih saya rasa semua penyakit harus dilandasi dengan perkara yang satu ini. lagi pilek ? sabar. Batuk, demam, radang, bisul, panuan, mesti sabar. Tapi percayalah sakit gigi membutuhkan kesabaran dengan dosis yang lebih tinggi. Saat ngilu di gigi semua indera anda kena imbasnya. Mau ngapa-ngapain gak enak. Tidur pun gak nyaman. Makanya orang yang sakit gigi tidak akan tidur dalam posisi yang stabil. Spontan mereka memiliki berbagai gaya. Itu semata untuk mencari pola tidur paling nyaman saat sakit gigi menyerang.
3.      Bye-bye manis dan dingin
Mau tidak mau saat anda sakit gigi makanan dan minuman favorit macam es krim, es oyen, es buah, es teh, es jeruk, pokoknya segala macam minuman dingin menepi untuk sesaat. Sekali saja meneguk minuman dingin bersiaplah ngilu akan menjadi-jadi. Begitu pula coklat, manisan, permen, juga gula kapas. Saat sakit gigi mendera kita gak bisa makan sebebas saat tidak sakit gigi. Karena itu, bagi kalian yang belum sakit gigi, rawatlah gigi kalian dengan baik. Sikat rutin pakai odol, jangan pakai balsem.
4.      Uncomfortable
Ini fakta empirik yang saya alami langsung. Waktu ngilu di gigi menyerang saya mencoba menyiasatinya dengan menyibukkan diri dengan berbagai aktifitas. Berharap jika saya melawannya maka ia akan melunak. Paling tidak sedikit bisa ramah lah dengan saya. Namun usaha tinggalah usaha. Saya gagal total, saudara-saudara. Sakitnya malah semakin menjadi-jadi. Dan dampak yang paling merugikan dari sakit gigi adalah kita gak nyaman ngapa-ngapain. Baca buku gak konsen, belajar apalagi, baca qur’an pun gak khusu’, begitu pun dengan nulis. Kalau saya tidak memaksa diri mungkin saya sudah menyerah menulis dalam keadaan sakit gigi.
Itulah urgensi kesehatan, saudaraku. Kalau sehat mau ngapa-ngapain pun jadi semangat. Tenaga ada, kondisi fisik oke, otak pun siap pakai untuk diajak berfikir. Tapi kalau sakit ? tenagamu akan hilang, konsentrasi berkurang, otak pun sulit diajak belajar. Percuma kan kita pintar tapi sakit-sakitan ? buat apa kaya kalau gak sehat ? untuk apa ganteng kalau tiap saat masuk rumah sakit. Sungguh nikmat sehat adalah nikmat paling berharga setelah Iman dan Islam. Syukuri kesehatanmu, saudaraku.
5.      Punya manfa’at
Tidak adil rasanya kalau hanya mengutarakan sisi “kurang nyaman ” sakit gigi. Biar bagaimanapun segala sesuatu memiliki dua sisi yang tak bisa digugat. Positif dan negatif. Ada untung dan ruginya. Jika kita menyikapi dengan bijak, ikhlas, dan hati penuh husnuzhon, insya Allah sisi positifnya akan tersibak.
Selama saya mengidap sakit gigi teman-teman di kampus mengatakan saya berubah jadi lebih “ pendiam ”. Gak banyak ngomong kayak biasa. Setelah menjelaskan saya sakit gigi barulah mereka mengerti. Namun dari pertanyaan itu saya malah menemukan sisi positif dari sakit gigi ini. Renungkanlah, gak ada orang yang sakit gigi banyak ngomong. Mereka cenderung pendiam. Inilah hikmahnya. Saya yakin dengan diberi sakit gigi itulah cara Allah menjaga lisan saya agar tidak banyak ngomong. Karena dalam banyak omong, besar kemungkinan ada kedustaan yang terujar, canda yang menyinggung, ataupun kata-kata kotor yang terlontar dengan begitu mudahnya. Tapi dengan sakit gigi ini, seolah-olah menjadi rem agar lisan tak berucap terlalu banyak. Bisa jadi jika Allah tidak memberikan saya sakit gigi beberapa hari lalu akan semakin banyak kata-kata kurang bermanfaat dan sia-sia yang terlontar dari bibir penuh dosa ini. Alhamdulillahi robbil’alamin.
But, all of everything, we must keep our teeth, our health. Tak Cuma menjaga kesehatan gigi namun kesehatan tubuh secara keseluruhan. Begitu juga dengan kesehatan hati. Pepatah pernah berujar al’aqlussalim fil jismissalim. Fikiran yang sehat ada pada raga yang sehat. Lah iya, gimana mau belajar, menghafal, dan berfikir kalau fisik kita sakit.
Yuk jaga kesehatan bersama. Semoga Allah menjadikan kita pribadi yang mampu mensyukuri nikmat kesehatan dan kesempatan dengan sebenar-benar syukur. Aamiiinn ya robbal ‘alamin. Isy Kareema... hiduplah dengan mulia..

Jogjakarta, 28 Februari 2016
20:26 WIB

King Izzu

Komentar

Postingan Populer