Gabut Bermanfaat
Bismillah, semoga tulisan
ini tidak terhitung riya’. Karena sedikit pun dalam hati tak terbersit hasrat
melakukannya. Lagian apa untungnya sih riya’ ? dapat pahala nggak nambah
dosa iya. Mengutip salah satu quote dari Bang Tere Liye, kita gak perlu
buat orang lain tahu seberapa baik kita. Juga gak perlu bikin semua
orang suka pada kita. Buat apa ? untungnya gak ada. Karena kebahagiaan
kita bukan bergantung pada orang lain. Pun juga dengan kesuksesan dan kedamaian
hidup, kitalah yang menentukan. Pada hati dan aksi kita pilihan itu ada.
Tahadduts binni’mah, mungkin lantaran beberapa hari ini
saya intens menulis tentang taufik dan hidayah, Alhamdulillah kaki ini lebih
sering melangkah ke masjid ketimbang yang dulu-dulu. Jadi malu sama diri
sendiri kalau ingat dulu-semenjak pertama bermukim di Jogja- saya ke masjid
sekali seminggu. Pas jumatan tok. Astagfirullah. Namun, syukur, berkat
hidayah dan taufik-Nya kini saya menyempatkan diri ke masjid jika tidak ada
halangan. Semoga bisa istiqomah dan berkelanjutan. Aaminnn.
Apa yang memotivasi
Bang Izzu ke masjid ? apa ada cewek cakep yang sering jama’ah di sana juga ? hust... Astagfirullah. Bukan itu,
Dek. Bukan lantaran cewek. Abang tahu kaki ini banyak dosa, raga abang banyak
maksiat, apalagi hati. Abang ingat kata ustad abang dulu setiap langkah yang
kita ayunkan menuju masjid terhitung sebagai pahala, peningkat derajat, dan
penggugur dosa. Semoga dengan langkah kaki ini ke masjid dosa-dosa abang yang
telah lalu bisa terkikis. Gak kuat banyak dosa di akhirat nanti dek.
Panasnya Jogja aja udah masya Allah, apalagi panasnya neraka. Naudzubillahi min
dzalik.
Dulu, saya sering
mengalami kegabutan ( baca : bingung mau ngerjain apa ) di kos. Kegabutan yang
ditumpuk akan memicu kejemuan. Ujung-ujungnya hanya akan menstimulus lisan
mengeluh dan jemari menggoreskan keluhan berwujud tulisan. Kemudian di upload
ke sosial media ( huh, menyindir diri sendiri ). Kesimpulannya lebih banyak
waktu terbuang percuma kala gabut menghampiri. Rasa PW ( Posisi Wenak ), Mager
( Males Gerak ), dan lain-lain tinggal menunggu waktu bergantian jadi tamu.
Anda yang pernah atau bisa jadi sering gabut pasti sependapat dengan apa yang
saya tuliskan.
Nah saat itulah tiba-tiba
terbersit dalam pikiran saya, bagaimana kalau saya mengisi kegabutan ini dengan
sholat jama’ah ke masjid ? dari mulai berangkat, duduk menunggu iqamah, shalat
berjama’ah, dzikir dan doa, dilanjutkan sholat sunnah dan terakhir kembali ke
kos kurang lebih membutuhkan waktu 20-30 menit. Lumayan, hitung-hitung gabut
berpahala kan, Saudara-saudara ? daripada gabut saya pakai buat internetan
terus ? boros kuota. tidur terus ? percuma, saya gak bakal bisa gemuk
mau tidur berapa jam pun. Itu menjadi salah satu motivasi saya beranjak ke
masjid kala azan berkumandang.
Selain itu,
Saudara-saudara. Saya tahu benar bagaimana sakit dan kecewanya “ dicuekin ”
atau bahasa kekiniannya “ dikacangin ”. Dicueki oleh teman, guru, anak kecil,
cewek, satpam, bahkan oleh DPA pun saya pernah mengalami. Kecewanya tuh di sini
regh ( nunjuk hati). Lantas pernahkah kita merenung betapa
seringnya kita cuek pada Allah ?
Cuek sama Allah kayak
gimana sih, Bang ? perasaan aku gak pernah deh cuek sama Allah. Dek, pernah gak waktu azan
berkumandang Kamu lebih asyik nonton TV, main HP, baca buku, baca koran, atau
mungkin lebih memilih mendengarkan lagu artis favoritmu ? padahal itu azan dek.
Azan !! Panggilan suci dari Allah. Sapaan romantis dari Tuhan kita. Makanya
dalam agama diajarkan menjawab lantunan azan dengan kalimat-kalimat yang tak
kalah indahnya. Namun seberapa sering kita tidak menjawab panggilan azan?
Mungkin karena kerap mendengar azan hati kita jadi menganggapnya hal yang biasa
saja. Bisa jadi. Naudzubillahi min dzalik.
Saya pernah membaca dalam
sebuah postingan di Line bahwa dibalik kalimat hayya ala sollah dalam
azan tersirat panggilan merdu “ wahai hamba-Ku, kemarilah, Aku rindu kepadamu
”. Bayangin deh sekarang seandainya kita bilang rindu sama seseorang tapi orang
itu malah gak menanggapi. Gak rindu sama kita. Kecewa gak ? sakit
gak ? lantas tegakah kita mengabaikan kerinduan Allah melalui panggilan
suci azan. Saya membayangkan itu, Saudara-saudara. Kala azan berkumandang,
Allah tengah rindu pada saya. Dan saya tidak ingin membuat Allah kecewa. Sebisa
mungkin saya berusaha demikian. Cara terbaik mengungkapkan kerinduan pada Allah
adalah sholat dan berdoa kepadanya. Allah seneng loh kalau kita sering-sering
doa. Gak ada istilah bosen bagi Allah mendengarkan curahan hati
hamba-hamba-Nya.
Selain itu apa juga
motivasi lain yang melecut abang mau sholat jamaah di masjid ? beberapa waktu lalu Aa Gym di Masjid
Kampus bilang begini, Dek, “ lelaki yang malas solat di masjid adalah lelaki
yang solehah ”. ini memang sekedar anekdot belaka namun sarat makna,
Saudara-saudara. Dalam ajaran agama kita tahu bahwa sholat jama’ah hukumnya
fardhu kifayah. Dan kaum lelaki sangat dianjurkan sholat di masjid. Adapun kaum
perempuan jika khawatir mendatangkan fitnah lebih baik sholat di rumah saja. Kalau
bukan kita yang memakmurkan masjid lantas siapa lagi, Saudara-saudara ?. zaman
memang semakin modern. Saking modernnya Mall lebih ramai dari masjid, uang
lebih banyak berputar disana daripada di kotak-kotak amal. Arus ini sulit untuk
dibendung bahkan bisa jadi mustahil. Tapi usahakanlah diri kita tidak menjadi
bagian dari mereka. Masak ke mall kita mau tapi ke masjid malas ? mala sama
malaikat. Ke Mall boleh tapi ke masjid juga dong. Biar imbang.
Selain itu, Aa Gym juga
bilang begini “ jika kita ingin berubah jadi orang baik, tapi kita bingung
bagaimana cara berubah, gak tahu bagaimana langkah memperbaiki diri,
maka perbaikilah sholat. Jika sholat kita baik perilaku kita pun baik ”. apa
yang beliau sampaikan sangat relevan dengan hadist nabi Muhammad SAW, amal yang
pertama dihisab kelak adalah sholat.
Jika sholatnya baik maka baik pula seluruh amal perbuatannya. Namun jika
sholatnya buruk maka buruk pula segala amal perbuatannya. Sholat bukan sekedar
kewajiban apalagi simbolisasi keislaman. Lebih jauh lagi sholat merupakan
urgensi kehidupan yang berorientasi dunia dan akhirat.
Beberapa waktu lalu saya
iri pada orang-orang paruh baya yang rajin memakmurkan masjid. Kulit mereka
lebih keriput dari saya. Uban mereka pun lebih banyak. Bahkan mungkin fisik
mereka tidak sekuat fisik saya yang masih muda. Saya merasa malu sebagai pemuda
jika malas melangkahkan kaki ke masjid sedangkan mereka yang sudah renta masih
bisa ke masjid dengan sisa-sisa tenaga. Sudah sepantasnya saya menggunakan masa
muda dengan hal-hal yang bermanfaat.
Berselang beberapa hari
selanjutnya, ada satu anak kecil yang menarik perhatian saya. Ini bukan
indikasi saya pedofil ya, Saudara-saudara. Saya normal kok. Bocah tersebut rajin
sekali ke masjid. Paling tidak sewaktu saya ke masjid dia pasti ada di sana. Di
shaf paling depan tepat di belakang imam. Gamis panjang selalu ia kenakan berpadu
dengan peci bundar seukuran kepala mungilnya. Anak ini sering dibelai kepalanya
oleh orang-orang dewasa. Menurut ilmu semiotik belaian semacam itu tanda bangga
dan bahagia melihat si bocah rajin ke masjid.
Suatu ketika secara tidak
sengaja saya bertemu dengan bocah ini kala berangkat ke masjid untuk sholat
isya’. Ia mempercepat langkah hendak mensejajari saya. Ia menoleh saya pun
menoleh balik sembari tersenyum. Saya rangkul pundaknya agar berjalan lebih
dekat dengan saya.
“ om namanya siapa ? ”
tanyanya polos. Gila, saya dipanggil om, tantenya siapa ya kira-kira ? :D
“ Izzu, kalau adek siapa
? ”
“ Siapa ? ” nampaknya
nama saya terdengar asing di telinganya.
“ Izzu, Dek ”
“ Aku Anshor ” tukasnya
“ Umurnya berapa, Dek ? ”
“ 6, 5 tahun ”
“ Oalah berarti masih TK
ya? ”
“ Gak, aku
langsung SD ” jawabnya. Ia lalu menyebutkan satu nama lembaga pendidikan dasar
Islam di wilayah Kaliurang sana. Saya lupa namanya apa.
Hati menggumam, kemarin
saya malu pada orang-orang dewasa jika saya yang lebih muda malas ke masjid
sedangkan mereka bersemangat memakmurkannya. Sekarang saya harus akui, kemaluan
saya bertambah. Eh, maaf, maksudnya rasa malu saya bertambah. Malu pada anak
kecil ini. Pada adek Anshor. Mereka yang
masih polos dan senang bermain saja rajin ke masjid kenapa saya yang sudah akil
baligh, mimpi basah berkali-kali, dan tahu baik buruk masih saja memanjakan
rasa malas dan enggan ke rumah Allah ?
Ya Allah, sekali lagi
semoga tulisan ini tidak termasuk riya’. Hamba berlindung dari segala macam
penyakit hati. Hanya ingin berbagai inspirasi dengan sahabat-sahabat tercinta
di dunia maya. Semoga bisa bermanfaat untuk saya pribadi dan orang lain.
Aammiiinn ya robbal alamin.
Isy karima...
Hiduplah dengan mulia...
Jogjakarta,
15 Maret 2016
22:28 WIB
King Izzu
oiya, ini salah satu hasil gabut saya kemarin, ulasan tentang taufik dan hidayah, yang berminat monggo berkunjung ke sini
syukron :)
Komentar
Posting Komentar