Liga Inggris, Liga Terbaik ???
Selamat malam. Salam suka
salam bahagia. Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Apa kabar di malam minggu
yang pengap ini, Hadirin ? semoga kesehatan dan keafiatan selalu melekat dalam
raga dan jiwa kita aamiinn ya robbal ‘alamin. Yang mengisi malam minggu dengan
bergulat bersama tumpukan tugas bersabarlah. Jangan mengeluh. Kerjakan apa yang
mesti Kau kerjakan dengan kesabaran. Kesabaran yang terus dilatih akan
menstimulus hati untuk bersikap ikhlas dalam menyikapi berbagai ujian yang
datang silih berganti.
Jika ada yang melewati
malam minggu ini dengan nestapa. Hey ! bangunlah ! buat apa sedih ? takdir
hidup yang tak sesuai harap ? atau kebahagiaan yang terasa sesaat ? seakan
seluruh sendi-sendi hidupmu terancam tamat ? sudahlah ! jangan terlalu memanjakan
nafsu dan hasratmu. Jika Kalian sedih cobalah luangkan sedikit waktu bermonolog
ria. Tanyakan pada diri Anda, “ Saya ini sedih karena apa ? ”. jika alasannya
masuk akal ya sudah, silahkan sedih beberapa saat. Kesedihan merupakan salah
satu dimensi emosi yang dimiliki keturunan Adam. Namun jika Engkau bersedih
lantaran hal yang teramat tak pantas untuk disedihkan. Cinta yang dikhianati,
perasaan yang tercampakkan, atau kecewa hari ini tim jagoan kalah bertanding.
hey, hal yang semacam itu kurang elok dijadikan excuse bersedih.
Bagi Anda yang melewati
sabtu malam ini dengan secangkir minum hangat entah wedang, teh, kopi, atau
mungkin susu. Selamat menyeruput. Selamat menghirup. Selamat menikmati kepulan
aroma elegan ala maskulin. Kita sama, Saudara-saudara. Jemari saya kini
mengetik ditemani secangkir white coffe hangat. Tidak ada cemilan
apalagi makanan besar. Belum beli regh. Lagian kurang enak kalau makan
seorang diri.
Berhubung sekarang malam
minggu saya hendak menggoreskan tema yang ringan-ringan saja. Tidak akan
mengajak anda berfikir kritis. Atau pun memberi elaborasi bertendensi
intelektualitas. Sama sekali tidak. meskipun satu hal yang tidak bisa saya
singkirkan dari setiap goresan jemari ini yakni ajakan atau “ nasihat ” untuk
kita semua – termasuk saya sendiri – akan tetap ada. Semoga tidak terkesan
menggurui karena saya sama sekali tidak berniat demikian.
Malam ini. Di kamar
paling utara. Terdengar suara komentator bola yang tengah melaksanakan tugas
mereka. Mengomentari dan meramaikan jalannya pertandingan. Bertertiak histeris
kala kemelut di depan gawang. Memperkenalkan setiap pemain yang tengah
menguasai bola. Dan berteriak goooooaaaaaallllll dengan panjang 60 harakat kala
si kulit bundar masuk ke gawang. Kalau tidak salah ada turnamen Piala Bhayangkara.
Entahlah, karena di kamar tidak ada TV saya jadi gak tahu update acara
pertelvisian Indonesia. Wong
Zaskia Gotik yang dikecam KPI dan netizen saja saya baca beritanya di
Internet. Ketidakadaan TV ini mungkin menjadi salah satu faktor seringnya rasa
sepi menyayat sanubari. #mulaiBaper.
Baiklah, Saudara-saudara.
Pertandingan di kamar sebelah memberi saya ide untuk menggoreskan tentang sepak
bola. Bukan sepak bola dalam negeri. Kita tahu sendiri sepak bola Indonesia
seakan tak bisa lepas dari kepentingan politik dan komersil. Bahkan pengurus
PSSI dari dulu kok seolah rajin bikin kasus. Belakangan ketua umumnya, La Nyala
ditetapkan sebagai tersangka oleh Kajati Jatim. Apakah itu bentuk kriminalisasi
terhadap PSSI ? Belum tentu, Saudara-saudara. Mengutip pandangan mantan ketua
MK, Mahfud MD, kasus yang membelit La Nyala gak ada kaitannya sama sepak
bola. Beda kasus, jadi hukum harus tetap ditegakkan. Wong menteri
sekaliber Andi Malarangen jadi tersangka saja beliau mundur masak ini yang Cuma
ketua PSSI keukeh ogah turun. Gak habis pikir Abang, Dek.
Lah, terus kalau gak
ngomongin sepak bola dalam negeri mau ngomongin sepak bola dimana bang ? di
Eropa ? di Amerika Latin ? atau di hatinya Abang ? Eeeaaa.. malam minggu kok mendadak
gombal ya ? kali ini saya ingin membahas sepak bola di benua biru. Karena sepak
bola di benua itulah yang paling menyita perhatian seluruh pencita sepak bola
dunia. Pemain-pemain top seantero bumi pun kini meniti karir di sana.
Diantara beberapa Liga
terpopuler di Eropa adalah Liga Inggris, Jerman, Spanyol, Italia, Prancis, dan
Belanda. Adapun liga di negara lain tidak terlalu mencolok seperti liga-liga
tersebut. Muncul spekulasi yang beragam tentang liga mana yang pantas dijuluki
liga terbaik benua biru ? sampai detik ini mayoritas anak Adam memilih Liga
Inggris sebagai Liga terbaik. Namun tidak sedikit juga yang menyebut Liga
Italia, Spanyol, dan lainnya sebagai Liga terbaik.
Jika berbicara tentang
yang terbaik niscaya sulit bersikap obyektif. Mereka akan mengklaim Liga Negara
dimana klub andalan mereka bercokol sebagai Liga terbaik. Barisan fans
Liverpol, MU, Chelsea, Arsenal, Lecister, dan lain-lain akan mengklaim Liga
Inggris sebagai the best league. Begitupun dengan fans klub-klub lain,
akan memilih negara dimana klub mereka bercokol. Meski ada beberapa yang
mencoba bersikap netral memberi pandangan yang sebisa mungkin diupayakan
obyektif.
Jika tolak ukurnya adalah
tingkat ke-kompetitif-an dalam Liga tersebut maka Liga Inggris tak kan punya
tandingan lain dewasa ini. Lihatlah persaingan di liga tersebut. Ada banyak
klub raksasa macam MU, Chelsea, Arsenal, dan Liverpol. Belakangan Manchester
City dengan kekuatan finansial berkecukupan bertransformasi menjadi salah satu
kekuatan baru di tanah Britania Raya. Pun juga dengan Totenham Hotspur dan yang
paling anyar kandidat kuat juara musim ini Leicister City. Ada sekitar 7 tim
kuat yang berjibaku memperebutkan trofi di akhir musim. Tak ayal beda poin
mereka selalu tipis. Hingga juara pun kerap ditentukan hingga laga pamungkas
kompetisi. Hal ini menjadi daya tarik utama penikmat sepak bola dunia. Ada
keseruan dan kejutan demi kejutan dalam setiap pertandingan. Tak heran banyak
stasiun TV berebut hak siar Liga Inggris.
Tapi jika berbicara
tentang siapa yang “ terbaik ” berdasarkan prestasi dan kekuatan di kancah
Eropa masih kah Liga Inggris jumawa mengklaim diri sebagai Liga terbaik ? Liga
Champions menjadi barometer tak terbantahkan. Kejuaran ini hanya kalah rating
oleh FIFA World Cup dan EURO Cup yang berlangsung sekali dalam empat tahun.
Ajang yang mempertemukan tim-tim terbaik dari masing-masing liga. Dan hanya
tim-tim tangguh yang memiliki karakter plus keberuntungan yang akan berhasil
mengangkat trofi si kuping besar. Lambang supermasi kedigdayaan di daratan
Eropa.
Beberapa tahun belakang
tim-tim Liga Inggris melempem di kancah Eropa. Tahun ini saja dari 8 tim
yang lolos ke babak perempat final hanya Manchester City yang mewakili tim liga
inggris. Arsenal pupus ditekuk sang juara bertahan FC Barcelona. Bandingkan
dengan liga Spanyol yang mengirim 3 wakilnya. Selain juara bertahan FC
Barcelona ada juga duo Madrid, Atletico Madrid dan Real Madrid. FC Barcelona
sendiri akan bentrok dengan sesama tim Spanyol, Atletico Madrid untuk
memperebutkan tiket menuju semi final.
Jadi Abang mau mengklaim
Liga Spanyol is better than Liga Inggris, gitu ? jangan emosi, Dek. Simak dulu ulasan
Abang. Umpamanya begini, semua sekolah tentu mendidik siswanya agar menjadi
pribadi yang cerdas dan cermat. Tatkala ada kompetisi entah tingkat Provinsi
atau Nasional misalnya, sekolah manakah yang akan disemati sebagai sekolah
terbaik ? tentu yang menjadi juara kompetisi tersebut kan ? mungkin Liga
Champions bisa kita ibaratkan seperti itu, sebuah kompetisi antar sekolah.
Sekolah yang mengikuti kompetisi tersebut adalah sekolah inggris, Italia,
Spanyol, Jerman, dan lain-lain. Maka yang terbaik adalah mereka yang menjuarai
kompetisi tersebut. Apa artinya hebat di kandang tok ? apa gunanya
kompetitif tapi kala bersaing dengan klub liga lain malah tumbang ?
Banyak yang bilang
begini, coba Barcelona sama Real Madrid main di Liga Inggris gak mungkin
mereka bisa sedigdaya itu. Yang berasumsi silahkan berasumsi. Masalahnya baik
Barcelona maupun Real Madrid beberapa tahun terakhir menjadi momok menyeramkan
untuk tim-tim Liga Inggris. Kalau persentase kemenangan dan kekalahan tim liga
Spanyol lebih mendominasi. Bayangkan ! lawan tim yang konon katanya paling kuat
di Liga Inggris saja mereka bisa menang apalagi lawan tim yang biasa-biasa
macam Aston Villa dan sebagainya ?
Barcelona kuat bukan
karena lawan-lawan mereka lemah tapi klub tersebut memang pantas menjadi tim
kuat. Saya adalah Barcelonista yang tahu benar sejarah klub tersebut. mereka
tidak langsung digdaya seperti saat ini. tiki-taka terlahir bukan karena uang
ataupun sim salabim abrakadabra. Melainkan melalui proses panjang dan jatuh
bangun. Coba sesekali lihat video mereka latihan. Mereka tidak hanya bermain
bola tapi juga menikmati setiap apa yang terjadi di atas lapangan hijau. Itu
yang membuat saya menyukai tim asal Catalan ini.
Barcelona tidak hanya
fokus menyerang. Tapi ia mengajarkan saya arti kesabaran, kedisiplinan, taktik
yang tepat, dan kebersamaan. Dengan itu semua mereka meraih kesuksesan. Sebagai
fans saya berharap musim ini Barcelona mampu menorehkan sejarah emas mengulai
treble seperti musim lalu. Ammiinn Ya Robbal Alamin.
Saya maklumi jika banyak
yang tak sependapat dengan muatan artikel kali ini. hehe.
Isy karima, hiduplah
dengan mulia....
Jogjakarta,
19 Maret 2016
22:41 WIB
Bang Izzu
Komentar
Posting Komentar