Ngomongin Kalam-Kalam Langit



Saya turut bahagia, kini Lombok akhirnya punya bioskop, regh. Setelah 20 tahun lebih penantian panjang. Kehadiran Lombok Epicentrum Mall dibarengi dengan LEM XXI. Akhirnya 21 Cineplex membuka cabang di Lombok. Disusul beberapa bulan kemudian dalam grand opening Lombok City Center teradapat pula bioskop di dalamnya. Jadilah ada dua bioskop di dua mall baru dan besar di Lombok kini.
Hal tersebut jadi berkah tersendiri untuk masyarakat di sana utamanya para penikmat film. Mereka sekarang tidak harus mendownload dari internet jika ingin nonton film atau  dengan membeli dvd bajakan. Tinggal berangkat ke mall, beli tiket, masuk ke studio, duduk manis, lalu nikmatilah film yang ingin anda tonton entah bersama keluarga, sahabat, orang terdekat, atau bersama kenangan yang masih tertinggal.
Bagi saya bioskop adalah barang tabu. Saya hanya tahu namanya, wujudnya seperti apa pun saya tidak tahu. Satu-satunya bioskop yang pernah dan sering saya saksikan adalah bioskop Trans TV. Tayangnya mulai jam 10 malam ke atas. Cuma saya bertanya-tanya, kok bioskop ada iklannya ya ? lebih jauh lagi, serupa tapi tak sama dengan bioskop, yang kerap kami saksikan bersama teman-teman adalah layar LCD yang biasa digunakan persentasi. Kalau lagi gak ada ustad kami akan iseng meminjam proyektor ke kantor guru. Jika lagi beruntung maka kami dapat meminjam namun kalau lagi apes ya gak dapat.
Pertama kali saya ke bioskop ya di Jogja ini. Di Ambarukmo XXI. Salah satu bioskop yang terdapat di Mall Plaza Ambarukmo. Sekitar 300 meter dari kos saya. Dekat kan saudara-saudara ? saat itu berama teman-teman kami menyaksikan film single dari Raditya Dika. Beberapa minggu selanjutnya saya ditraktir nonton oleh Zamzan dan Angga di Empire XXI untuk menyaksikan ngenest.
Sudah lama tidak nonton di bioskop lagi. Wajarlah, namanya juga anak rantau. Sekali nonton harga tiket berkisar 35 – 50 ribu saudara-saudara. Kan gak mungkin nonton tiap hari ? apalagi tiap hari, tiap minggu aja imposible. Kalau tiap bulan gimana bang? Tiap bulan juga Abang masih mikir-mikir, Dek. Daripada keseringan nonton film mending duitnya abang pake beli buku atau.... bayar hutang. Itu jauh lebih bermanfaat.
Tapi insya Allah bulan April mendatang saya berniat akan nonton di bioskop lagi. Ada 2 film yang menarik perhatian saya. Kalam-Kalam Langit dan Ada Apa Dengan Cinta 2. Tapi saya paling kepingin nonton Kalam-Kalam Langit sih. Kalau AADC 2 nantilah tergantung pahlawan yang bercokol di dompet.
Film Kalam-Kalam Langit adalah salah satu film komersil yang akan tayang 14 April mendatang di seluruh bioskop Indonesia. Film yang digarap oleh Putaar Production ini mengambil latar tempat di Lombok, Pulau Seribu Masjid. Kebetulan film ini bercerita tentang perjuangan seorang Ja’far mengikuti MTQ. Dan entah kebetulan juga tahun ini NTB dipercaya sebagai tuan rumah MTQ Nasional. Acara inti akan dipusatkan di Islamic Center Mataram. Sebuah masjid terbesar dan digadang-gadang sebagai pusat poros peradaban Islam di Indonesia bagian timur.
Gubernur NTB, Dr. TGB. KH. M. Zainul Majdi MA dan rois am PBNU KH. Said Agil Siradj ambil bagian dalam film ini, saudara-saudara. Pemprov NTB sendiri sangat mengapresiasi. Menurut produser film Kalam-Kalam Langit, Pak Gubernur sangat mendukung produksi film ini. Karena beliau memang ingin ada film nasional yang mengangkat nama Lombok layaknya Laskar Pelangi di Belitung sana.
Jadi Abang pengen nonton Kalam-Kalam Langit Cuma karena setting tempatnya di Lombok ? itu salah satunya, Dek. Abang udah liat trailernya, keren, Dek.  Beberapa pantai di ekspos. Juga Islamic Center di malam hari yang  bercahaya indah. Ngeliat trailernya sedikit mengobati kerinduan pada kampung halaman. Ini deh yang mau liat trailernya bisa liat klik DI SINI.
Alasan yang lain kenapa Abang mau nonton film ini adalah karena tema cerita yang diangkat, Dek. Kata pak produser, Film ini merepresentasikan surat ar-rahman. Mengajak penonton untuk terus bersyukur. Nikmat Tuhan yang mana yang hendak kita dustakan, Saudara-saudara ? beliau mengharap film ini mampu menginspirasi,  memberikan pencerahan, dan tentunya membuat penontonnya jadi lebih mencintai Al-Qur’an.
Kita perlu menyaksikan film-film islami seperti ini. Di tengah komersialisasi industri perfilman ternyata masih ada yang ikhlas mengangkat tema-tema keislaman. Padahal momentumnya lagi gak ramadhan. oiya, satu lagi, film ini adalah film komersil. Bukan pesanan dari pemerintahan sehingga nasibnya ya tergantung kepada penonton. Saya melihat ada beberapa film yang kurang berhasil bertahan lama setelah di lempar ke pasaran. Seperti Ketika Mas Gagah Pergi, Pesantren Impian, Dreams, dan lain-lain.
Padahal Pesantren Impian itu digarap oleh Asma Nadia. Bertolak belakang sekali dengan film sebelumnya, Surga Yang Tak Dirindukan yang mampu menembus 1 juta penonton. Menurut saya momentum beliau melempar film ini kurang tepat. Terlalu dekat jaraknya dengan Surga Yang Tak Dirindukan. Coba kalau jaraknya lebih lama mungkin akan lebih berhasil. Ini sih penilaian dari saya pribadi.
Kalau film Dreams saya kurang paham. Hanya satu yang saya tahu di film tersebut, yaitu Fatin jadi bintang utamanya. Ah, saya teringat testimoni dari Syarifah. Ia bersama Adah, dan Habib – ketiga-tiganya teman saya di pondok- nonton film Dreams di bioskop LCC. Dan tahukah anda hanya mereka bertiga isi bioskop itu. Ratusan kursi yang lain kosong... song... song. Filmnya kurang laris atau penontonya lagi bokek, entahlah.
Persaingan industri perfilman memang sangat ketat. Film Kalam-Kalam Langit pun akan menemui takdir yang sama jika sambutan dari penonton tidak meriah. Tapi jika ada euforia menyambutnya insya Allah tidak menutup kemungkinan film ini akan bernasib sama seperti Single Raditya Dika, Surga Yang Tak Dirindukan Asma Nadia, maupun film-film laris lainnya.
Oiya, ada beberapa hal yang patut untuk kita ketahui seputar film yang sebentar lagi tayang ini :
Produser film Kalam-Kalam Langit adalah murid dari TGH. Mustafa Umar Kapek. Siapa yang tidak kenal TGH. Mustafa Umar, Kapek Gunungsari? Bagi saya pribadi beliau adalah pelopor Pondok Pesantren Tahfidz di bumi Lombok. Beliau berpulang sekitar tahun 2014 lalu. Allahu yarhamhu. Pada saat itulah sang produser bertemu dengan Gubernur NTB dan membicarakan tentang keinginan beliau adanya film nasional yang mengexplore NTB.
Bukan Lombok tapi Papua. Ya, tadinya film ini akan mengambil setting lokasi di Papua. Tapi oleh produser meminta dipindahkan ke Lombok. Katanya Lombok lebih cocok dan sesuai. Pulau ini adalah pulau dengan ribuan masjid. Menurut data Kemenag, di pulau yang kecil ini ada 4.500 lebih masjid. Itu belum kehitung musholla-musholla lo. Alhamdulillah, Lombok diputuskan sebagai lokasi syuting.
Dibintangi aktor kawakan tanah air. Ada nama Dimas Seto dan Ibnu Jamil di dalamnya. Dari trailernya saya baru tahu ternyata suara Dimas Seto kalau ngaji bagus juga. Selain itu hafidz-hafidzoh cilik NTB juga ambil bagian dalam film ini. oiya, 40 % adegan dalam film berlatar tempat di Pondok Pesantren Al Aziziyah Kapek Gunungsari. Pondok yang didirikan oleh alm. TGH. Mustafa Abdul Aziz, Allahu yarhamhu.
Saudara-saudara. Ada rasa bahagia dan bangga sebuah film nasional memilih Lombok sebagai lokasi syuting mereka. Saya berharap film ini bisa menjalin simbiosis mutualisme dengan Lombok itu sendiri. Sama-sama saling menguntungkan satu sama lain, insya Allah.
Selamat menanti bagi kalian yang juga satu rasa dengan saya. Jangan lupa 14 April di seluruh bioskop di Indonesia. Kalam-Kalam Langit tayang perdana. Yang kangen Lombok monggo bisa nonton. Yang pengen ke Lombok pun silahakan saksikan. Semoga film ini tidak hanya menghibur namun juga menginspirasi semua penikmatnya. Ammiinn Ya Robbal Alamin.

Jogjakarta, 18 Maret 2016
07:44 WIB

Bang Izzu

Komentar

Postingan Populer