SIKLUS ASMAROLOGI KAUM LABILISME





Perubahan adalah sebuah keniscayaan. Seperti halnya dengan teori big bang ala Stephen Hawking, semesta ini mengembang. Tidak statis, monoton, dan diam di tempat. Pun dengan kita, lihat dan perhatikan metamorfosa yang kita alami. Kita dulu hanyalah abstarksi dalam fantasi ayah-ibu. Mereka lalu menikah, berubahlah kita menjadi “proyek” dalam rencana mereka. Pada satu waktu yang romantis diiringi hujan gerimis, rencana itu pun dieksekusi. Tak lupa didahului dengan liturgi Bismillahi Allahumma jannibnaa assyaithona wa jannibna assaythona maa rozaqtanaa
Eh, Abang kok tahu doa itu ? hayo, ketahuan sudah praktik ya ? Iya, dek. Sudah praktik dalam mimpi bareng Isyana. Sekarang dia sudah telat dua minggu, besok mau ke dokter kandungan nih.
Proyek pun tembus. Sperma dan sel telur bersua atas izin-Nya. Mereka kemudian menjalani sunnatullah, bertransformasi dari segumpal darah, daging, hingga menjadi janin yang siap brojol. Setelah 9 bulan di kandungan kita pun di-launching ke dunia. Menjadi permata setiap kerlingan mata manusia. Mereka berebut menggendong, mencium, dan mencubit pipi imut kita.
15 tahun kemudian kita sudah bukan anak-anak lagi. Inilah gerbang pertama masa remaja. Namun dalam konteks kekinian banyak kita temukan kasus akil baligh sebelum waktunya. Khususnya akil baligh dalam aspek mentalitas. Coba bayangkan, anak SD udah bisa pacaran, mungkin kalau pacarannya main-main lantaran olok-olokan teman sebaya sih tidak terlalu mencengangkan, tapi ini mah pacarannya mengadopsi adegan-adegan sinetron di televisi. Masih ingat foto kontroversial Ina Si Nononk ? kalau mau saya masih simpan fotonya di recycle bin. Tinggal restore aja. Mau dibawa kemana aset bangsa ini ? Ah, sudah ! bukan itu yang ingin saya bahas. Semoga keresahan ini bisa ketemu solusinya.
Menurut ilmu psikologi, masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan pengertian remaja menurut Zakiah Darajat (1990:23) adalah ; masa peralihan antara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisik maupun psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak, baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan juga orang dewasa yang telah matang.
Nah, periode transisi dari anak-anak menuju dewasa inilah yang selalu melahirkan generasi-generasi labil. Mungkin kita – bagi yang merasa masih remaja –termasuk di dalamnya. Dijelaskan juga oleh Zakiah bahwa dalam periode ini psikis mereka mengalami perkembangan. Istilah biologinya pubertas. Istilah fiqihnya akil baligh. Kalau istilah Lomboknya kebelang mate ( bahasa sasak, secara harfiah bermakna mata keranjang, namun oleh masyarakat digunakan untuk menyebut individu yang tengah puber ). Di masa-masa pubertas ini seorang lelaki  mulai tertarik pada wanita, pun sebaliknya. Kebanyakan polanya begitu, kalau yang LGBT? Hmh,  dalam istilah bahasa Arab namanya min babil istisna’ ( pengecualian ).
Sebagai seorang remaja senior – usia saya 20 tahun lebih – saya acap kali mengalami kelabilan tersebut. Pun menyaksikan teman sepantaran terjangkiti virus memalukan kalau kelak diingat ini. Dan kebanyakan penyebab kelabilan itu menghampiri adalah asmara, Sodara-sodara. Entah cinta monyet, cinta lokasi, sampai cinta terlarang. Oleh karena itu berikut saya jelaskan dengan sederhana siklus asmaralogi bagi kaum labilisme.
SUKA. Siklus pun dimulai. Seorang lelaki menyukai seorang wanita bisa jadi lantaran kecantikan, kemolekan, kepintaran, juga keindahan suara. Kalau ada cewek cantik, body ideal, cerdas, plus suaranya merdu kayak Isyana, beh , dijamin banyak cowok yang ileran dibuatnya. Kecuali Saiful Jamil. Tapi ada kalanya rasa suka diawali oleh si cewek. Faktornya bisa jadi kegantengan, kesalehan, atau ke-macho-an. Gampangnya mah “menarik” aja sih. Ketertarikan mata akan menjalar ke hati. Nah kala rasa suka itu semakin menumpuk barulah siklus ini berlanjut.
PDKT dan nembak. Ini tahapan selanjutnya. Bagi mereka yang cukup “berani”, mengekspresikan rasa suka adalah prestasi. Jangan tanya bagaimana cara PDKT hingga nembaknya. Refrensi tersedia setiap hari di layar kaca. Nah, remaja labil yang tengah berada di siklus ini biasanya akan rajin browsing google. Di kotak pencarian ia menulis “ kata-kata romantis buat cewek ” atau “ Sms cinta buat gebetan ” dan lain sebagainya. Si cewek yang dapat kiriman kata-kata romantis akan luluh tanpa tahu kata-kata itu sebenarnya plagiarisme. Cara menyatakan cintapun mereka punya banyak pilihan, menyatakan langsung, lewat chating, atau via surat melalui mak comblang terdekat. Tak lupa prangko berwujud permen k*ss bertuliskan i love you jadi pengiring.
Pacaran. Kita akan sampai pada siklus ini jika siklus sebelumnya berhasil. Kalau ditolak mah ya ngulang dari siklus awal. Mencari wanita lain. Masa pacaran ibarat bulan madu. Mulai mengenal satu sama lain, perlahan-lahan terbuai dengan keasyikan berasmara. Tiada hari tanpa chating. Dan di siklus inilah kita yang punya pacar secara de facto dan de jure berhak menyombongkan diri atas mereka yang masih jomblo.
Bosen dan putus. Ini puncak siklusnya. Yang namanya labil itu inkonsisten. Anti istiqomah. Teorinya gampang saja sih, rasa suka yang cepat datang akan cepat pula perginya, iya ngggak ? rasa suka dan kekaguman pada sang pacar mulai memudar. Nah faktornya beragam, bisa karena beneran bosen atau faktor GIL, Gebetan Idaman Lainan. Kata putus pun dengan gampang dilontarkan. Secara resmi mereka memiliki status baru, “ mantan ”.
Galau. Nah ini ending siklusnya sebelum kembali ke siklus yang pertama. Baik yang putus maupun yang diputuskan sama-sama akan merasa galau. Entah langsung maupun tertunda. Biasanya yang mutusin mah galaunya tertunda. Bahasa populernya karma. Kala periode ini menghampiri, mendadak mereka jadi pujangga yang punya ribuan stok quote melankolis. Segala status akun medsosnya berisi galau-galau mulu. Untuk mereka yang galaunya ekstrem nggak sedikit yang terlalu dramatis. Unggah foto waktu lagi nangis dibumbui caption-caption menyedihkan. Jujur, banyak banget saya nemu spesies macam ini di facebook. Saya sempet muak sih hingga akhirnya sadar, “ dulu aku juga pernah gitu ”, kemudian saya mengheningkan cipta untuk mengenang bayangan mantan yang telah mendahului ke pelaminan.
Durasi galau masing-masing orang berbeda. Ada yang Cuma beberapa hari sampai ada pula yang bertahun-tahun lamanya. Kalau mereka telah berhasil lepas dari kegalauan tinggal menunggu waktu siklus asmaralogi kembali berjalan. Suka, PDKT dan nembak, pacaran, bosen terus putus, galau, suka lagi, PDKT lagi, nembak lagi, begitu seterusnya hingga mereka sampai pada titik kesadaran bahwa cinta bukan hanya perkara rasa. Namun cinta dengan segala ke-kompleksitas-annya harus dibina di atas kedewasan mereka yang menjalani. Jika cinta dilakoni oleh kaum labilisme akut ala kaula remaja, percayalah kisah yang akan tercipta tak jauh-jauh amat dari siklus di atas.
Kita bebas bercinta, berkeinginan dan mendamba dengan siapa kita hendak mengarungi bahtera hidup. Tapi jangan lupa, ada Sang Maha Cinta yang berhak menetukan cinta kita akan bersua dengan cinta siapa. Maka usahlah galau terlalu diumbar-umbar, kemesraan disebar-sebar. Karena cinta itu rahasia penuh misteri, dan hanya waktu yang sanggup menyingkapnya.

Jogja, 09 April 2016

King Izzu

Komentar

Postingan Populer