Bang Fahri Hamzah, Pulang Aja Yuk !
Dunia politik tanah air
kembali mencuri perhatian. Kali ini kabar mengejutkan datang dari Senayan.
Gelora Bung Karno ? bukan ! saya sedang tidak bergairah membahas keberhasilan
Arema mempecundangi Persib di laga final Piala Bhayangkara hari minggu kemarin.
Berhubung saya mendukung Persib jadi gak usah dibahas. Kabar itu datang
dari gedung parlemen tempat deretan wakil rakyat ( konon ) memperjuangkan nasib
para pemilihnya.
Adalah wakil ketua DPR RI
dari Partai Keadilan Sejahtera ( PKS ), Fachri Hamzah ( FH ) secara resmi
dipecat dari keanggotaan partai. Otomatis ia pun harus lengser dari jabatan
wakil ketua DPR. Sebelumnya beredar surat pemecatan FH di dunia maya yang
menimbulkan banyak tanya, itu suratnya asli apa KW ? Awalnya Presiden PKS,
Sohibul Iman tidak bersedia memberi keterangan lebih lanjut dengan dalih surat
tersebut belum disampaikan kepada saudara FH langsung. Baru kemarin melalui
laman resmi partai, Presiden PKS yang baru beberapa saat menjabat itu memberi
keterangan mengapa sodara FH diberhentikan dari kepengurusan partai.
FH diberhentikan karena
tindakan yang ia ambil kerap tidak sejalan dengan arahan partai. Dari laman www.pks.or.id , salah satu partai Islam itu
menjelaskan secara runut kronologi pemecatan FH. Semua berawal saat pimpinan
PKS memanggil Ketua Fraksi PKS Jazuli Juwaini dan Wakil Ketua DPR dari Fraksi
PKS Fahri Hamzah ke kantor pusat pada 1 September 2015. Hadir dalam pertemuan
itu diantaranya, Sohibul Iman selaku Presiden PKS, Ketua Majelis Syuro Salim
Segaf Al Jufri, dan Wakil Ketua Majelis Syuro Hidayat Nur Wahid.
Pertemuan tersebut
membahas arah kebijakan partai ke depan serta pemberian arahan kepada FH agar
menyesuaikan diri dengan kedisiplinan dan kesantunan sesuai dengan
karakteristik partai. Sebab, FH dianggap sering melontarkan pernyataan
kontroversial di ranah publik.
Misalnya, sewaktu DPR
membahas revisi UU KPK. FH dengan tegas mengatakan bahwa mereka yang menolak
revisi UU KPK sebagai kelompok yang sok pahlawan dan ingin menutupi boroknya.
Padahal sikap PKS tegas menolak revisi UU KPK. Kalau pakai teori logika, secara
tidak langsung berarti PKS termasuk kelompok yang sok pahlawan dong ya ?
entahlah. Hanya PKS, bang Fahri, dan Tuhan yang tahu.
FH juga akhir-akhir ini
diketahui sebagai salah satu anggota DPR yang getol mendukung pembangunan
perpustakaan di Senayan. Perpustakaan tersebut digadang-gadang akan menjadi
perpustakaan terbesar di Asia Tenggara. PKS menolak usulan tersebut namun FH
malah mengambil jalur berbeda dengan partai yang telah membesarkan namanya
tersebut. Tapi untuk bagian ini saya sendiri kurang setuju, lebih baik
perpustakaan itu dibangun di daerah-daerah yang masih kurang perpustakaanya. Di
kampung saya saja kalau mau ke perpustakaan harus naik motor 30 menit dulu.
Konon, mengutip beberapa
berita dari laman tempo.co, FH tidak hanya sekali itu dipanggil ke kantor pusat
partai. Beberapa kali ia bertemu dengan petinggi partai untuk mencari jalan
keluar. Sayangnya, menurut petinggi PKS Fahri sama sekali tidak mengindahkan arahan
dan masukan dari mereka. Dan setelah cukup lama bersabar, pimpinan PKS pun
resmi mengeluarkan FH dari keanggotaan partai.
FH tidak terima dengan
pemecatan tersebut. Ia menganggap ini semua sebagai bentuk kriminalisasi yang
digagas oleh Presiden PKS, Sohibul Iman. Terlepas tanggapan dalam konfrensi
pers yang dilakukan bang Fahri berdasarkan emosi atau fakta, namun hal ini
patut menjadi rujukan guna melihat se-obyektif mungkin permasalahan yang
membelit partai Islam ini.
Sudah jadi sebuah pola
yang selalu mudah terbaca, kala dua pihak terlibat konflik, masing-masing akan
memasang argumen terhebat dan beranggapan mereka lah yang paling benar. Sohibul
Iman mengklaim putusan partai adalah yang paling tepat. Sedangkan FH merasa
terzholimi oleh kepentingan segelintir elit partai. Ia jadi korban. FH mengakui
akan membawa permasalahan ini ke ranah hukum.
Sebenarnya hal semacam
ini menjadi berkah bagi banyak pihak. Televisi jadi punya bahan hot untuk
diberitakan, pun dengan para pengamat alias pakar politik, mereka ramai-ramai
buka suara. Yang sudah punya nama akan diundang ke acara-acara di TV milik Abu
Rizal Bakrie maupun Surya Paloh yang dikenal sebagai TV paling getol
memberitakan perkembangan politik negeri. Mereka harus berterima kasih pada
Fahri dan PKS, karena berkat merekalah para pengamat ini punya lahan mengais
rezeki meskipun hanya beberapa saat.
Ada beberapa tanggapan
pengamat yang saya baca. Diantara mereka ada yang mengatakan bahwa FH memang
sengaja dibuang dari partai agar proses PDKT PKS dengan rezim yang berkuasa
sekarang lebih mudah. Sudah jadi rahasia umum, FH adalah salah satu tokoh yang
rajin sekali mengkritisi pemerintahan Jokowi-JK. Nah orang-orang yang kritisnya
lebay macam FH ini perlu disingkirkan. Ya, namanya juga komentar pengamat, hanya
sekedar asumsi yang bisa jadi benar bisa juga salah.
Nah bagaimana posisi saya
saat ini ? saya bukan pengamat perpolitikan. Kalau disuruh mengamati
perkembangan sepak bola saya baru bisa. Nah ini masalah politik ? puyeng pala
abang, Dek. Namun saya akan memposisikan diri sebagai penonton saja. Ibarat
sedang menyaksikan pertandingan sepak bola, saya tengah bertanya-tanya kenapa
pemain itu dikeluarkan oleh pelatih sedangkan ia bermain cukup bagus, atraktif,
penetrasinya baik, meskipun agak egois dalam menggiring bola. Tak jarang ia
bersitegang dengan pemain lawan dan melakukan protes keras kepada wasit.
Posisinya bukan kapten, tapi wakil kapten. Kira-kira seperti itulah Fahri
Hamzah di benak saya. Pantaskah ia dipecat ? sedangkan blunder yang ia lakukan
lebih disebabkan oleh watak artikulatifnya. Korupsi ? sampai saat ini ia cukup
bersih, minimal tak pernah punya kasus dengan KPK. Tindak asusila ? apa lagi.
Insya Allah beliau orangnya soleh. Sudahlah kita husnuzhon saja. Merugikan
negara ? saya rasa koruptor-koruptor itu lebih merugikan negara. Atau merugikan
partai ? waini !! Wallahu a’lam bishowab.
Sebagai orang NTB saya
cukup bangga dengan eksistensi beliau di kancah nasional. Pertama dalam sejarah
orang NTB menduduki kursi pimpinan DPR ya beliau itu. Terlahir sebagai putra
Sumbawa asli beliau tumbuh sesuai dengan watak dan budaya kebanyakan masyarakat
di pulau tempat PT. Newmont Nusa Tenggara itu beroperasi. Watak keras, tegas,
dan pastinya artikulatif. Kalau anda mengunjungi NTB dan melihat kesenian Pulau
Lombok dan Sumbawa maka anda akan menemukan satu perbedaan mencolok. Kesenian,
misalnya tarian, di Pulau Lombok didominasi oleh gerak tubuh. Sedangkan
kesenian Pulau Sumbawa didominasi oleh bahasa tuturan. Lebih artikulatif. Dan
sebagaimana yang saya pelajari bahwa kesenian merupakan salah satu representasi
kearifan lokal dan karakteristik suatu komunitas. Maka jangan heran Bang Fahri
banyak bicara. Sudah dari sononya begitu, Sodara-sodara.
Pantas kah Fahri Hamzah
dipecat lantaran terlalu lebay dalam berartikulasi ? bagi saya pribadi rasanya
kurang pantas. Karena politik kekinian memang tengah ramainya diisi oleh
tokoh-tokoh vokal. Ahok pun omongannya tak jarang bikin kontroversi dan
menyulut emosi beberapa elemen masyarakat seperti F*I. Merujuk jauh ke negeri
Paman Sam, kandidat kuat capres Amerika sekarang, Donald Trump bahkan tanpa
ragu mengatakan akan mengharamkan tanah Amerika diinjak oleh orang Islam jika
terpilih sebagai presiden. Meski mendapat kecaman keras dari berbagai pihak
faktanya Donald Trump terus naik elektabilitasnya di Amerika sana.
Yah, inilah dunia
politik. Hari ini kawan eh besok tiba-tiba jadi lawan. sekarang lawan eh tahun
depan jadi kawan. FH saat ditanya akan hijrah kemana pasca dipecundangi PKS
mengaku tak kan ke partai manapun. Sebagai salah seorang pendiri partai ia
menyatakan komitmen kuatnya bersama PKS. Saya nyeletuk sendiri, sampai sejauh
mana kesetianmu, Bang Fahri ? move on lah ke partai lain. Siapa tahu lebih
seru. Atau kalau mau hayuk pulang ke NTB. Pelungguh toh peraih suara
terbanyak pemilu kemarin. Nyalon saja jadi Gubernur NTB 2018 mendatang.
Gantikan TGB. Pelungguh kan terkenal, insya Allah NTB jadi ikut terkenal
kalau dipimpin pelungguh. Biar NTB lebih sering masuk TV gitu. Sekarang
mah zamannya eksis-eksisan. Tolong dimaafkan goresan orang awam ini. Saya
bangga sama Bang Fahri. Meski disatu sisi saya juga kurang setuju dengan
beberapa pendapat kontroversial Abang. Semoga pelungguh bisa memetik
hikmah dibalik pemberhentian ini. aammiinn.
Di malam yang
hangat
Jogjakarta,
04 April 2016
21:05 WIB
King Izzu
Komentar
Posting Komentar