Agar Kita Diundang Allah




Bismillahirrahmanirrahim
Kugores untaian kalimat ini di sepertiga malam. Sunyi dan sepi. Kebanyakan anak cucu Adam masih lelap dalam mimpi. Tak sedikit yang mimpi basah. Entah untuk kesekian kali ataupun pertama kali. Ah, tak penting membahas mimpi mereka. Bagimu mimpimu bagiku mimpiku.
Di penghujung Maret ini saya akan menghadapi UTS pertama. Sayang tadi malam sejak sampai di kos ( bakda magrib ) hingga mata ini ketiduran – gak tahu entah jam berapa – listrik di kos dan sekitarnya padam. Ini pertama kali terjadi. Saya pikir lantaran terletak di tengah-tengah kota dan dekat dengan berbagai tempat-tempat strategis kawasan kos ini aman dari pemadaman listrik oleh PLN. Eh ternyata sekota-kotanya suatu tempat akhirnya padam juga.
Saya bukan tipe mata kelewar atau hewan malam lainnya yang sanggup menerawang dalam gelap. Mata ini gak punya infra red, Sodara-sodara. Menunggu listrik menyala di tengah kegelapan dan kesunyian laksana menunggu jodoh yang tak kunjung datang. Sampai mata ini terpejam suasana gelap masih menyelimuti. Pukul 1 dini hari orang kurus ini terjaga. Lampu neon di kamar menyala dengan terangnya. Waktu menengok ke samping saya kaget bukan kepalang. Magic com yang kosong tak berisi menyala lantaran lupa saya cabut colokannya. Untunglah tak terjadi apa-apa. Gak kebayang kalau terjadi kebakaran dan saya jadi korban, bisa-bisa saya menjadi spesies hantu baru di Indonesia. Hantu penunggu magic com. Gak keren kan ya ?
Pukul 01:00 dini hari, seusai menunaikan sholat isya’ ( yang bagian ini jangan ditiru, Sodara-sodara, maafkeun ) saya segera merogoh modul kuliah guna persiapan UTS esok. UTS kali ini ujian lisan. Bukan tulisan apalagi pilihan ganda. Oiya, sejak resmi jadi mahasiswa saya belum pernah bersua dengan soal-soal pilihan ganda. Jadi kangen dengan suasana mengarang jawaban jika berhadapan dengan pilihan ganda. Paling tidak soal dengan opsional memberi peluang bagi peserta ujian untuk menggunakan kreatifitas mengarang mereka. Kalau jawabannya ternyata salah mereka pun dengan segera pasang alasan. “ tadinya mau jawab A tapi jadinya C ” “ duh, saya salah pilih, harusnya A tapi kok D, saya kurang teliti ” dan bla.. bla.. bla lainnya.
Satu setengah jam lebih saya gunakan untuk belajar dan review materi. Kebetulan lagi dapat hidayah dan taufiq saya pun menunaikan tahajjud ( kalau yang ini boleh dicontoh ) beberapa rakaat. Nah, ini dia inti goresan ini, jujur saya tengah menggarap satu artikel bebas yang agak prontal. Terinspirasi dari tulisan-tulisan di laman mojok.co. Sebuah artikel yang mengatakan bahwa semua pemimpin melakukan korupsi. Ada yang terpaksa dan ada pula yang memang berniat jauh hari. Sudah jadi 1/3 nya. Tapi masih ra mudeng ( belum loading ) untuk melanjutkan. Karena saya tahu korupsi adalah problematika besar dan sangan sensitif di tanah air tercinta. Menyajikan dengan bebas artikel tentang korupsi saya khawatirkan dapat mencederai esensi dan amanah yang tersirat di dalamnya. Makanya saya urung melanjutkannya pagi ini. Dari pada tulisan jadi ngawur kemana-mana. Insya Allah kalau nanti dapat feel yang pas saya akan lanjutkan proyek tersebut ( duh, bahasaku -_- )
Terbangun di pagi hari yang begitu early ( pagi banget ) mengingatkan saya akan peristiwa 2 tahunan lalu. Kala itu di Jakarta saya mengikuti sebuah kompetisi dakwah yang alhamdulillah diisi oleh trainer-trainer profesional di bidang masing-masing. Ustad Didik untuk materi dunia broadcasting dan propaganda media sosial, juga mentor-mentor lainnya di bidang esensi dan muatan dakwah, kepenulisan dan semangat, serta bidang entertaiment yang tak menjemukan.
Selain bersua dengan para mentor saya juga berkenalan dengan puluhan teman-teman baru dari berbagai daerah. Diantara mereka ada yang jadi teman dekat ada pula yang sekedar kenal. Entahlah kelak ada yang jadi teman hidup atau tidak ( baper time ). Di sela-sela latihan dan belajar kami kerap berbincang ringan dari satu tema ke tema lain. Tak pilih tempat, kadang di loby studio, kantin, maupun apartemen.
Pernah suatu ketika saya bertanya pada seorang kawan asal Aceh Tengah, tepatnya daerah Gayo. Namanya Widia. Gadis manis bertubuh eksotis ( baca : agak berisi ) tersebut kini kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Fakultas Ushuludin, jurusannya saya kurang ingat pasti. Saya pernah mengajukan pertanyaan padanya di tengah diskusi kami menyusun materi
“ Bagaimana caranya biar bisa bangun pagi ? ”
“ Kak, tahajjud itu undangan Allah ” katanya sembari tetap fokus pada pena dan kertasnya.
“ Undangan ? maksudnya ? ” tanya saya heran. Ia meletakkan pena dan kertasnya. Lalu tersenyum dan berkata
“ Tidur itu aktifitas yang paling nikmat, Kak, apalagi di malam hari. Mustahil kita bisa bangun tanpa kuasa Allah. Nah orang-orang yang bangun di pagi hari itulah orang-orang yang diundang oleh Allah. Diundang untuk menghidupkan malamnya. Diundang untuk bertahajjud dan berkeluh kesah dengan Allah. Maka beruntunglah mereka yang mendapat undangan dari Allah. Kalau kakak belum terbiasa bertahajjud berarti kakak belum diundang oleh Allah ”
Termangu saya mendengar penuturan gadis berkulit putih ini. Wajah orientalis ala wanita Yaman KW 3 itu mengguratkan aura kemantapan dalam penjelasan yang ia sampaikan. Tahadduts binni’mah, saya tipe orang yang hoby menela’ah dan merenungi kalimat-kalimat singkat lawan bicara. Tak jarang saya menemukan hal baru dalam kecamuk fikiran yang awam ini.
Benar, bangun pagi adalah undangan dari Allah. Tidur itu aktifitas paling nikmat, paling nyaman, dan paling ikhlas. Tak sedikit orang yang jika dibangunkan malah mendengus marah. Kenapa ? karena merasa terganggu dari kenyamanan, kenikmatan dan keikhlasan tidur mereka. Apalagi di malam hari. Tak jarang saking ikhlasnya tertidur banyak yang bangun ketika matahari sudah terik. Kalah oleh ayam dan makhluk Allah lainnya. Pokoknya tidur malam itu uenak tenan.
Apa yang bisa membangunkan dan membuat manusia terjaga di malam yang nyaman kalau bukan kasih sayang Allah ? itulah indikasi bahwa bangun malam merupakan undangan Allah. Andai disadari, seseorang yang terbangun di malam hari seyogyanya sedang menerima undangan dari Allah. Ada banyak cara Dia mengundang. Kita lagi tidur, mimpi, tersentak dan tiba-tiba bangun. Itu Allah lagi ngundang lewat perantara mimpi.
Ada yang tengah tidur, tiba-tiba gempa bumi. Nah melalui gempa bumi itulah Allah mengundang kita qiyamullail. Tapi kalau gempa bumi terus gak bangun ya tandanya belum diundang sama Allah. Pun terbangun lantaran alarm HP, melalui perantara HP itulah Allah mengundang kita. Nah pertanyaannya sekarang apakah kita menanggapi dan memenuhi undangan Allah itu atau justru mengabaikannya ?
Saat anda terbangun di tengah malam namun lebih memilih nonton bola dan tidak tahajud bukan berarti Allah mengundang anda nonton bola. Tapi itu artinya anda tengah mengabaikan undangan qiyamullail dari Allah SWT. Seolah Tuhan berkata “ Hey, hamba-Ku, bangun ! tahajjud lah ! berdoalah ! akan Aku kabulkan segala pintamu ”. kita bangun tapi lebih memilih main HP, Laptop, atau nonton TV. Bayangkan, setega itu kah kita mengabaikan undangan dari-Nya ?
Yuk kalau lagi terbangun entah dengan perantara apapun, tanamkan dalam hati “ Alhamdulillah, saya bangun tengah malam. Allah lagi ngundang saya, bismillah, akan saya penuhi undangan ini ”. Kemudian langkah kan kaki menuju kamar mandi, ambil wudu’, kalau mau boker dulu juga gak apa-apa. Gak ada yang larang. Jangan lantas tidur lagi. Kalau pun ngantuk banget paksakan diri, Sodara-sodara ! Jika toh nanti ketiduran lagi saking gak tahannya paling tidak kita sudah berusaha dan tidak ada usaha yang sia-sia. Bahkan bisa jadi ketiduran itu terhitung pahala.
Bang, aku jarang bangun pagi, apa Allah gak ngundang aku ? apa Allah gak mau ngundang aku ? Dek, orang yang diundang Allah adalah orang-orang pilihan. Agar menjadi pilihan Allah kamu harus berusaha agar “pantas” diundang oleh-Nya. Memantaskan diri. Kalau siangnya banyak maksiat, jarang solat, dan abai beribadah apa pantas kamu dapat undangan dari Allah ? coba kurangi maksiat di siang hari. Tunaikan ibadah yang menjadi kewajibanmu, lalu perhatikan, Allah pasti akan mengundangmu. Dan saat undangan itu tiba jangan sekali-kali kau abaikan.
Atau kalau mau berusahalah agar diundang oleh Allah. Piye carane, Bang ? tidur lebih awal, istirahat siang, dan memasang alarm adalah beberapa cara agar Allah mengundang kita. Kalau belum juga bisa bangun berarti undangan itu belum datang. Tapi jangan pasrah kalau belum diundang. Harusnya kalian resah. Berusahalah agar diundang Allah dengan memantaskan diri dan berupaya bangun pagi. Semoga kita terhindar dari berbagai perilaku-perilaku melalaikan perintah-Nya. Amin ya robbal alamin
Isy karima. Hiduplah dengan mulia!!

Di sudut daerah istimewa
Jogjakarta, 03:55 WIB

King Izzu

Komentar

Postingan Populer