Goresan Absurd di Malam Jum'at



Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Selamat malam Jum’at, Sodara-sodara ! semoga Allah senantiasa memberkahi tiap derap langkah. Agar kebaikan terpercik dalam setiap hembusan nafas. Sungguh tanpa kehendak-Nya apalah arti hadir kita di bumi ini ? hanya butiran debu yang tak tahu arah pulang. Terkatung-katung dibawa angin terbang. Mengambang tak karuan rimba.
Malam ini saya belum sempat baca al-Kahfie, Sodara-sodara. Entah kenapa tadi magrib tidak sempat, tapi in sya Allah besok pagi bakda solat subuh saya akan membaca sunnah Jum’at itu. Kalau lupa tolong ingatkan abang, ya, Dek.
Saya senang bukan main. Laptop saya kini ada ekstraknya, eh, nggak ding. Laptop saya kini ada movie maker-nya. Salah satu aplikasi editing video yang lumrah dipakai para editor awam macam saya ini. Baru tadi sore saya mencuri aplikasinya dari salah satu komputer di laboratorium bahasa fakultas. Tak perlu membuang waktu, sesampai di kos saya langsung meng-install aplikasi tersebut. Alhamdulillah sukses dan jadi deh satu buah video editing malam ini. kalau lagi ndak ada kerjaan dan pengen liat hasilnya monggo sowan ke chanel yutub saya, klik di sini. Inget lo bagi yang ndak ada kerjaan saja ya.
Itu dia yang membuat saya sedikit telat menggoreskan kata-kata untuk hari ini. Tapi tak mengapa, kini saatnya kembali berkutat dengan huruf demi huruf. Meski saya tahu tulisan malam ini akan ber-genre absurd. But, i think it’s not problem. Yang penting nulis dulu , masalah esensi urusan belakang. Apalagi beberapa hari terakhir apa yang saya goreskan di blog ini lumayan berbobot. Resensi-resensi buku cuy.
Ehemm...
Izinkan saya curhat di malam Jum’at ini, Sodara-sodara. Ada dua hal yang mendera dan sedikit memberatkan saya beberapa hari terakhir. Tidak! bukan masalah asmara, tapi masalah pikiran, beban, dan gigi. Sejak beberapa hari ini gigi saya kembali kambuh. Sering kali nyut-nyutan utamanya di gusi bagian kanan. Padahal biasanya yang sakit gusi sebelah kiri. Entahlah sejak kapan sakitnya move on ke sisi kanan. Tak ayal sakit gigi ini mengganggu dan membuat mood saya jadi sedikit terganggu, cepet banget pengen marah. Tapi mau gimana lagi ? inilah ujian sakit gigi. Lebih baik sakit hati dari pada sakit gigi.
Adapun yang membebani saya selain sakit gigi adalah tugas maha memberatkan dari Mbak Rima kepada saya, Syamil, dan Zahra. Bayangkan ! Sabtu esok kami bertiga diperintahkan berdebat bahasa arab dengan mahasiswa UMY ( Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ). Bukan maksud ingin menolak tapi informasinya diberikan H-2. Memang hanya sparing dengan embel-embel debat persahabatan, tapi tetap saja deg-degan dan nervous­-nya itu lo yang nggak hilang. Apalagi kami bertiga sama sekali tak punya pengalaman dalam berdebat. Kalau debat tentang sepak bola pake bahasa ibu pertiwi mah sering. Hampir tiap hari malahan. Tapi ini mah pake bahasa Onta. Eh, bahasa arab maksudnya. Ente kira gampang ? bagi mereka yang sudah expert mah mungkin biasa saja, tapi kami kan masih kasta amatiran. Akan kah ini cukup jadi alasan kami mengelak ? TIDAK ! kalau kami mengelak lantas kapan dong mau maju ? terkadang kita harus siap malu, salah, dan keliru untuk kemudian belajar dari itu semua dengan harapan bisa memperbaiki diri di kemudian hari.
Ya, sebenarnya ini Cuma usaha nyemangat-nyemangatin diri aja, sih. Minta doanya ya, Sodara-sodara, semoga sparing debat Sabtu esok lancar-lancar saja. Kalau pun memalukan ya semoga kami ndak malu-malu amat lah, syukur-syukur bisa mengimbangi mereka. Ammiinn.
Oiya, tadi Bapak tercinta sempat menelpon. Ngomong ngalor-ngidul, bertukar kabar, sedikit diskusi, lalu kemudian menanyakan tulisan saya hari ini. dengan jujur saya jawab bahwa tadi – waktu nelpon – saya belum menulis sama sekali. Dan waktu bapak nanya sudah ada judul, jawaban saya pun masih sama, belum ada bayangan.
Sebenarnya bayangan mau nulis apa malam ini sudah ada dari tadi pagi, hanya saja belum terlalu berkembang. Awalnya saya ingin membuat cerpen, tapi jangankan judul, jalan ceritanya kayak gimana pun saya belum ada bayangan. Mungkin ini diakibatkan lantaran bacaan cerpen saya masih kurang atau tontonan sinetron saya terlalu minim. Entahlah. Alhasil, rencana menulis cerpen urung dieksekusi malam ini.
Lah, kapan dong dieksekusi, Bang ? besok kalau udah dapat ide, Dek. Doakan saja segera dapat inspirasi dan tenaga berimajinasi. Karena cerita itu tak Cuma teknik penulisan tapi juga keliaran berimajinasi.
Saya juga sebenarnya ingin menulis tentang kekaguman dan kegilaan saya pada sosok wanita yang baru beberapa minggu ini saya kenal. Meski berusia 3 tahun di atas saya tapi kok ya saya kayak ngerasa jatuh cinta gitu sama dia. Cantik ? menurut saya iya. Baik ? in sya Allah baik kok. Dia orang Sunda, suaranya baguuuussssss banget. Lulusan akademi musik luar negeri. Kalau nggak salah di Inggris deh. Bahkan dia lulusnya cumlaude, Dek. Beberapa single-nya sudah rilis. Dan lagunya yang paling saya sukai berjudul Tetap Dalam Jiwa dan Keep Being You.
Isyana Sarasvati, Bang ?
Ho-oh, Dek.
Ndasmu, Bang, Aku pikir siapa -_-
Begitulah. Tadinya saya ingin nulis tentang kekaguman saya pada Isyana Sarasvati. Dia cantik, suaranya bagus, orangnya menarik, beh, dapat istri kayak gitu bakalan betah di rumah saya. Tapi bukan lantaran itu semata serta merta saya menggauminya. Namun perjuangan dan proses yang ia lakukan untuk mendapatkan itu semua yang patut untuk saya kagumi bahkan contohi, meski dalam ranah yang berbeda.

FYI, Isayana sedari kecil belajar main piano 8 jam sehari. Bayangin cuy, 8 jam. Itu sepertiga waktu sehari semalam. Dari kecil lagi. Maka jangan heran kala memainkan piano Isyana ndak akan kesulitan sama sekali. Ia sudah bersahabat dan menyatu dengan alat musik yang ditekan itu. Jemari lentiknya menari indah di atas keyboard. Sama kayak saya. Bedanya, jemari Isyan ( panggilan sayang saya buat Isyana ) menari di atas keyboard organ/piano, sedangkan jemari saja menari di atas keyboard laptop. Isyana menghasilkan kidung indah, adapaun saya menghasilkan tulisan absurd tak bermakna. Saya bergumam sendiri, kalau aja saya belajar silat 8 jam sehari sejak dini, mungkin tempat saya bukan di Sastra Arab, tapi di China, jadi master Kung-Fu, bersaing dengan Mr IP. Otomatis film yang dibuat tak bertajuk IP Man 1,2,3, tapi IP Man vs IZ Man.
Ah, terlambat kah aku mengenalmu, Isyan? Atau kamu yang telat unggah video ke yutub ? kamus kesuksesan tak mengenal kosakata terlambat. Aku akan tetap belajar darimu. Mustahil memang mengikuti jejakmu di belantika musik, akan tetapi izinkan aku mengikuti jejak proses yang kau lalui. Mengadopsi teknikmu sesuai passion-ku. Kini aku bergumam kembali, kali ini lebih serius. Andai aku memperdalam bahasa Inggris dan Arab 8 jam sehari, atau menulis 8 jam sehari, atau membaca selama itu, bukan mustahil aku akan mahir dan ahli di bidang-bidang tersebut seperti kamu yang mahir di ranah tarik suara. Iya to ?
Lantas kenapa saya tak menjadikannya ide besar dalam tulisan kali ini ? Sengaja saya pending nulis yang itu, saya kepengen menulis tema tentang Isyan kemudian mengirimkannya ke redaksi mojok. Kali aja bisa diterima, kalau ditolak ya masih ada blog sebagai pelarian. Sampai detik ini, sekitar 5 tulisan saya yang sudah ditolak. Ditolak redaksi lebih menyakitkan daripada ditolak cewek, cuy.
Wes, udah dulu ya, insya Allah semoga esok goresan yang saya urai bukan goresan absurd lagi, insya Allah.
Isy karima.. hiduplah dengan mulia

Jogja, 14 April 2016
21:52 WIB

King Izzu

Komentar

Postingan Populer