sepak terjang kehidupan
Dua hari
yang lalu saya menulis tentang filosofi sepakbola dan tujuan hidup. Terinspirasi
dari perjuangan tim kesayangan saya, Persib Bandung berjibaku menembus babak
final ISL 2014. Baru beberapa menit yang lalu pertandingan selesai. Dan hasilnya
? alhamdulillah setelah melalui waktu normal 2 x 45 menit + 2 x 15 menit extra
time dan diakhiri dengan babak adu finalti. Persib bandung keluar sebagai juara
ISL mengalahkan juara bertahan Persipura Jayapura.
Menurut Tomy
Wely atau yang akrab dengan sapaan bung towel pertandingan final antara
Persipura Jayapura melawan Persib Bandung adalah final terbaik yang pernah ada
di kompetisi Indonesia. ini bukan pendapat saya lo, tapi pendapat pengamat
sepakbola sekaligus wartawan. Jadi kalau ada yang kurang atau tidak setuju itu
hak anda dan kalau bisa bagi anda yang tidak setuju tolong jangan membully saya
karena pernyataan tersebut memang benar adanya dikatakan oleh bung towel
sendiri.
Terakhir kali
Persib mencicipi gelar juara pada tahun 1994. Bayangkan! 20 tahun kemudian baru
gelar juara itu kembali mereka rasakan yakni tepat di tahun 2014. Bukanlah waktu
yang singkat bagi persib dan viking maupun bobotoh ( julukan fans persib
bandung ). Tapi alhamdulillah, dengan perjuangan panjang itulah kini saatnya
Persib Bandung menduduki singgasana juara yang melambangkan tim nomor wahid di
seantero Indonesia.
Tangis haru
pecah ketika Ahmad Jufrianto menjadi penentu kemenangan Persib setelah
sebelumnya I Made Wirawan berhasil mematahkan tendangan eksekutor dari
Persipura Jayapura. Itu tangis kebahagiaan, itu tangis kesyukuran atas
perjuangan mereka selama ini yang akhirnya membuahkan hasil. Bukan hanya para
pemain dan official saja tetapi puluhan ribu viking-bobotoh juga ikut
menitikkan airmata. Dan semua airmata mereka artinya sama, kesyukuran dan
keharuan atas capaian mereka yang tidak instan ini. Mereka bersyukur kamipun
bersyukur. Alhamdulillah ‘ala kulli hal.
Setelah berpuas
diri menikmati kemenangan ini barulah kemudian saya kembali coba menganalogikan
sepak terjang Persib dengan sepak terjang hidup kita. Persib bukannya tanpa
catat, mereka pernah terseok-seok di papan bawah klasmen. Mereka pernah
menderita kekalahan besar, mereka pernah kalah di kandang sendiri. Mereka pernah
tanpil tidak konsisten. Namun mereka juga pernah bersaing di papan atas klasmen,
mereka pernah menang besar, mereka pun sering menang di kandang lawan.
Begitulah sepak
terjang kita dalam hidup. Terkadang kita menderita kekalahan, kadang kala kita
harus bersabar ketika berada di bawah orang lain namun tidak selamanya kita
kalah dan tidak selamanya kita berada di bawah. Akan datang masanya dimana kita
berada pada posisi yang anti klimaks dari posisi kita sebelumnya. Pujangga membahasakannya
dengan kalimat “ hidup laksana roda yang berputar, kadang di atas kadang di
bawah ”. tentu kawan-kawan sering dengar kalimat ini bukan ?
Dalam kronologi
hidup ada saat-saat kita harus bergumul dengan kesedihan yang mendera hati. Nah
ketika kita mampu mengaplikasikan kalimat pujangga di atas ketika sedih niscaya
kita tidak akan bersedih dalam jangka waktu yang lama. Karena kita tahu hari
ini kita sedih, esok kita pasti akan bahagia. Itulah hukum Alam dan itu pula
yang Allah jelaskan dalam al-qur’an
So.. sepak
bola ibarat sepak terjang kehidupan kita. Kita tidak bisa terus menerus konstan
pada satu kondisi dan situasi. Mau tidak mau kita akan dipaksa beranjak dari
kondisi tersebut menuju kondisi yang antiklimaks dari sebelumnya. Dan pada
waktu yang sudah ditakdirkan nanti kita jua akan kembali pada kondisi yang
aslinya. Inilah sepak terjang hidup. Allah yang mengatur dan kita yang
menjalankan.
Ketika kemenangan,
kebahagiaan, keberuntungan dan lain sebagainya tengah berada dalam genggaman
kita. Jangan lupa tengadahkan kepala dan angkat kedua tangan lalu berdoa dan
ucapkan syukur tiada henti pada sang pemberi nikmat. Dan tatkala kita terjatuh
kedalam kekakalahan, kegagalan, dan kesedihan jangan sampai keluhan yang
terlontar dari lisan apalagi kalau sampai protes tuhan.
Inilah hidup.
Inilah yang harus kita jalani dan pasti
akan kita temui. Bukankah Allah menciptakan semuanya berpasang-pasang ? jika
kita merasakan bahagia, kita pasti akan merasakan sedih begitupun sebaliknya. Ketika
kita sedih pasti ada saatnya bahagia yang akan terasa. Maka marilah kita lalui
sepak terjang hidup ini dengan penuh kesyukuran dan husnuzon pada Allah SWT.
insyaAllah
kalau hidup penuh dengan rasa syukur dan husnuzon kita akan terhindar dari
karakter-karakter yang mampu mengikis perlahan demi perlahan kualitas keimanan
kita. Semoga kita bisa menjadi insan-insan yang dapat memaknai dengan baik
sepak terjang kehidupan ini.
Komentar
Posting Komentar