keep our " lisan "



Kita memiliki 5 panca indera. Mata sebagai indera pengelihatan, telinga untuk mendengar, lidah untuk mengecap, hidung sebagai indera pencium atau pembau,  dan kulit sebagai indera perasa. Siapa yang tidak tahu pernyataan di atas ? kalau saya tidak khilaf ini merupakan materi IPA kelas 4 SD semester 2. Ada yang masih SD nggak ? kalau salah tolong dikoreksi ya ^_^. Maklum saya agak sedikit amnesia masa-masa SD :D.
Kelima panca indra tersebutlah yang digunakan manusia untuk mengenal lingkungan sekitarnya. Dengan mata kita bisa melihat sekeliling kita, saat ada bahaya kita bisa menghindar karena mata melihat dengan jelas ancaman bahaya tersebut. bersyukurlah kita yang masih memiliki kelima indra tersebut dengan sempurna dan dalam keadaan baik-baik saja. Di luar sana ada banyak orang yang tak sempurna panca indranya, orang buta tak bisa melihat seperti kita, orang  tuli tak mampu memaksimalkan potensi telinganya untuk mendengar. Maka fabi ayyi aalaa irobbikuma tukkazibaan ? ( maka nikmat tuhanmu yang manakah yang hendak engkau dustai ? )
Dalam tulisan kali ini saya tertarik membahas tentang lidah. Anda tahu lidah bukan ? lidah tak bertulang, ia digunakan untuk melontarkan perkataan, perkataan yang kaya akan ibrah dan manfaat dalam kehidupan, tapi hati hati ! lidah bisa berubah menjadi bomerang, apabila ia melukai, membohongi, maupun mencelakakan, karena itulah nabi mengajarkan kita menjaga lisan, karena menjaganya akan mendatangkan keselamatan, soo keep our lisan kawan :D. Bagi yang lisannya masih sariawan saya doakan semoga lekas normal kembali ya.. amiinn :).
Lisan barat pisau bermata dua. Di satu sisi ia mampu menghadiahkan kebaikan untuk siempunya maupun yang mendengarkan tutur katanya. Tapi di sisi yang lain ia sering tak bisa dikendalikan ketika menebar fitnah, dosa, dan kata-kata kotor di muka bumi. Sebagai mukmin yang baik kita tentu tahu salaamatul insan fi hifzil lisan ( keselamatan seseorang tergantung bagaimana ia menjaga lisannya ). Mau selamat ? yuk jaga lisan kita, jangan gampang menebar fitnah, mencaci-maki, ataupun memvonis orang yang belum tentu kita lebih baik dari orang yang kita kata-katai itu.
Salah satu cara yang bisa kita tempuh dalam upaya menjaga lisan ialah memikirkan dampak atau akibat dari lontaran kata-kata yang diucapkan. Kadang kita terjebak dengan kondisi yang menyeret kita membicarakan kejelekan orang lain. Contohnya acara-acara TV. Kita tahu bahwa media TV adalah media informasi terbesar dan paling berpengaruh di Indonesia. lihatlah substansi tayangan stasiun TV dewasa ini. Mungkin hanya beberapa TV yang tidak memiliki acara gosip-gosip selebritis.
Perhatikan juga tayangan berita di beberapa stasiun TV yang sudah mulai tidak obyektif dalam menyajikan berita. Terutama ketika suhu politik memanas. Yang ditayangkan hanyalah kejelekan-kejelekan dan kekurangan si lawan politik. Pagi, siang, sore, malam, sampai paginya lagi sebagian besar muatan tayangan televisi membicarakan keburukan orang. Ini kan secara tidak langsung mensugesti penikmat TV untuk ikut membicarakan kejelekan orang yang sebenarnya masih berupa asumsi belaka.
Tapi saya coba optimis, apalagi dengan program bapak presiden jokowi yang mengusung jargon revolusi mental. Jika ini berhasil maka saya akan sangat berbahagia dan berbangga hati. Semoga bapak berhasil dan jangan lupa pak jokowi, tayangan TV pun harus direvolusi untuk mendukung revolusi mental tersebut ( saya nulis kayak tulisan saya akan dibaca sama pak presiden saja , hehe, nggak apa-apa dah :D ). Good job, pak presiden !
Kembali ke pembahasan awal, menjaga lisan dengan memikirkan dulu akibatnya. Kalau kita hendak berbohong, akibatnya apa ? jika kita meng-gibah orang lain dampaknya bagaimana ? sebaliknya jika kita berbicara dengan halus, tutur kata lembut, dan senyum yang tulus dari dalam hati, dampaknya akan sedahsyat apa ?
Lisan ini mampu mencetak dosa dan juga pahala untuk kita. Memang sebagai manusia biasa kita tak mungkin luput dari dosa tapi selagi iman dan islam masih bertahta dalam hati mari kita optimalkan lisan sebagai pencetak tabungan pahala untuk kita. Jaga lisan dengan memikirkan dampak kata-kata yang kita ucapkan. Dan satu lagi ! mari kita sama-sama perbanyak zikir, agar lidah ini basah dengan kalimat-kalimat Allah. Wallahu a’lam.

Komentar

Postingan Populer