sebuah masukan bagi dunia pendidikan



Pendidikan adalah salah satu indikator kemajuan suatu bangsa. Negara yang pendidikannya berkualitas akan menjadi negara maju di berbagai bidang karena mereka memiliki SDM yang mumpuni di bidang-bidang tersebut. tentunya tanpa mengesampingkan  indikator lain seperti ekonomi, hukum, dan lainnya, pendidikan memiliki urgensi tersendiri yang berpengaruh pada eksistensi sebuah negara di belantika internasional maupun dalam proses mencapai tujuan kebangsaan mereka.
Dalam UUD 1945 yang setia dibacakan setiap hari senin saat upacara bendera dijelaskan bahwa tujuan bangsa Indonesia antara lain ; mencerdaskan kehidupan bangsa. Para pendiri bangsa ini tentu tidak asal-asalan dalam merumuskan UUD yang di dalamnya terdapat tujuan bernegara. Beliau-beliau yakin jika masyarakat Indonesia cerdas maka negara ini akan bermartabat.
Seiring waktu yang terus berjalan mulailah berkembang dunia pendidikan di Indonesia. inovasi demi inovasi serta perbaikan di sana sini yang konon menurut pakar atau yang memiliki otoritas di bidang pendidikan menganggap itulah yang terbaik bagi pendidikan bangsa ini. Patut kita apresiasi buah pemikiran tokoh-tokoh pendidikan kita, semoga amal baik beliau-beliau dibalas oleh Allah SWT.
Saya pribadi adalah pelaku pendidikan, di usia saya yang masih 18 tahun ini saya sudah menamatkan studi di jenjang madrasah aliyah ( setara SMA ). Beberapa kurikulum pernah saya dan teman-teman rasakan, mulai dari KBK bertahun-tahun silam, kemudian diganti dengan KTSP, dan sekarang ini ada yang namanya kurikulum 2013. Seperti yang saya kemukakakn di atas hal ini memang patut kita apresiasi tapi saya rasa ini juga mengindikasikan bahwa pemerintah kita belum menemukan formula yang tepat dalam mengemas pendidikan sehingga yang terjadi adalah gonta-ganti kurikulum dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama.
Guru saya pernah mengatakan bahwa dalam kegiatan belajar-mengajar hal yang paling penting adalah metode pendidikan. Ini asumsi dari guru saya, mungkin kalau orang lain ditanya jawabannya pun akan berbeda. Tapi tentu asumsi ini muncul bukan tanpa sebab. Beliau telah melakukan studi kasus terhadap hal ini di pondok pesantren beliau sendiri. Maka metode pendidikan yang baik akan menghasilkan pendidik dan didikan-didikan yang baik pula. Begitupun sebaliknya, jika metode pendidikan kurang tepat maka hasilnya pun tidak akan maksimal.
Sudah kita ketahui bersama bahwa di Indonesia sejak SD sampai SMA peserta didik dituntut untuk menguasai semua mata pelajaran, entah itu eksak, sosial, agama, maupun humaniora. Baru sampai di tingkat SMA dan perkuliahan lah  kita mulai diberikan pilihan untuk menentukan bidang mana yang akan kita geluti. Inilah perbedaan Indonesia dengan beberapa negara lain yang pendidikannya lebih maju.
Di negara barat sana ( eropa ), sejak SD , SMP, SMA orang-orang sudah mendapatkan pelajaran sesuai minat, bakat, dan potensi mereka. Sehingga nanti mereka akan menjadi profesional di bidang tersebut. sangat kontras dengan Indonesia yang mewajibkan penguasaan keseluruhan materi pelajaran. Padahal nanti toh kebanyakan mereka akan bergelut pada satu bidang bukan semua bidang.
Coba kita lihat, guru olahraga disuruh mengajar matematika apakah dia bisa ? belum tentu, padahal dulu guru olahraga belajar matematika sejak SD bukan ?. Guru matematika disuruh ngajarin olahraga, apakah dia mampu ? belum tentu juga meskipun sejak Sekolah Dasar sekali seminggu ada pelajaran olahraga. Guru fisika coba mengajar ekonomi atau pelajaran yang lain belum tentu juga dia mampu. Lah lantas apakah kita masih memungkiri dalam sistem pendidikan ini masih ada yang kurang tepat racikan formulanya ?
Saya jadi teringat potongan kata-kata motivasi berbahasa inggris tentang menikmati hidup “ this is your life... do what you love... and do it often...if you don't like something... change it..if you don't like you job, quit !!! Live is simple ” ini adalah hidupmu, lakukan apa yang kamu suka dan lakukan itu sesering mungkin. Jika kamu tidak suka terhadap sesuatu maka gantilah dia, jika kamu tidak suka dengan pekerjaanmu, keluarlah. Hidup itu tidak ribet.
Hanya sedikit manusia yang mampu menjadi multitalenta. Sisanya hanya akan menjadi profesional dalam satu atau beberapa bidang disiplin keilmuwan. Paling tidak inilah fakta empiris yang ada di sekitar kita. Maka andaikata sistem pendidikan Indonesia dirubah sedikit saja dengan mengarahkan para peserta didik pada bidang dimana ia berpotensi betapa Indonesia akan memilki banyak SDM mumpuni dalam segala bidang. Wallahu a’lam.

Komentar

Postingan Populer