Romantisme Senja
Beberapa hari terakhir
saya tidak ngepost di blog. Bukan karena gak nulis. Saya tetap
menulis tapi kali ini agak sedikit berbeda. saya tengah menggarap sebuah cerpen
sejak dua hari yang lalu tapi belum selesai-selesai. Imajinasi terasa masih
buntu, belum menemukan jalan cerita yang tepat. Ini akibat kelamaan gak buat
cerpen -_-
Saya memutuskan untuk
beristirahat sejenak dari proyek cerpen ini. saya memutuskan untuk menggores
sebuah keromantisan yang kemarin sore saya saksikan.
Sore itu senja mulai
menyingsing ke ufuk barat. Meski langit di bagian utara cukup mendung namun pemandangan
sore itu masih indah untuk ditafakkuri. Saya yang sedikit merasa jenuh di kos
terus akhirnya memutuskan untuk keluar jalan-jalan. Sendirian. Ya, sendirian. Nasib
kos yang jauh dari kos teman-teman yang lain ya begini, kerap merasa sepi.
Ketika hendak
mengeluarkan si merah dari garasi, putri ibu kos menghampiri
“ mas, itu ya mas,
listriknya jangan lupa ” katanya sembari tersenyum
“ oh, iya, mbak, uangnya
sudah saya siapkan kok Cuma belum sempet ketemu sama mbaknya, nanti saya bayar
kok mbak ”
Kalau ibu kos ataupun
putrinya, kadang-kadang juga cucunya sudah menyinggung “ listrik ”, itu
pertanda saya harus merogoh 50 ribu dari dompet setiap bulannya. Alhamdulillah,
duitnya sih sudah saya siapkan. Tinggal menunggu kesempatan untuk membayar.
Setelah memeriksa bensin
yang ternyata masih lumayan banyak saya pun memacu si merah ke arah selatan. Dekat
rel kereta api. HP dan tab sengaja saya tinggalkan di kos. Gak mau
diganggu dengan ributnya WA ataupun Line dan BBM.
Tepat di depan palang pintu
rel kereta api saya memarkir si merah. Sore itu ada beberapa orang yang
menikmati senjata diatas rel. Beberapa wanita terlihat menenteng gitar dan
berselfie ria. Senyum dan tawa mereka sayup-sayup terbawa angin hingga ke telinga.
Di sisi yang lain gerombolan pemuda pun nampak nongkrong di rel yang sama namun
lokasi yang berbeda. bercengkrama mesra, menikmati kebersamaan dengan
sahabat-sahabat tercinta. Beruntungnya mereka, paling tidak, senja mereka
tidak sesepi ratusan senja yang sudah saya lewati di Jogja ini. hati
sedikit menggumam.
15 menit saya menunggu
namun kereta tidak jua melintas. Akhirnya saya putuskan untuk memacu si merah
ke lain arah. Langit yang semakin mendung tidak menyurutkan niat. daripada
terus jenuh di kos seorang diri. Sesekali gak apa-apalah keluar dan
menyaksikan alam sekitar.
Di suatu daerah masih di
sekitaran gowok, motor saya melintasi pinggiran sawah. Sejauh mata memandang
hamparan sawah berbatasan dengan tembok besar sebuah perumahan. Dibaliknya ada
gunung yang tidak terlalu tinggi menjulang namun cukup berhasil memberi view
yang indah. Jika melihat sawah, kemudian diujungnya ada gunung saya
teringat kampung kelahiran di Lombok Timur sana. Pemandangannya persis seperti
ini.
Seorang petani dengan
caping dan traktornya masih asyik masyuk membajak sawah tatkala masa ini masih
bermanja ria dengan pemandangan di sekitarnya. angin disini sejuk dan
menyegarkan. Sangat kontras dengan di kos
yang cukup panas menyengat. Kalau pun ada angin sejuk itu seyogyanya
angin buatan dari cosmos si kipas angin.
Satu dua orang melintas
dengan celana training dan sepatu. Keringat yang sudah mulai kering masih
tercetak jelas dari badan mereka. Sudah beberapa minggu ini saya tidak berolah
raga. Ada pula yang melintas dengan mengayuh sepeda sportnya. Kalau nanti
pulang ke Lombok saya berencana ke Senggigi menggunakan sepeda sport.
insyaAllah :D.
Perjalanan sore itu saya
tutup dengan beli nastel di salah satu burjo. Anda tahu nastel itu apa ? Nasi
Telur. Makan paling familiar bagi anak kos. Meskipun di burjo langganan saya
harganya sekarang naik 7 ribu dari sebelumnya hanya 6 ribu. Sungguh benar kata
kak Wulan sewaktu saya di Malang, kenaikan harga seribu rupiah saja bagi anak
kos akan mengakibatkan pusing dan pening. Saya merasakan itu sekarang. Sudah beberapa
hari terakhir saya gak masak karena beras di kos sudah habis. Nanti saja
lah masaknya sekembali dari Pare,
insyaAllah.
Well, demikian sekelumit
romantisme senja yang saya explore kemarin. Saya minta doa semoga bisa
istiqomah dalam setiap kebaikan. Tetap semangat dan teruslah belajar ! hidup
hanya sekali maka hiduplah dengan mulia.. ‘IsyKarima... !!!
Jogjakarta 10
Januari 2016
09:15 WIB
IZZU
Komentar
Posting Komentar