3 Alasan Santri Menantu Idaman



Belakangan ini banyak meme ataupun quote berbau humor yang mengatakan “ menantu idaman adalah anak ...”. bagi mereka yang kuliah di fakultas tehnik tentu mengkalim mahasiswa ilmu teknik lah menantu idaman. Pun juga dengan para mahasiswi kebidanan, kedokteran, bahkan sampai bahasa arab. Mereka memiliki alasan masing-masing hingga berani mendeklarasikan diri sebagai calon menantu idaman.
Namun bagi saya pribadi menantu idaman, ya, santri. Terlepas banyak yang setuju ataupun tidak, inilah pendapat saya. goresan kali ini memang tidak seobyektif tulisan-tulisan saya sebelumnya. Jika anda santri atau pernah nyantri pasti seiya sekata dengan argumen saya. baiklah mari kita mulai membahas kenapa santri menjadi calon menantu idaman.
1.      Hormat Tingkat Tinggi
Hanya makhluk bernama santri atau orang-orang yang berjiwa santri yang akan mewarisi karakter hormat tingkat tinggi. Gak ada ceritanya santri melaporkan  ustadnya ke polisi karena dirotan. Bagi kami, saat rotan mencambuk betis ataupun hukuman mendera badan, lalu kami terima dengan dada yang lapang disitulah berkah ilmu sedang berjalan. Merasuk ke dalam jiwa dan menjelma menjadi karakter yang luhur. Tidak ada dendam ataupun sakit hati. Karena kami sadar itulah salah satu warna kehidupan dalam bui penjara suci. ( baca : pesantren ).
Bayangkan ! ustad dan kiyai saja dihormati apalagi dirimu dan mertuanya kelak. Jangan ragu dengan rasa hormat yang dimiliki santri. Jangankan kiyainya, sendal yang dikenakan kiyai bakalan dijaga dengan penuh khidmat. Takkan ia biarkan sendal tersebut kotor bahkan oleh debu sekalipun. Setiap bersua dengan kiyai atau ustadz punggung pun merendah, kepala menduduk, tangan bergerak kemudian dengan penuh ta’zhim mencium tangan ustadnya. Bahkan di pesantren saya dulu, salaman dengan ustad membutuhan waktu yang sedikit lebih lama. Karena ada tiga tahapan yang kami lalui. Pertama-pertama mencium punggung tangan, kemudian mencium telapaknya, dan terakhir mengusapkan telapak tangan beliau di kepala kami. Lumayan panjang kan ? disaat orang lain pada “ salaman gaul ” kita mah apa atuh yang Cuma “ salaman ta’zhim ”. siapa sih yang gak mau punya pasangan yang mampu menghormati ? santri lah orangnya.
2.      Mengerti dan memahami
Zaman sekarang banyak orang yang gak lancar baca qur’an. Jangankan al qur’an, huruf hijaiyah saja belum tentu mereka hafal. Padahal KTPnya Islam. Sungguh mencengangkan bukan ? mungkin belajar membaca al qur’an memang sulit namun jika kita tekun mendalaminya niscaya akan terasa mudah. Bukankah Allah yang telah memudahkan al qur’an untuk kita pahami. Pahami bagaimana cara membacanya dan bagaimana isi kandungannya.
Bagi seorang santri wajib hukumnya bisa membaca al qur’an dengan baik dan lancar. Tajwid ia ketahui dan terapkan dalam mengaji. Berbagai langgam dan lantunan tartil jadi melodi lembut dari bibir yang basah dengan lafadz-lafadz ilahiyah. Mereka tahu dimana harus berhenti dan kapanpun tidak boleh berhenti. Mereka memahami mana alif lam yang terbaca dan mana pula yang tidak dibaca.
Bahkan santri pun mampu membaca huruf arab gundul yang populer dengan istilah kitab kuning/kitab gundul. Sebagai santri yang sejak MTs saya sudah menekuni kitab gundul, saya tahu benar perlu perjuangan keras untuk dapat memahami teks arab tanpa baris. Menghafal berbagai matan, wazan, dan syair. Banyak istilah dan gramatikal yang tak kalah unik dengan bahasa asing lainnya. Baik dari segi fonetik, semantik, morfologi, ataupun sintaksis. Semua kaidah gramatikal tersebut wajib dikuasai jika ingin memahami teks arab gundul. Santri bisa melakukan itu.
Bayangkan, kitab gundul yang ribet saja dipahami dan dimengerti apalagi istri atau suaminya kelak ? santri sadar betul perubahan baris dalam bahasa arab tidak terjadi dengan tiba-tiba. Ada ‘amil yang membuat sebuah kata berubah baris. Ia paham sepaham-pahamnya bahwa suatu akibat pasti memiliki sebab. Seorang santri yang kebingungan ketika tidak mengetahui kenapa suatu kata berbaris dommah, misalnya, tidak akan diam dan tak bergeming. Ia akan berfikir dan mencoba mengingat muzakarah dari para ustad, jika belum juga ketemu jawaban yang tepat ia tanpa ragu bertanya pada sesama santri ataupun santri yang lebih senior. Ketika jawaban belum juga dijumpa maka ustadlah yang menjadi peraduan terakhir mereka.
Dari ilustrasi tersebut kita bisa ketahui bersama bahwa santri memiliki kepekaan dan kepedulian yang luar biasa. Bisa saja ia mengabaikan permasalahan tersebut dan tak mengacuhkannya namun itu bukan lah jwa santri. Coba renungkan ! sama kitab gundul saja santri peka apalagi sama pasangan hidupnya nanti. Hebat to santri ?
3.      Sabar dan tahan banting
Umumnya para santri adalah perantau. Berasal dari berbagai daerah. Dengan orang tua dan keluarga mereka rela berpisah. Ditinggalkannya zona nyaman dan kehidupan serba mudah. Rela hidup sederhana dan berlelah lelah dalam menimba ilmu disaat teman-teman sebayanya menikmati masa muda yang konon katanya teramat indah. Semuanyai demi meraup pundi-pundi berkah.
Tak jarang kehilangan barang menjadi ujian. Ataupun jatuh sakit dalam kesederhanaan. Uang bulanan yang sering delay mendarat di dompet. Juga sabun yang berubah fungsi jadi shampo guna sebuah penghematan. Mungkin bagi sebagian orang itu adalah bentuk penindasan. Namun bagi kami begitulah cara pesantren, kiyai, dan orang tua mengajarkan arti kesabaran dan kesederhanaan.
Santri sudah terbiasa hidup susah. Apalagi hidup bahagia. Namun paling tidak ketika mereka hidup bahagia mereka masih ingat dan bisa mengerti bagaimana rasanya menjadi orang yang kekurangan. Sehingga ia tak kan sombong, jumawa, ataupun membusungkan dada. Ia akan menengok ke bawah, menjulurkan tangan, mengayomi mereka, kemudian tersenyum dalam balutan keikhlasan. Benar-benar calon menantu idaman bukan ?
Santri juga dididik untuk hidup sederhana. Mendahulukan kebutuhan dari keinginan. Mengutamakan asas kebermanfaatan daripada kesenangan. Calon menantu yang irit namun tidak pelit. Merekalah calon menantu yang tidak hanya bisa membelanjakan uang untuk kebutuhan dunia namun juga untuk kebahagian akhirat.
Itulah 3 alasan mengapa santri pantas menjadi menantu idaman. Sungguh saya menulis ini dilandasi kerinduan akan masa-masa indah menjadi santri. Andai bisa kembali saya ingin berbuat yang lebih banyak dan baik lagi. Tapi semua hanya angan belaka, tak mungkin menjadi nyata. Saya gak punya doraemon yang memiliki mesin waktu. Namun saya berharap, kelak, bersama keluarga besar dan kolega, kami akan membangun pesantren salaf yang modern. Pesantren yang mencetak generasi-generasi intelek yang qur’ani ataupun ahlul qur’an yang intelek. Aamiinn allahuma amiin. Saya yakin jika santri yang memimpin negeri. Mulai dari presiden, ahli ekonom, sampai militer-militernya juga para penegak hukum, insyaAllah Indonesia jadi lebih baik dan lebih berkah.
Izinkan saya berandai-andai. Jika diperkenankan menjadi presiden negeri ini jargon yang akan saya gunakan adalah ; Muhammad Izzuddin, untuk Indonesia lebih berkah. Hehe.
Wallahu a’lam bisshowab.
Teruslah berbuat baik, belajar dari masa lalu untuk masa depan yang lebih berkah. ‘isyKarima... hiduplah dengan mulia !!

Jogjakarta, 04 Januari 2016
17:21 WIB

IZZU
berikut beberapa meme menarik tentang santri :



nah yang ini meme favorit saya, canti kan ? pengen punya istri kek gini, yang tembem hehe




Komentar

Postingan Populer