Paragraf dan Buku



Beberapa tahun lalu saya berkesempatan mewakili IPNW Kabupaten Lombok Barat dalam pertemuan pengurus IPNW 3 kabupaten, Lombok Barat, Lombok Utara, dan Lombok Timur. Konon, kala itu ketua IPNW Lombok Barat berhalangan hadir hingga akhirnya mengutus saya mewakili beliau. Karena gak enak berangkat seorang diri saya pun mengajak habib, sahabat terdekat sejak TK untuk menemani. Mendadak hari itu dia menjadi bagian dari IPNW juga.
Pertemuan berlangsung di kediaman H. Najmul Akhyar, kala itu menjawab wakil bupati KLU. Baru beberapa minggu yang lalu beliau resmi menjadi bupati terpilih dengan perolehan 50 % lebih suara. Ratusan orang mendadak gundul wujud syukur atas kemenangan tersebut. semoga KLU semakin baik di  bawah kepemimpinan beliau. Aamiinn ya robbal ‘alamin.
Kediaman beliau tidak besar namun lumayan luas. Tepat di belakang, terdapat asrama untuk pondok pesantren yang beliau dirikan sendiri. Di ujung utara ada gazebo lumayan besar yang dibawahnya terdapat kolam-kolam dipenuhi ikan beraneka jenis. Mulai ikan hias sampai ikan siap santap. Ada mujahir, lele, nila, namun sayang tidak ada paus ataupun hiu. Kurang greget jadinya.
Itu kali pertama saya bertandang ke kediaman wakil bupati. Tidak ada kesan mewah apalagi angkuh. Kesederhanaan terpancar dari seluruh penghuni rumah tersebut. mulai dari penjaga, tukang kebun, para asisten rumah tangga, sampai dengan santri-santri putri yang mondar-mandir kala jam istirahat tiba. mata ini sesekali menilik ke arah mereka, kali aja santri putri disini lebih bening dari yang di pondok saya. dan, memang benar, mereka bening-bening semua.
Pak wabup pun menyempatkan diri menyapa kami di tengah kesibukan beliau. Ya, meskipun kala itu hari libur namun di rumah beliau ada hajatan besar, resepsi pernikahan adik kandung beliau. Beliau juga harus bergegas berkunjung ke salah satu jama’ah pengajian untuk melakukan manasik haji. pejabat merangkap ulama memang banyak di Lombok.
Diantara berbagai bangunan di rumah luas tersebut, gazebo tempat kami bersila lah yang menjadi tempat favorit saya. Bagaimana tidak ? selain di kelilingi kolam ikan, pemandangan yang terhampar disekitarnya begitu mempesona. Di utara gazebo tersebut gunung menjulang tinggi. Begitupun di ufuk timur. hamparan sawah membentang luas berujung kaki gunung pula berdiri kokoh nan perkasa. Di ujung barat ada kolam buatan yang airnya terus terdaur tiada henti menghasilkan gemericik romantis setiap detik. Dan yang paling saya kagumi adalah ; ternyata gazebo ini adalah tempat wakil bupati ( kala itu ) menghabiskan waktu dengan membaca. Tepat di salah satu dinding gazebo terpampang tulisan berbahasa arab
خير جليس في كلّ زمان الكتاب
Sebaik-baik teman duduk ( sahabat ) dalam setiap waktu adalah buku.
Ya, sahabat terbaik adalah buku.
Saya selalu kagum dan menaruh rasa hormat yang mendalam kepada orang-orang yang mampu bersahabat dengan buku. Gubernur kami misalnya, Dr. TGB KH M. Zainul Majdi MA. Gak ada orang Lombok yang gak kenal beliau. Kecerdasannya sudah diakui Universitas Al Azhar. Sampai-sampai guru besar beliau datang ke Lombok untuk menyapa ummat dan menceritakan kecerdasan seorang TGB. Dari seorang sahabat yang dapat cerita dari sahabatnya juga, konon, ketika TGB baru pulang dari Mesir bertahun-tahun lalu, beliau membawa 2 kontainer buku hasil belajar di Mesir. Gak mungkin to bukunya Cuma dibeli lalu dipajang ? pasti sudah dibaca semua.
Ada lagi Dr. Husni Muadz. Linguis universitas Mataram alumni Ohio University Amerika. Bagi beliau tiada hari tanpa membaca. Dalam sehari minimal beliau membaca 4 jam. Tidak kenal tempat dan waktu. Sering kali beliau mencuri waktu dengan berlama-lama di toilet untuk membaca tanpa ada gangguang. Di kalangan akademisi baik dalam maupun luar negeri kecerdasan beliau sudah diakui. Ini terbukti dengan intensnya beliau menjadi pembicara baik dalam maupun luar negeri. Semuanya diawali dengan kebiasaan membaca.
Jangan tanyakan tentang kiyai-kiyai besar yang kita kenal. Tidak mungkin mereka menjadi besar tanpa rajin membaca. Sungguh ingin rasanya diri ini mencontohi apa yang pernah beliau-beliau itu lakukan. Bersahabat dengan buku dan bacaan lalu berkontribusi yang banyak bagi ummat.
Beberapa waktu lalu saya membeli dua buah buku di Toga Mas. Kebetulan lagi ada diskon awal tahun. Satu novel dan satu buku ilmiah. Yang kini  sedang saya baca adalah novel berjudul Rindu, gubahan Tere Liye. Buku ini adalah buku islam terbaik tahun 2015 kategori fiksi dewasa. Ada satu petikan dialog di novel tersebut yang sangat menginspirasi saya pagi ini.
“ tentu, Elsa. Jika kau ingin menulis satu paragraf yang baik kau harus membaca satu buku. Maka jika di dalam tulisan itu ada beratus-ratus paragraf, sebanyak itulah buku yang harus kau baca ”.
Elsa mengangguk. Ia sekarang paham kenapa kabin Gurutta dipenuhi oleh buku.
Jika anda memiliki kesamaan cita-cita dengan saya, menjadi penulis yang baik dan bermanfaat bagi ummat. Selain terus mengasah kemampuan menulis dengan langkah-langkah sederhana, hal yang tak kalah urgen kita lakukan adalah banyak membaca. Menulis tanpa membaca bagaikan hendak lari 100 KM namun perut kosong. Tenaga tidak mencukupi. Bahkan akan memberi kemudharatan bagi kita.
Bayangkan seandainya anda menulis tulisan berbau agama. Entah syariah apalagi akidah namun sebelumnya anda tidak pernah membaca buku-buku agama sebagai refrensi. Niscaya tulisan anda hanya akan menuruti hasrat egosentrisme dalam benak tanpa mengindahkan kebenaran yang ada.
Yuk, sama-sama perbaiki diri. Antara menulis dan membaca tidak bisa dipisahkan. Mereka satu padu dan tidak mungkin beradu. Mereka menyatu dalam balutan syahdu. Bacaan yang baik akan menghasilkan tulisan yang bermutu, insyaAllah. Pesan Gurutta dalam Novel tersebut, jika kau ingin menulis satu paragraf yang baik kau harus membaca satu buku !!
Keep spirit. Hamasaah !!!
‘isyKarima ... hiduplah dengan mulia, sahabat!!

Jogjakarta, 06 Januari 2016
07:51 WIB

ini dia hasil buruan saya di Toga Mas


IZZU

Komentar

Postingan Populer