TUHAN, Maafkan Aku Pernah Pacaran



Malam ini terasa sepi. Akibat makalah rampung lebih awal dari target. Ya, the power of focus ternyata lebih ampuh dari the power of kepepet. Di sebuah kos berlantai dua yang berlokasi di perum gowok Polri Ambarukmo kecamatan Depok Sleman Yogyakarta hanya satu lampu kamar yang menyala. Hanya kamarku. Entahlah yang lain berkelana kemana. Kos serasa milik sendiri. Sepi.
Alhamdulillah UAS perdana berhasil saya lewati dengan lancar. Usaha sudah maksimal, kini tinggal tawakkal. Pasrah pada Tuhan setelah berproses dengan segenap kemampuan. Kalau hasilnya baik Alhamdulillah. Namun jika tidak sesuai harapan itu pertanda ada yang harus diperbaiki dan dikoreksi. All izz well.
Sebenarnya malam ini saya ingin sekali menulis sesuatu yang beda dari biasanya. Cerpen. Sudah lumayan lama kepala ini tidak berimajinasi merangkai cerita. Mencoba memaksa daya imajinasi bekerja lebih keras dari biasanya tapi hasilnya tetap saja mumet tak bergeming. Bingung mau ngarang cerita kayak gimana. Ah sudahlah, mungkin saya kurang banyak membaca novel sampai tidak bisa berimajinasi untuk sebuah cerpen.
Tadi sepi sempat terpecahkan dengan telpon dari bapak. Meskipun hanya sebentar, bertukar kabar dan memastikan rencana saya ke Pare beberapa minggu lagi. Keluarga saya hari ini berkunjung ke kediaman Ustad Agus, salah seorang kolega dekat keluarga kami di KLU ( Kabupaten Lombok Utara ). Ustad Agus dan istri beliau, Ustazah Herlina baru saja dianugerahi momongan baru. Banyak anak banyak rezeki. insyaAllah. Semoga tumbuh menjadi anak yang baik. Aamiinn.
Sejenak ingatan saya menerawang ke masa lalu. Di sebuah tempat yang sederhana. Kami duduk bersila di hadapan sosok mulia, pimpinan pondok TGH. Zahid Syarief. Tiada jemu beliau berpesan kepada kami “ jangan khawatirkan rizki jika menuntut ilmu, karena Allah menjamin rizki para penuntut ilmu ”. hal ini senada dengan fakta empiris yang dituturkan oleh banyak keluarga saya. Dan tahaddus binni’mah itu bisa saya rasakan sekarang.
Tepat beberapa minggu setelah menjadi mahasiswa, keluarga kami mendapat rizki sebuah APV Luxury Tahun 2013. Meskipun bekas namun masih lumayan kinclong. Tahaddus binni’mah. Padahal saya lah yang berkali-kali survey mobil dari satu showroom ke showroom lain guna mem-follow-up rencana keluarga membeli mobil bekas untuk kelancaran distribusi bisnis. Namun ternyata baru kesampaian setelah saya kuliah. Alhamdulillah. Kini jika bepergian, keluarga gak perlu khawatir pulang malam atau takut kehujanan. Semoga rizki keluarga di Lombok selalu dilancarkan. Aammiinnn.
Okey, malam ini saya memutuskan untuk menggoreskan sebuah rasa sesal. Sesal dengan masa lalu. Namun tidak sepenuhnya menyalahkan waktu karena saya yakin dalam setiap kesalahan yang sengaja atau tidak sengaja kita perbuat terdapat jutaan hikmah dan pelajaran untuk kebaikan kita di kemudian hari.
Tuhan, maafkan aku pernah pacaran. Maafkan aku yang dulu sering menghabiskan waktu dengan Handphone daripada buku pelajaran. Ampuni aku yang dulu pernah emosi karena wanita yang belum tentu dia jodohku. Maafkan diri ini yang lebih mengedepankan ego dan hasrat sesaat tanpa memikirkan apakah itu bermanfaat atau tidak.
Iya, ada rasa sesal dalam diri karena saya pernah pacaran. Pernah memanggil “ sayang “ ke wanita yang belum tentu jadi istri saya. jijik bukan ? kalau ingat-ingat itu saya hanya bisa geleng-geleng kepala sembari beristigfar tiada henti. Saya juga dulu sering merangkai kata-kata romantis untuk mantan. Bahkan terkesan lebay. Sungguh masa remaja yang menggelikan. Ah sudah cukup pembahasannya. Kini saatnya memperbaiki diri.
Waktu yang perlahan mengajarkan kita akan hakikat kedewasaan. Iya, pikiran dewasa akan berkembang pada saatnya. Tidak bisa dipaksa. Jadi bagi kalian yang masih usia belasan tahun saya bisa memaklumi kenapa kalian bisa selebay itu. Karena saya juga pernah remaja.
Ke depan saya merasa tidak perlu pacaran lagi. Sudah saatnya membayar waktu yang terbuang sia-sia dimasa lalu dengan belajar, belajar, dan belajar. Mencari pengalaman demi pengalaman. Menjadi budak ilmu yang selalu haus dan selalu lapar. Masalah jodoh tentu sudah ditentukan Tuhan. Saya percaya dengan janji-Nya. Yang baik bagi yang baik. Saya ingin jodoh yang baik maka saya harus memperbaiki diri. Menata hati, meningkatkan keimanan, dan mematangkan kualitas diri.
Semangat mencari ilmu ! semangat menimba pengalaman ! hiduplah dengan mulia.. ‘isy karima kawan-kawan, ^_^

Jogjakarta, 29 desember 2015
21:11 WIB

IZZU

Komentar

Postingan Populer