Ayo Jadi Tuan Rumah Yang Baik


Sebagai mahasiswa rantau saya tidak ingin ketinggalan berita terbaru dan teraktual yang terjadi di kampung halaman, Lombok. Alhamdulillah kemajuan teknologi sangat membantu dalam hal tersebut. baik melalui media facebook maupun website Lombok Post.
Beberapa hari yang lalu saya cukup kaget membaca berita tentang 3 wisman ( wisatawan mancanegara ) yang menjadi korban begal di pulau seribu masjid. Ini menjadi pukulan telak bagi sang jawara wisata halal dunia beberapa waktu lalu. Katanya wisata halal tapi kok gak aman ?
Berbicara tentang Lombok tidak bisa lepas dari sektor pariwisata. Ketika saya memperkenalkan diri berasal dari Lombok respon dari teman-teman rata-rata sama, “ wah, Lombok, yang pantai-pantainya bagus itu ya ? ”, “ yang ada Gili Trawangannya itu? ” dan lain sebagainya. Mereka yang datang ke Lombok hendak menikmati sepotongan surga dunia yang Allah titipkan di sana.
Sejak beberapa tahun terakhir pemerintah daerah telah berupaya meningkatkan gairah pariwisata daerah. Alhamdulillah ikhtiar tersebut banyak yang berhasil meski ada juga yang hasilnya tidak maksimal. Infrastruktur diperbaiki, promosi digalakkan, sampai event-event berskala nasional-internasional diselenggarakan.
Terbaru, Lombok berhasil menyabet juara pertama dalam kategori World's Best Halal Honeymoon Destination dan World's Best Halal Tourism Destination. Ini sebuah kebanggaan sekaligus tantangan. Kebanggaan berhasil keluar sebagai jawara dan mengalahkan nominator dari negara lain juga sebagai tantangan untuk menjaga nama baik dan membuktikan bahwa wisata halal tidak sekedar wacana dan asa melainkan fakta.
Kriminalitas yang menimpa wisatawan di Lombok bukan kali pertama. Sebelumnya hal serupa pernah terjadi bahkan di kawasan yang hampir sama, di pantai wilayah selatan Lombok Tengah yang notabene paling dekat dengan BIL, pintu gerbang utama pulau eksotik ini.
Apa yang menimpa 3 wisman beberapa waktu lalu tentu saja mencoreng nama baik Lombok. Ini juga merupakan pukulan telak bagi pemerintah, aparat keamanan, pelaku pariwisata, dan juga masyarakat NTB pada umumnya. Biar bagaimanapun keamanan adalah faktor yang sangat urgen. Percuma kita punya pantai yang banyak, air terjun menawan, hutan lindung yang lebat nan menyejukkan, dan situs wisata religi yang beragam jika tidak ada jaminan keamanan.
Untuk itu perlu kerjasama dari seluruh lapisan masyarakat dalam menjaga ketertiban dan keamanan di pulau tercinta ini. Sebagaimana yang dikatakan Kapolda NTB bahwa keamanan bukan hanya menjadi tugas kepolisian melainkan tanggung jawab kita bersama. Bahkan menurut hemat saya pemerintah sebaiknya melakukan riset mengapa kriminalitas tersebut bisa terjadi.
Pelaku tindak kejahatan yang menimpa tamu ( baca : wisatawan ) kita tentunya adalah orang Lombok sendiri. Tidak mungkin orang luar datang ke sini untuk melakukan tindak kejahatan. Mereka tahu medan, kemana harus berlari, dan bersembunyi. Indikasi ini menunjukkan bahwa pelaku tindak kriminal tersebut adalah tuan rumah itu sendiri.
Ada banyak kemungkinan motif kejahatan tersebut dilakukan dan motif ekonomi bisa jadi yang utama. Mungkin para pelaku adalah orang-orang berpendidikan rendah yang tidak bisa bersaing dalam dunia kerja sehingga mengambil jalan pintas agar dapur tetap mengepul, agar keluarga tetap bisa makan, halal dan haram urusan belakang.
Mengutip nasihat dari Bang Napi, “ kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat dari pelakunya tapi juga karena ada kesempatan ”. iya, kesempatan untuk melakukan tindak kejahatan yang terbuka sangat lebar bisa menjadi faktor penyebab juga. Kita ketahui bersama akses jalan menuju pantai bagian selatan Lombok cenderung sepi. Bahkan lampu penerang jalan masih sangat kurang. Petugas yang berpatroli pun jumlahnya masih sedikit. Jelas ini adalah peluang yang para pelaku manfaatkan dengan baik dan berhasil menjarah harta para wisman sekaligus melukai mereka.
Lalu siapa yang bersalah dalam peristiwa ini ? aparat keamanan kah ? pemerintah ? masyarakat ? atau wisatawan itu sendiri ? sudahlah bukan saatnya saling menyalahkan dan lempar tanggung jawab. Menjaga kemanan dan ketertiban pulau ini adalah kewajiban bersama. Lombok rumah kita dan kitalah yang mesti menjaganya dengan baik dan penuh rasa tanggung jawab. Barulah kita pantas mendeklarasikan diri sebagai tuan rumah yang baik.
Yang perlu dilakukan sekarang adalah mengevaluasi dan menjadikan peristiwa kriminal tersebut sebagai pelajaran agar tidak terulang kembali. Pemerintah harus lebih memahami gejolak sosial dan ekonomi yang terjadi pada masyarakat di sekitar destinasi wisata. Mestinya ada upaya dari pemerintah untuk merangsang dan membina masyarakat di daerah tersebut dalam memanfaatkan peluang di sektor pariwisata. Agar sumbangsih dari sektor yang menjanjikan ini tidak hanya mengalir ke kas pemerintah saja namun juga mengalir ke kantong masyarakat sekitar yang lebih membutuhkan.
Aparat keamanan juga harus lebih mengintensifkan pengamanan, patroli, dan pengawasan di destinasi-destinasi yang selama ini terkenal rawan kejahatan. Jangan hanya bergerak ketika sudah ada korban namun yang lebih penting untuk dilakukan adalah mencegah jatuhnya korban baru dengan kejadian yang sama. Bahkan rasanya perlu memperbanyak intel serta kerjasama dengan masyarakat sekitar untuk mengendus keberadaan dan persembunyian para pelaku begal tersebut. Infrastruktur tambahan berupa pos polisi dan lampu penerangan jalan juga perlu diperbanyak.
Masyarakat sekitar juga harus menyadari pentingnya keamanan dan ketertiban wilayah agar wisatawan yang menjadi salah satu sumber pendapatan mereka tidak takut untuk plesiran ke tempat tersebut. Jika mencium gelagat yang mencurigakan dan berpotensi menjadi tindak kejahatan segera lapor ke pihak berwajib agar bisa diantisipasi. Lebih baik mencegah daripada mengobati. Lebih baik sedia payung sebelum hujan daripada kehujanan dulu baru pakai payung.
Agama mengajarkan tuan rumah yang baik adalah tuan rumah yang memuliakan tamunya. Lombok adalah rumah kita. Pemerintah, aparat keamanan, dan seluruh elemen masyarakat adalah tuan rumahnya. Mereka yang datang ke Lombok adalah tamu-tamu kita. Sudah sepantasnya kita memperlakukan mereka dengan mulia bukan malah membuat mereka ketakutan dan menyesal sudah datang bertamu ke rumah kita, Lombok.
Di youtube dan media sosial lain tagline bertajuk “ jangan ke lombok, nanti gak mau pulang ” sudah sering terekspos. Diiringi potret keindahan pantai, gunung, air terjun, dan harmonisme penghuninya. Jangan sampai tagline tersebut berubah menjadi “ jangan ke lombok, nanti gak bisa pulang ”. ya, gak bisa pulang karena uang untuk transport mereka ludes dibabat tuan rumah sendiri, gak bisa pulang karena luka-luka yang diberi oleh tuan rumah yang tidak bertanggung jawab.
Mari jadi tuan rumah yang baik. Lombok rumah kita sendiri. Jaga dengan penuh kesyukuran dan rasa tanggung jawab. Semoga kriminalitas yang menampar dunia pariwisata Lombok bisa diminimalisir. Semoga keamanan bisa terjamin tanpa ada kekhawatiran ketika hendak menikmati buih ombak di berbagai pantai dan destinasi wisata lain di pulau seribu masjid ini. Semoga.

Jogjakarta, 08 Desember 2015
09:13 WIB


IZZU

Komentar

Postingan Populer