Kampanye Ala Santri
Hari ini 9 Desember 2015 akan menjadi hari mendebarkan
bagi ratusan pasang calon pemimpin daerah. Sesuai peraturan baru pilkada di
Indonesia dilakukan secara serentak. Konon untuk penghematan anggaran, begitu
kata pemerintah. Harapan kita semoga pilkada serentak ini bisa melahirkan
pemimpin yang amanah, membawa kebaikan, dan pro rakyat kecil.
Di Lombok sendiri ada 2 kabupaten dan 1 kota yang
melaksanakan pilkada. Kabupaten Lombok Utara, Lombok Tengah, dan kota Mataram. Karena
terbatas oleh ruang dan jarak saya tidak mengetahui pasti bagaimana atmosfer
Pilkada di daerah tersebut. katanya sih pilkada KLU dan Lombok
Tengah akan berlangsung sengit. Kalau Mataram ? sudahlah, kita bisa tebak siapa
pemenangnya.
Bicara masalah pilkada ada sepotong episode dalam
memory yang terputar kembali. Saat diri ini masih menjadi santri. Ya, di
Lombok, pondok pesantren banyak sekali, begitupun tuan guru ( kiyai ). Mereka memiliki
peran yang cukup diperhitungkan untuk menggaet suara pemilih. Jadi jangan heran
kalau anda berkunjung ke Lombok ketika masa kampanye banyak diantara tuan
guru-tuan guru tersebut duduk di panggung orasi dengan pakaian gamis dan sorban
kebesaran. Berpositif thinking saja lah. Itu pertanda bahwa sang Tuan Guru percaya pada calon yang
ia dukung.
Tak jarang ustad kami pun ikut-ikutan bertarung di
arena pemilihan umum. Meski gagal terus beliau seperti tidak kapok untuk terus
mencoba. Usahanya patut dicontoh tapi gagalnya jangan. Ada juga ustad kami yang
menjadi pengurus partai politik, tentunya setelah mendapat restu dan izin dari
pimpinan pondok. Pernah suatu ketika ada seorang ustad menjadi sekretaris
organisasi sayap sebuah parpol di tingkat provinsi, hal itu diketahui setelah
nama beliau termuat di koran. Pimpinan pondok pun memanggil beliau dan memberi
arahan untuk keluar dari partai tersebut karena tidak sejalan dengan komando
dari pusat organisasi yang menaungi pondok saya. beliau pun menanggalkan
jabatan dan baju kepartaiannya.
Hal yang paling kami damba dan senangi ketika musim
politik menghampiri adalah kala ustad memerintahkan untuk ikut kampanye. Dengan
senang hati kami sanggupi. Setelah diberikan kaos partai dan foto pasangan
calon kami pun berangkat dan mobil bak terbuka. Sepanjang jalan bertemu dengan
rombongan kampanye lain kami akan mengangkat satu jari pertanda salam pilihan
nomor satu, ya, waktu itu pasangan calon yang kami dukung mendapat nomor urut
satu.
Jangan kira kami datang dengan sarung dan peci beludru
hitam di kepala. Tidak sama sekali. Bahkan banyak kawan saya yang mengenakan
celana jins, biar gak ketahuan kesantriannya. Kalau ketahuan santri ikut
kampanye malah bisa jadi bumerang dan senjata lawan politik untuk
menjelek-jelekkan pasangan lain. Saya sendiri sudah lama tidak memakai celana
jins. Mungkin yang menjadi alasan kenapa kami diikutkan kampanye adalah guna
penambahan massa, biar kampanyenya kelihatan rame :D. Bisa jadi seperti itu.
Pernah juga suatu ketika kami berangkat dari pondok
menuju lapangan masbagik di Lombok Timur. Kebetulan waktu itu kampanye
pamungkas Tuan Guru Bajang, kandidat petahana yang juga pimpinan NW, organisasi
Islam terbesar di NTB. Sejak awal pencalonan, banyak yang memprediksi beliau
akan terpilih lagi, dan benar saja, kini beliau mengemban amanah sampai tahun
2018.
dari kiri ke kanan : H. Husnan ( kini ketua yayasan ), Ustad Humaidi ( Bapak saya sekaligus kepala MTs. Hikmatusysyarief), TGB ( Gubernur NTB ), Muhammad Izzuddin ( Calon Pemimpin masa depan ). foto diambil sewaktu berkunjung ke kantor beliau memohon doa dan dukungan sewaktu mengikuti sebuah kompetisi di Jakarta 2014 lalu.
Berhubung kampanye pamungkas banyak tokoh nasional
yang hadir, diantaranya Edi Baskoro Yudoyono, mewakili partai demokrat, Nurul
Arifin, mewakili partai Golkar, dan masih banyak lagi. Waktu itu hampir seluruh
partai besar ikut mendukung. Demokrat,
Golkar, PPP, PKB, PAN, Gerindra. Ini kampanye paling padat yang pernah saya ikuti.
Kehadiran grup band reggae Amtenar menjadi daya tarik untuk kami pula.
Saya dan teman-teman merangsek masuk sebisa mungkin
hingga ke depan panggung utama. saat break orasi kami disuguhi
penampilan Amtenar, lagu-lagunya kami hafal di luar kepala. Yang paling ngehits
adalah Lombok I love you dan semeton bajang. Baju kesantrian kala itu sempat
kami tanggalkan untuk sejenak. Berbaur dengan orang-orang dan berjoget ria
seirama alunan musik. Joget ala reggae. Dari arah utara dan selatan dua mobil
damkar menyiramkan air ke arah kami agar tidak kepanasan. Sensasinya itu lo. Dalam
hati saya bergumam, “ mungkin begini ya rasanya konser kayak di TV TV itu ”.
Kampanye usai sekitar pukul setengah 5 sore. Sebelum berangkat
pulang kami sempatkan diri solat di masjid masbagik yang terkenal dengan
kemewahan arsitekturnya itu. Baru kemudian go home. Di tengah perjalanan
kami bertemu dengan sekelompok massa pasangan lain. Mereka menatap dengan
pandangan sinis, tiba-tiba salah seorang kawan kami berteriak lantang kepada
mereka “ SJP Jogaanng ” artinya SJP gilaaaa. Kontan saja emosi mereka tersulut
dan mengejar truk yang membawa kami. Untung saja batu yang mereka lemparkan
tidak sampai melukai. Ia langsung dimarah oleh ustad yang ikut dalam mobil rombongan.
Kini kawan-kawan saya sewaktu kampanye dulu telah
menapaki jalan yang berbeda-beda. Ada yang kuliah di Fakultas Hukum, Tehnik,
Pertanian, dan FKIP Unram. Ada juga yang bersiap menjadi guru dan tengah kuliah
di IAIN Mataram. Beberapa kawan juga ada yang kuliah di kampus swasta setelah
kampus negeri menolak kecerdasan mereka. Yang di luar daerah mungkin hanya kami
berdua, saya dan opi. Kami sama-sama di Jogja. Bedanya saya di UGM dan
mengambil konsentrasi sastra arab sedangkan opi mengambil konsentrasi
keprawatan di UAD. Bukan tidak mungkin dulu kami kampanye bersama di bawah
panggung, kelak giliran kami yang kampanye di atas panggung :D.
Selamat Pagi, selamat mencoblos untuk anda yang tidak
golput, semoga Indonesia jadi lebih baik.
Jogjakarta 09 desember 2015
06:56 WIB
IZZU
Komentar
Posting Komentar