Mantra 3 Juara
Hasil tak kan pernah
mengkhianati usaha. Kalimat ini bagi para pemburu kata-kata bijak nan memotivasi
tentu sudah tidak asing lagi. Ia kerap menjadi pelecut semangat mengupayakan
usaha maksimal untuk meraih hasil yang diinginkan. Dalam bahasa arab ada sebuah
mahfduzot yang berbunyi “ man jadda wajada ”. namun seyogyanya ini bukan mahfduzot
biasa. Ia adalah mantra. Mantra yang dirapalkan, dijiwai, dan dijadikan jimat
penangkal pesimisme juga putus asa. Begitu kurang lebih yang saya dapatkan kala
masih menjadi penghuni penjara suci ( baca : pesantren ).
Sejak agustus lalu saya
resmi menjadi mahasiswa sastra asia barat UGM. Bertemu dengan beragam wajah,
karakter, dan keunikan. Ada yang datang dari Indonesia bagian barat seperti Padang,
Aceh, Riau, dsb. Ada juga yang berasal dari Indonesia bagian tengah. Mulai dari
jawa timur, jawa tengah, sampai Jakarta. Alhamdulillah, saya hadir sebagai
perwakilan Indonesia bagian timur meski tanah kelahirannya saya tidak terlalu
timur juga sih. So, dari segi demografi kami boleh bangga dengan
keberagaman latar belakang.
Di awal perjumpaan
kekakuan, rasa sungkan, dan malu-malu kuciang masih menjadi pemandangan. Tutur kata
kami jaga agar tidak menyakiti kawan baru, senyum selalu terpasang siaga di
garis wajah, bisa dikatakan sebagai pencitraan agar dikatakan ramah. Saat itu muncul
asumsi di kepala kami bahwa kawan-kawan di jurusan yang banyak belajar
kebudayaan arab ini adalah orang-orang tawadduk’ dan ‘alim. Kami bersyukur,
kami bahagia, namun kebahagiaan itu belum cukup membuat kami nyaman. Bahkan nama-nama
mereka sangat sulit untuk kami ingat benar.
Terik matahari kota Jogja
yang terus bersinar tiada henti perlahan mulai meluluhkan kekakuan yang
menjulang. Acara makrab yang diinisasi oleh para senior membuat sekat-sekat itu
mulai terpecah. Nama mereka satu persatu mulai tertanam dalam memori. Begitupun
dengan asal daerah sampai keunikan logat bicaranya.
Dari penuturan kakak
tingkat kami diberi tahu bahwa seluruh mahasiswa baru di 11 jurusan yang ada di
Fakultas Ilmu Budaya UGM harus menyuguhkan penampilan dalam ajang bertajuk
inaugurasi. Ini sudah menjadi budaya di kampung budaya UGM. Jadilah kami meluangkan
waktu di sela-sela jam kuliah untuk berkumpul dan membicarakan persiapan inaugurasi
ini. Di bawah bantuan dan bimbingan dari mbak Rido, seorang kakak tingkat
angkatan 2014.
Fikri, pemuda yang selalu
bahagia dengan jiwa santrinya kami pilih sebagai ketua PJ inaugurasi. Didampingi
Ifa, gadis periang yang kalau ngomong selalu berintonasi gemulai namun membawa
semangat perjuangan kami amanahkan sebagai sekretaris. Mereka berdua sama-sama
dari Jawa Timur. 52 personil Sasbar 2015 pun mulai membagi diri ke dalam
berbagai divisi. Ada dua agenda yang akan kami hadapi, kirab budaya dan malam
puncak inaugurasi.
Divisi busana dikomandoi
oleh Putri, gadis lulusan Pondok Modern Gontor yang tenaganya seakan tak
habis-habis. Dimata saya ia laksana ultramen, iya, ultramen berhijab. Lelah baginya
bukan alasan untuk istirahat dari tugas dan tanggung jawab. Sungguh wanita yang
strong. Untuk artistik digawangi oleh Zamzame, pria asal Kediri yang
mengaku-ngaku alumni Gontor juga. Konon ia hanya 3 tahun belajar di Pondok
Modern itu. Meski tidak full namun sisa-sisa aura anak pondok masih terpancar
dari semburat senyum di tepi wajahnya.
Divisi acara sendiri diketuai
oleh Hasan, pemuda berkaca mata asli padukuhan Samirono Jogja. Ia sosok yang
peka dalam berkomunikasi dan mampu menjadi tour guide yang baik tatkala
kami membutuhkan perlengkapan yang harus dibeli. Ingatannya lumayan kuat,
mungkin karena maksiat yang ia lakukan masih sedikit. Tak jarang kami meminta
bantuannya untuk menjadi penunjuk jalan sewaktu bekerja.
Danus sebagai divisi yang
sangat urgen diimami oleh Nizar, pria ngapak yang selalu bersemangat dalam
berjihad. Andai sebelum lahir ia diberi pilihan mau lahir dimana mungkin ia
akan memilih lahir di jalur Gaza daripada di Cilacap. Danus sendiri diisi oleh
kawan-kawan yang sudah berpengalaman meraih pundi-pundi rupiah dengan menjual roti,
risol, ataupun burjo di sekitaran kampus. Dan terakhir divisi perlengkapan
diamanahkan kepada saya, seorang pemuda asal Lombok yang ingin mendapat
pelajaran dan pengalaman dari mereka semua.
Sungguh begitu banyak kerikil
serta duri yang menghujam kaki dan hati saat melangkah menuju inaugurasi. Hampir
semua divisi mendapat kesulitan tersendiri. Namun Alhamdulillah, fikri mampu
menyayomi dan mengarahkan kami dalam bekerja. Tak jarang ia harus begadang
lebih lama dari kami, hatinya tentu lebih bersabar lagi dari kami, dan emosi
bisa jadi lebih membara dari kami. Namun gejolak perasaan yang berkecamuk dalam
bathinnya justru membuatnya terlihat lebih dewasa dalam memimpin pekerjaan dan
tanggung jawab demi inaugurasi.
Kami bukannya tidak lelah
apalagi anti emosi. Kami toh manusia biasa yang juga bisa terkena luka
rasa. Salah paham sering muncul di tengah aktifitas, insiden kecil di luar
ranah pekerjaan kadang pula mempengaruhi kinerja. Namun izinkan saya
membeberkan rahasia mahasiswa sastra asia barat 2015 sehingga tetap solid. Jika
di pondok dulu saya menemukan mantra man jadda wajada, di sastra asia barat
2015 saya menemukan mantra baru yang tak kalah menggetarkan jiwa, mantranya
berbunyi : KAGA BUTA !!! jangan tanya artinya apa, hanya sasbar 2015 dan
Tuhanlah yang tahu.
Mantra ini yang membuat
kami rela memunguti botol-botol bekas di jalanan. Mencari kardus yang sudah
usai dipakai, bungkus chiki, tutup botol minuman, sampai mengais-ngais sampah
di tempat rongsokan. Dengan mantra inilah Putri dan divisi busana dibantu
kawan-kawan yang lain berhasil membuat kostum berbahan sampah. Alhmdulillah kami
berhasil menjadi pemenang untuk nominasi kostum kirab terbaik. Selamat untuk
Putri dan divisi busananya, selamat untuk para model, dan selamat untuk kita
semua... KAGA BUTA.
Dengan mantra ini pula
kami digerakkan berangkat ke kampus pagi dan pulang menjelang larut malam. Kami
korbankan waktu untuk bekerja dan berlatih. Tenaga, waktu istirahat dan
kesenangan sesaat kami tinggalkan untuk bergelut dengan berbagai persiapan. Lelah
hampir setiap saat terasa, rasa bosan dan ingin istirahat sering menggoda. Namun
mantra KAGABUTA berhasil membuat sebagian kami tetap bekerja.
Begitu banyak cerita yang
tercipta, kenangan yang tergoreskan, kesan yang tertanam, dan tentunya
potongan-potongan memori yang akan abadi. Jemari bukannya enggan menuliskan
semua itu namun saya rasa keindahan dan kesan yang terlahir tidak mampu
dilukiskan dengan indah dalam balutan kata-kata. Biarkan kenangan itu abadi
dalam memori.
Apa sih KAGA BUTA itu ? ia
adalah akronim dari Kita Keluarga Bukan Tetangga. Jika salah satu dari kami mengatakan
“ salam KAGA BUTA ” dengan lantang dan suara terkeras kami akan teriak berjama’ah
“ Salam ! salam ! salam ! Keluarga Untuk Selamanya ”. Jika ada yang bertanya
apa rahasia Sastra Asia Barat 2015 berhasil menggondol 3 juara di ajang Inaugurasi jawabannya adalah
karena kami benar-benar meresapi mantra KAGA BUTA. Kami bekerja bukan sebagai
atasan dan bawahan, namun sebagai Keluarga. Kami bukan tetangga yang terkadang saling iri dan dengki, kami
adalah keluarga yang saling memotivasi, kami hadir bukan untuk bersaing, namun
bersatu selangkah seayun untuk kebaikan bersama. Kami keluarga bukan tetangga.
Menutup tulisan ini saya
ingin berterima kasih kepada para kakak tingkat yang sangat mensuport kami. Juga
kepada teman-teman yang bekerja di balik panggung. Alhamdulillah berkat kerja
keras kita semua kategori artistik dan tata panggung terbaik bisa kita raih. Terima
kasih untuk kerja samanya kawan. Juga kepada mbak Ridho yang setiap hari tidak
pernah absen membimbing kami. Ah kami serasa punya ibu baru dengan kehadiran
mbak ridho. Semoga Allah membalas usaha yang telah kita ikhtiarkan ini kawan,
aamiinn ya robbal ‘alamin.
SALAM KAGA BUTA !
Keluarga Untuk Selamanya
Jogjakarta, 14 desember 2015
10:16 WIB
Izzu
berikut sebagian kecil potongan perjuangan kami
Putri sewaktu menerima penghargaan kostum inaugurasi terbaik
fikri menerima penghargaan kostum kirab terbaik
anak padang dan aceh, jangan tertipu, mereka berdua laki-laki
sebagian artis kita
menjelang tampil foto dulu
ini saya, sebagai tata panggung emang sengaja dihitamkan
nah ini setelah cuci muka, sedikit lebih putihlah, masih dengan patner selfie yang sama, wulan ^_^
after tampil
tata panggung squad
waktu tampil
waktu latihan
Putri ( koor. busana ) & Ifa ( sekretaris )
bareng zamzam, koor artistik
Komentar
Posting Komentar