PD Tidak Sekedar Percaya Diri

Deru si burung terbang yang hendak landing mengiringi seteguk teh memberi kehangatan di kerongkongan. Ah, saya merasa keren menulis sembari nge-teh. Sebagaimana yang pernah saya goreskan, keren itu relatif. Bagi saya pribadi berkutat dengan keyboard, mouse, dan beradu mata dengan laptop adalah sebuah aktifitas yang keren. Ini passionku mana passionmu ?
Sewaktu masih mengenakan seragam merah putih berkalung dasi merah tut wuri handayani, saya pernah ikut kegiatan pramuka. Konon ekstrakulikuler tersebut ditujukan untuk menopang dan membentuk karakter tangguh pesertanya. Termasuk mengasah kepercayaan diri. Sayang setamat SD saya tidak bisa mengikuti pramuka lagi karena ekstrakulikuler tersebut tidak ada di pondok tempat diri ini nyantren. Apa boleh buat.
Berbicara tentang percaya diri, kita tentu sepakat bahwa karakter tersebut adalah karakter yang baik dan mesti dimiliki oleh semua orang. Pepatah arab pun mengatakan اعتماد على النفس اساس النجاح ( percaya diri adalah pangkal kesuksesan ). Di kehidupan sehari-hari kepercayaan diri lebih sering disebut “ PD ”. ya, sebenarnya itu hanya akronim saja. Namun sebagaimana teori bahasa, “ semakin singkat bahasa tersebut semakin senang orang menggunakannya ”. PD pun menjadi bahasa yang lebih sering digunakan daripada percaya diri.
Anti klimaks dari PD adalah minder. Rasa ketidak yakinan pada kemampuan diri, merasa lemah, dan tidak ada yang bisa dilakukan. Ketika ada kawan yang mencela saya “ PD banget sih kamu ”, saya pun menjawab “ lebih baik PD daripada minder ”. Percaya diri adalah sikap orang optimis, sebaliknya orang yang pesimis akan cenderung minder dalam hidupnya.
Dalam goresan sederhana ini saya ingin meluaskan sedikit tentang hakikat kepercayaan diri. Selama ini kita semua memahami bahwa PD merupakan sikap percaya bahwa kita memiliki kemampuan tersendiri. Percaya kita mampu melakukan apa yang akan kita kerjakan. Meyakini ada potensi dalam diri yang harus diekspos dan dikembangkan tanpa henti. Tidak ada yang salah dengan pemahaman ini. Sama sekali tidak salah.
Seorang siswa yang memiliki karakter PD akan mengerjakan ujian dengan penuh kejujuran. Meskipun ada kesempatan untuk menyontek ataupun membajak jawaban kawannya yang lebih pintar namun ia yakin dengan kemampuan dan usaha yang ia lakukan. Sebaliknya, siswa yang tidak PD meskipun ia sudah belajar, akan ragu dengan jawaban yang ia gunakan. Alhasil bisa saja ia mencontek untuk mencari jawaban yang tidak membuatnya ragu. Padahal bisa jadi jawaban yang ia ragukan di awal itulah yang tepat. Memang benar kata pepatah arab di atas, PD itu pangkal kesuksesan. Saat kita memiliki rasa PD yang akan timbul adalah sikap-sikap positif. Maka mulai sekarang jadilah orang yang percaya diri.
Tapi percaya diri bukan sekedar percaya pada kemampuan diri sendiri. Lebih luas lagi percaya diri adalah percaya bahwa kita hanyalah manusia biasa yang hanya bisa membumbungkan harapan dan melakukan usaha bukan menentukan hasil. Maka tatkala hasil tak sesuai harapan yang akan muncul adalah rasa sabar dan syukur. Kenapa ? karena kita percaya bahwa diri ini hanya manusia biasa.
Percaya diri juga berarti percaya bahwa diri ini memiliki Tuhan yang harus dilibatkan dalam setiap ikhtiar. Ke-PD-an seperti inilah yang akan melahirkan jiwa religius dan kecerdasan spiritual. Percaya ada Tuhan yang selalu menyaksikan apa yang manusia kerjakan membuat kita berusaha dengan baik, jujur, dan diiringi doa yang tiada terputus. Percayalah, PD yang seperti ini akan membuat anda lebih religius. Justru saya khawatir jika PD hanya bertumpu pada Percaya akan kemampuan diri akan membuat kita menjadi pribadi yang sombong dan jumawa. Nauduzibillahi min dzalik.
Kita juga harus mematri dalam jiwa kepercayaan akan kekurangan yang ada pada diri. Sehingga fikiran dapat memahami dan mengerti bahwa semua orang memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. PD yang seperti ini akan membuahkan toleransi dan rasa saling menghargai antar individu. Menciptakan kehidupan yang harmoni antar kosmos yang satu dengan yang lain.
Tulisan saya ini memang dipengaruhi oleh latar belakang selaku anak pondok. Mantan tahanan penjara suci. Namun tulisan ini sama sekali tidak bertujuan untuk menggurui ataupun mendikte. Apabila ada yang berkenan untuk mendiskusikan bahkan mengkritik demi kebaikan bersama saya akan sangat senang dan wellcome. Jika ada pepatah arab yang berkata “ lihat apa yang dikatakan bukan siapa yang mengatakan ”, maka izinkan saya memodifikasinya . lihatlah apa yang ditulis bukan siapa yang menulis. ^_^
Sekali lagi, PD bukan sekedar percaya diri. Namun percaya diri ini punya Tuhan yang haram diabaikan. Percaya diri ini hanya manusia biasa, dan percaya diri ini memiliki kekurangan. Salam hangat untuk jutaan semangat.

Jogjakarta 18 Desember 2015
07:24 WIB


IZZU


Komentar

Postingan Populer