Sepi Yang Membelenggu

“ kamu kosnya sendiri zu ? ” tanya Fikri sembari menyerahkan sarung yang hendak ku pinjam
“ iya, fik ”
“ kenapa nggak sama teman-teman gitu ? ”
“ lebih nyaman sendiri fik, dan privasi kita lebih terjaga, biar kalau kita punya ya aman-aman gitu ” jawabku setengah bercanda
“ iya juga yo, tapi apa nggak bosen zu ? ”
“ bukan bosen sih fik, Cuma lebih tepatnya kesepian, nggak ada yang diajak ngomong ”
“ ya wes, kalau bosan kamu main ke sini aja, bareng kita ngajarin anak-anak ngaji ”
“ insyaAllah fik ”
Percakapan antara saya dan Fikri ini terjadi semalam. Ia salah satu anggota KAGABUTA, saya yakin anda pasti nggak tahu apa itu KAGABUTA ? wa ma adroka maa KAGABUTA? Ia adalah singkatan dari KAmi keluarGA BUkan teTAngga. Ini nama komunitas mahasiswa sastra asia barat UGM angkatan 2015. Tadinya jumlah kami 53, namun satu orang mengundurkan diri, sekarang kami tinggal ber 52. Kami masuk bersama dan kami harap lulus wisuda pun bersama. Asal jangan nikah bersama aja, kalau nikah bersama ntar nggak bisa saling menghadiri acara walimah yang lain dong.
Fikir berasal dari Jombang Jawa Timur. bersama sahabat kami yang lain, Imam, pemuda asal Garut, mereka berdua menjadi ta’mir di sebuah masjid yang terletak di padukuhan Samirono. Di masjid itulah sejak beberapa hari yang lalu saya menghabiskan waktu untuk bekerja bersama teman-teman menggarap berbagai keperluan guna tampil dalam acara inagurasi Desember mendatang. Berangkat pagi pulang tengah malam menjadi rutinitas setiap hari. Capek ? iya, lelah ? pasti ? menyesal ? saya rasa tidak, karena ingaruasi hanya sekali seumur hidup. Yups, hanya ketika anda masuk menjadi mahasiswa baru FIB UGM. Hukumnya Fardhu’ain. Hitung-hitung nambah pengalaman juga. Adapun pengalaman dan suka duka selama bekerja persiapan inagurasi ini akan saya goreskan di lain kesempatan.
Saya termasuk orang yang tidak terlalu suka keramaian. Kalau pergi ke Pantai tapi hari libur atau minggu saya pasti tidak terlalu menikmati pantai tersebut. saya lebih senang ke pantai yang sepi. Begitupun ketika menjadi anak kost sewaktu di pancor. Saya kurang nyaman dengan kost-kostan yang terlalu ramai. Kalau ramai namun positif saya rasa nggak masalah. Tapi kalau ramai karena main gitar, main kartu, dan teriak dengan kalimat-kalimat kotor, mau nyaman gimana coba? Mungkin karena saat itu tetangga kos saya masih anak sekolahan kali ya.
Tetapi saya bukan tipe orang yang asosial sekali. Jika bertemu dengan seseorang yang membuat saya nyaman maka akan sangat mudah bagi saya untuk berbaur dengan mereka. Di Pancor saya merasa nyaman bersahabat dengan Harsan, walhasil saya dan dia akan terbiasa untuk saling memasuki kamar satu sama lain tanpa ada rasa ketidak  nyamanan. Ah, jadi teringat dulu pernah buka puasa dan sahur bareng Harsan ^_^.
Sebelum hijrah ke Jogja saya sempat meminta pada paman untuk dicarikan kos yang tidak ramai. Ternyata kos paman saya sesuai dengan request yang saya ajukan. Walhasil kini saya kos disini. Di padukuhan Gowok Caturtunggal kecamatan Depok kabupaten Sleman Jogjakarta. Dengan kamar yang lumayan besar untuk satu orang, air dan listrik lancar, serta kondisi yang tenang. Benar-benar tenang, sampai-sampai saya sering kali menjadi penghuni tunggal di kost ini. sepi sekali rasanya.
Dari lubuk hati yang terdalam saya sadar ini adalah tantangan buat saya. bukan rasa bosan tapi rasa kesepian sobat. Anda bayangkan jika hari libur dan saya tetap di kos tidak kemana-kemana. Seorang diri, ditemani buku, laptop, HP, dan tablet. Sungguh saya merasa lebih sedikit ngomong. Lah iya lah, mau ngomong sama siapa coba ? sama tembok ? :D atau sama rumput yang bergoyang itik ?
Goresan ini sama sekali bukan luapan rasa tidak bersyukur ataupun mengeluh. Namun melalui goresan ini saya mencurahkan apa yang saya rasakan. Rasa sepi yang terkadang membelenggu, membuat hati merindu akan kehangatan orang-orang tersayang di tanah kelahiran. Keluarga, sahabat, dan semuanya.
So what must i do now ? Madzaa sa af’al ? aku harus gimana ?
Ya izzu, semua hal pasti ada sisi positif dan negatifnya begitupun dengan kosmu yang sepi ini. Coba renungkan apa sisi positifnya ? suasana yang sepi memberikan kamu kesempatan untuk lebih konsen belajar, membaca, menulis, bahkan tidur. Kamu juga harus bersyukur karena di luar sana banyak yang ingin kos menyendiri juga. Sudahlah, keep semangat !!! yang harus kamu lakukan sekarang adalah mencari strategi agar ketika rasa sepi melanda kamu tidak terlena dan tidak larut dalam kegalauan. Mungkin sesekali kamu harus main-main ke kos teman-teman kamu yang lain. Dan jika kamu rindu ingin berbahasa sasak silahkan ke kos mereka kawan-kawanmu yang dari Lombok. Keep semangat ya ‘izzu. Hammasah !


Jogjakarta 14 November 2015
13:07 WIB


Izzu

Komentar

Postingan Populer