KTM ; Kartu Tambahan Motivasi
Belum lengkap rasanya
jadi mahasiswa kalau belum mendapat KTM, Kartu Tanda Mahasiswa. Sejak pertama
menginjakkan kaki di kampus kerakyatan ini, tepatnya pertengahan Agustus lalu,
baru sekarang, pertengahan November saya mendapatkan hak selaku mahasiswa UGM
yakni KTM. Sekitar 3 bulan penantian. Namun saya bisa memaklumi karena kampus
ini memang segalanya serba IT. Dan KTM yang kami miliki juga bukan hanya
sebagai simbol seorang mahasiswa namun juga multiguna. Bisa merangkap ATM jika
kita ingin mengisinya dengan uang pada bank yang sudah ditentukan oleh pihak
kampus. Bisa juga menjadi E-card untuk Trans Jogja.
Menurut email yang saya
dapatkan dari pihak kampus waktu pengambilan KTM adalah dari pukul 10:00 – 11:00
WIB. Namun saya dan sebagian teman-teman terpaksa harus telat mengambilnya
karena kami masih punya jadwal kuliah bersama Natif dari Mesir. Seusai kuliah
saya, Nay, Zahra, dan Isma bersama-sama menuju gedung Direktorat Pendidikan dan
Pengajaran UGM. Gedung ini dekat dengan UGM University Hotel, DSDII, Wisma
KAGAMA, serta Gelanggang Mahasiswa. Jika anda masuk melalui gerbang utama UGM
maka akan sangat mudah menemukan gedung ini di sebelah timur jalan.
Ada beberapa persyaratan
yang harus kami penuhi untuk mendapatkan KTM. Diantaranya surat keterangan
mentaati tata tertib, tidak mengambil dana yang sudah dibayarkan, fotokopi
ijazah yang telah dilegalisir, KTM sementara, menunjukkan ijazah asli serta KTP
atau tanda pengenal yang lain. Awalnya saya khawatir karena satu syarat belum
terpenuhi. Ijazah asli saya masih di Lombok, hanya foto copynya yang sudah
dilegalisir yang terbawa. Namun alhamdulillah petugas disana bisa memaklumi
karena rumah saya jauh dari Jogja.
Saya, kemudian Zahra,
Nay, dan terakhir Isma pun akhirnya mendapatkan hak kami. Setelah memberikan
semua persayaratan saya pun diberikan selembar kertas untuk ditukarkan di meja
nomor 8 dengan KTM. Penunggu meja nomor 8 adalah dua orang wanita berhijab
namun berpakaian SMA. Sempat timbul pertanyaan dalam benak ini, “ kok anak SMA
malah ada di sini ? apa mereka nggak sekolah ? atau mungkin mereka ini anaknya
petugas itu ”. ah, tidak. bisa jadi mereka adalah siswi SMK jurusan
administrasi perkantoran yang tengah magang di UGM.
Diantara kami berempat
Isma lah yang menghadapi sedikit kesulitan. Karena ia tidak membawa surat
pernyataan dari UGM dan harus bermaterai, alhasil ia harus mencetak dulu, lalu
membeli materai di depan kampus dan menanda tanganinya baru kemudian
menukarkannya dengan KTM asli. Kamipun hanya bisa membantu dengan menungguinya
di ruangan full AC tersebut. lumayan ngadem, berhubung di luar ruangan
sangat terik sekali.
Ada satu hal yang saya
sadari. Ternyata kami berempat berasal dari daratan yang berbeda. saya dari
Lombok, Zahra dari tanah Jawa tepatnya Sleman ini, meskipun orang Jogja asli
namun konon menurut pengakuannya ia tidak tahu banyak jalanan Jogja. Mungkin karena
bertahun-tahun mondok di Gontor makanya ia jarang pulang dan jalan-jalan. Kalaupun libur
mungkin ia lebih banyak makan daripada jalan-jalan :D. Atau bisa jadi ia
jalan-jalan sambil makan. :D wallahu a’lam lah.
Lalu Nay dari Lampung,
dan jujur saja saya sedikit lupa Lampung itu di pulau Sumatera atau Kalimantan
ya ? kayaknya Sumatera deh, kalau salah berarti Kalimantan. Yang pasti Lampung
itu nggak di Jawa nggak juga di Lombok, saya berani Jamin. Jadilah Nay dan Isma
mewakili daratan Sumatera. Isma sendiri sebagaimana goresan saya beberapa bulan
lalu tentang Najib Mahfudz, berasal dari Aceh, tepatnya Aceh Tengah.
Seusai mengambil KTM kami
pun menyempatkan diri memanfaatkan kecanggihan teknologi masa kini. Apalagi kalau
bukan foto KTM terus upload ke Instagram :D. Kebetulan Hpnya Nay hasil
jepretannya bagus. Kami memang lumayan telat mendapat KTM dibanding sebagian
teman-teman yang lain. Ini dikarenakan jalur yang kami ikuti memang jalur
penerimaan terakhir yang diselenggarakan Universitas. SBMPTN dan UTUL. Saya,
Nay, dan Isma sama-sama lulus lewat jalur SBMPTN sedangkan si produk Gontor,
Zahra, lulus dari jalur UTUL. Kesamaan SBMPTN dan UTUL adalah kami sama-sama
harus pusing dan berfikir keras menghadapi soal-soal sebelum berhasil masuk ke salah
satu kampus terbaik di Indonesia ini. alhamdulillahi ‘ala kulli haal.
dari kiri : KTM saya, Isma, Nay, dan Zahra
Siang ini UGM laksana
showroom mobil. Dari depan gerbang sampai seluruh lapangan GSP penuh sama mobil
berbagai merk, warna, dan plat. Yups, hari itu memang tengah berlangsung
wisuda. Ini kesekian kalinya saya menyaksikan hiruk pikuk wisuda. Kami pun
setengah berkelakar “ mereka mah udah wisuda lah kita baru dapat KTM ”. kami
semua memiliki keinginan yang sama, “ masuk bersama, keluar pun bersama,
insyaAllah wisuda juga bersama ” Nay sendiri berujar “ semoga IP kita bisa
diatas 3,5 lah ”. jika berusaha dengan maksimal dan berdoa tanpa henti
insyaAllah pasti bisa.
menurut saya ini bagus, entahlah, yang penting tetap bersyukur
KTM yang kini telah digenggaman
haruslah menambah semangat dan motivasi kuliah. Karena diluar sana begitu
banyak orang-orang yang ingin mendapatkan KTM UGM seperti yang kami miliki. Syukur
tiada henti kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Berkat izin dan ridho-Nya lah
kami dipertemukan dan menjadi saudara di kampus kerakyatan ini, di kota pelajar
, di daerah istimewa ini.
KTM bukan hanya Kartu
Tanda Mahasiswa namun juga Kudu Terus Mangaddd ( gaje ). Semoga KTM yang kini
telah menambah koleksi kartu di dompet bisa menambah semangat dan gairah beraktifitas
di daerah istimewa ini. tentunya beraktifitas yang positif-positif saja, aammiinnn.
Selamat malam, semoga berkah melimpah ! aamiinn ya robbal ‘alamin.
Jogjakarta 18
November 2015
20:10 WIB
IZZU
Komentar
Posting Komentar