Hasrat Yang Kembali Membara

Beberapa tahun terakhir gerakan menghafal Al Qur’an mulai menggema ke seluruh pelosok nusantara. Menembus lintas usia, latar belakang pendidikan, dan lintas metode. Bagi saya, seorang ustad Yusuf Mansyur memiliki andil yang besar sebagai inisiator gerakan Indonesia menghafal. Ustad mungil nan sederhana ini telah berhasil mencetak ribuan hafiz hafizah baik di dalam maupun luar negeri. Termasuk dua orang sahabat saya yang notabene adalah tamatan pesantren Darul Qur’an asuhan beliau. Egata hafal 30 juz, Fauzan hafal 10 juz. Disamping itu ada pula beberapa sahabat saya yang mulai menghafal al qur’an dan masuk di berbagai pesantren mahasiswa di Jogja ini. seperti Nizar, pemuda ngapak dari Cilacap dan Rafi, anak minang, tepatnya lagi dari kota Padang.
Senang rasanya bisa menjadi keluarga mereka di sastra arab UGM. Terkadang sewaktu menyaksikan mereka saling simak hafalan ada hasrat menggebu untuk bisa menghafal al qur’an lagi seperti yang dulu pernah saya lakukan sewaktu di MDQH Pancor.
Di luar UGM saya juga memiliki sahabat-sahabat yang kini tengah dalam proses menghafal. insyaAllah mereka intens menghafal karena mereka berada di bawah naungan lembaga yang memang khusus hadir untuk memfasilitasi para calon hafidz al qur’an. Ada Atun alias Abi di pondok pesantren darul qur’an cabang malang dan zhofi di HTQ alias Haiah Tahfidz Qur’an di UIN Malang. Semoga hafalan kalian lancar sobat, saya mengaku iri pada kalian.
Memang selama setahun saya pernah mencoba menghafal al qur’an, hasilnya, alhamdulillah, tidak terlalu mengecewakan untuk pemula seperti saya. target hafal 5 juz namun yang terpenuhi baru 3 juz. Sekarang saya keburu masuk ke UGM, nggak di MDQH lagi. Saya akui yang membuat diri ini tidak bisa konsisten dengan baik ialah karena tidak ada pembimbing dalam menghafal, serta suasana yang kurang mendukung ( utamanya latar belakang pondok saya dulu yang tidak mengutamakan kelas tahfidz ), dll.
Kini hasrat itu muncul lagi. Ingin rasanya setiap hari bercumbu dengan al qur’an. Mentadabburinya, bahkan beretika sesuai dengan ajarannya. Di awal tahun saya sempat hendak mendaftar di kampus tahfidz di daerah pogung, kebetulan jadwal belajarnya hari sabtu dan minggu dimana saya free di hari tersebut. namun sayang saya telat daftar, walhasil harus nunggu setahun lagi untuk bisa mendaftarkan diri.
Namun ada juga keinginan untuk mendaftarkan diri di rumah tahfidz tahun depan. Kebetulan lokasinya lebih dekat dengan kos saya. namun saya belum mengetahui persyaratan apa yang harus dipenuhi dan berapa tarif belajar disitu. Yang pasti keinginan untuk mempelajari al quran kini membara lagi dalam lubuk hati.
Jum’at kali ini saya memilih melaksanakan ibadah solat jumat di masjid kampus daripada masjid fakultas. Bagi saya maskam ( Masjid kampus ) UGM adalah salah satu masjid paling cantik yang pernah saya liat. Ia dikelilingi oleh teman yang luar biasa indahnya baik siang maupun malam hari. Kini maskam tengah dalam proses pembuatan menara masjid yang lumayan wah gedenya. Bahkan menara masjid tersebut bisa terlihat dari berbagai penjuru di sekitaran kampus UGM.
Tepat di depan maskam ada banner berukuran raksasa berisi pengumuman akan dilaksanakan wisuda akbar ke 6 oleh Pesantren Daqu dan koleganya di beberapa kota secara serentak di seluruh Indonesia. untuk tahun ini, masjid kampus UGM terpilih menjadi pusat wisuda akbar untuk Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. menyisihkan berbagai masjid lain di dua provinsi ini. tentu sebuah kebanggan dan prestasi tersendiri untuk maskam UGM.


Melihat banner raksasa tersebut semangat menghafal pun semakin terlucuti. Jika ustad Yusuf Mansyur bisa kenapa saya nggak bisa ? kemauan sudah tertanamkan tinggal action dan planing yang jelas. Semangat izzu semangat !!! hati pun menyemangati diri.
Mari kita bayangkan bagaimana barokahnya Indonesia jika presidennya ahli qur’an, hakim, anggota dewan, pejabat, pengusaha, pengajar, dan lain-lain diisi oleh orang-orang yang sudah menjadikan al quran sebagai pegangan hidupnya. Kini Indonesia memang belum di pegang oleh para ahli qur’an, namun beberapa tahun ke depan, kitalah yang akan menggantikan posisi mereka. Kita boleh jadi teknokrat namun hafal qur’an, jadi dokter spesialis namun hafal qur’an, jadi politikus, sastrawan, PNS, pengusaha yang hafal qur’an. masyaAllah, harmoni pun akan tercipta, kebarokahan senantiasa menggema, baldatun toyyibatun wa robbun ghafur pun menjadi nyata.
Saya pribadi sekarang dalam tahap penambahan satu juz hafalan, baru selanjutnya memuraja’ah hafalan sebelumnya sembari menanti kesempatan di tahun depan untuk mencoba peruntungan masuk menjadi santri di rumah tahfidz ustad Yusuf Mansyur. Semoga Allah meridhoi. Aammiinnn. Uridu an akuna haafidzan lil qur’an.... selamat malam ! salam sukses , berkah melimpah !!


Jogjakarta, 20 November 2015
20:29 WIB



IZZU

Komentar

Postingan Populer