sekali lagi tentang perjuangan
Beberapa hari lagi kami,
mahasiswa sastra arab UGM 2015 akan tampil dalam acara inaugurasi yang
diselenggarakan oleh fakultas bersama 10 jurusan yang lain. Mendekati hari H
pelaksanaan, persiapan dari masing-masing jurusan pun sudah mulai menggeliat. Mereka
akan membentuk lingkaran di berbagai sudut-sudut kampus lalu mendiskusikan
berbagai persiapan terkait inaugurasi. Terkadang mereka terlihat sedang
berlatih, entah drama ataupun tarian. Meskipun berbeda jurusan namun kami memiliki
kesamaan, sama-sama ingin menampilkan yang terbaik di atas panggung nanti. Bukan
masalah juara ataupun titel jadi yang pertama. Melainkan upaya menghasilkan
karya sederhana yang menggambarkan betapa kami adalah saudara. Ya, saudara. Saudara
untuk selamanya. Saudara yang berbudaya.
Kemarin sehabis mata
kuliah al hikam wal amtsal kami berkumpul di gedung Purbacaraka atau lebih
populer disebut plasa. Saya sedikit terlambat ikut kumpul karena harus isi
perut dulu di kantin bonbin. Salah satu tempat mengisi perut terfavorit bagi
mahasiswa FIB dan tetangga-tetangganya. Bisa dikatakan sebagian besar personil
KAGA BUTA hadir kala itu.
Divisi artistik, busana, danus
dan acara diberi kesempatan untuk menyampaikan sejauh mana persiapan mereka. Kami
juga mendapat kesempatan untuk mengomentari ataupun me-like ( et dah, udah
kayak FB aja ). Kini tugas berat lebih banyak tertumpu pada artistik dan acara.
Untuk busana sendiri sepertinya mereka akan menyewa kostum dan kini dalam
proses survei dari satu salon ke salon lain, mencari dimana penyewaan kostum
ala ala arab dan dengan harga yang bersahabat dengan kantong kami. Begitu kurang
lebih penuturan Putri, Koordinator divisi busana sewaktu saya wawancarai
kemarin.
PJ ( Penangung Jawab )
latihan, kawan kami Syamil, mengeluhkan kesulitan dalam mengumpulkan
teman-teman utamanya para tokoh untuk datang dan berlatih sesuai jadwal yang
sudah disepakati. Mungkin ini disebabkan oleh efek mager ( males gerak ), atau
bisa jadi karena kos kami tersebar di berbagai penjuru, ada yang di daerah
pogung, kuningan, samirono, karangmalang, jakal, dll yang notabene dekat dengan
kampus. Ada pula yang agak-agak jauh seperti saya dan beberapa kawan lain. Serta
yang sangat jauh seperti Egata.
Saat itu ada satu perkataan
dari Fikri yang membuat saya sadar akan sebuah pemahaman yang dulu pernah saya
dapatkan dari dialog sanubari dan gejolak bathin. “ saya tahu teman-teman punya
kesibukan masing-masing, saya bangga teman-teman sudah bisa bermanfaat untuk
komunitasnya, tapi jangan lupa, kita ini keluarga, dan sebenarnya, ada satu hal
yang menjadi inti dari semua hal, Pengorbanan. Ketika kita menginginkan sesuatu
ada hal yang harus dikorbankan, sebenarnya jika kita bisa me-manage waktu
dengan baik tidak akan ada istilah orang sibuk ”
Yups, pengorbanan. Nggak ada
satu hal pun yang bisa kita raih tanpa pengorbanan. Seseorang yang ingin pintar
harus mengorbankan banyak waktu luangnya untuk belajar, membaca, dan berfikir. Seorang
atlit harus mengorbankan waktu dan juga stamina yang ia miliki untuk berlatih
dan berlatih. Seorang pejabat yang ingin mengabdi dengan baik harus
mengorbankan egosentrisme dan kepentingan pribadi demi kepentingan dan
kesejahteraan masyarkat. Dan jika kami ingin menampilkan yang terbaik dalam
inaugurasi harus ada pengorbanan yang kami lakukan. Pengorbanan waktu, tenaga,
dan fikiran.
Pengorbanan bagi saya
bukan hanya sebuah kata yang kaya makna. Akan tetapi ia adalah sebuah kata yang
terlahir dari kesadaran akibat kecamuk fikiran dan konflik bathin yang dulu
pernah saya rasakan. Sekitar setahun yang lalu, saat diri ini lulus dari bangku
SMA dan mengambil ancang-ancang untuk kuliah. Disaat semangat melakukan
persiapan menghadapi seleksi masuk perguruan tinggi ada sebuah ketetapan Tuhan
yang mengharuskan saya mengikuti sebuah kompetisi selama satu bulan yang
berbarengan dengan jadwal tes masuk kuliah.
Saat itu saya
mengorbankan kesempatan masuk kuliah
yang berakibat pada keterlambatan diri ini menjadi mahasiswa. Disaat teman-teman
sekelas dulu sudah masuk kuliah dan bergulat dengan tugas-tugas saya hanya
menjadi seorang santri biasa di sebuah ma’had untuk mengisi kekosongan kala itu. Namun waktu
yang saya korbankan tidak terbuang sia-sia. Ada banyak pelajaran dan pengalaman
yang saya dapatkan, juga kematangan fikiran dan kebajikan etika yang semakin
terbentuk, semoga saja. Hingga pada suatu kesempatan disaat saya menyampaikan
motivasi dalam sebuah forum umum saya pun mengatakan “ hidup tidak cukup dengan
hanya sekedar berjuang, namun harus diiringi dengan pengorbanan ”.
Bagi saya dan anda, para
mahasiswa rantauan yang jauh dari keluarga dan tanah kelahiran. Ada pengorbanan
besar yang sedang kita lakukan. Pengorbanan jauh dari kehangatan keluarga,
pengorbanan keluar dari zona kehidupan nyaman di tanah kelahiran, dan terkadang
kita harus berkorban menghadapi berbagai kesulitan di tanah rantau. Namun yakinlah
jika perjuangan yang kita upayakan penuh dengan semangat dan pengorbanan yang dilandasi
keikhlasan maka insyaAllah hasil manis nan indah akan kita tuai pada saatnya
nanti.
Izinkan saya mengutip
sebuah quote :
“ percayalah akan tiba
masanya air mata diubah menjadi tawa, semua usahamu akan dijawab Tuhan tepat
pada waktunya. Hal terpenting yang harus kamu percayai bahwa akan selalu ada
harga seimbang yang akan sang Khalik bayarkan sesuai dengan apa yang kamu
lakukan. Tidak ada usaha yang sia-sia selama kamu berusaha. Lakukan upaya
terbaik yang bisa kamu lakukan ”
Sekali lagi, ini tentang
pengorbanan. Bagian dari ikhtiar menapaki jalan kesuksesan. Nikmati setiap waktu
yang kita lalui, ambil sebanyak mungkin ibroh dan pelajaran dari pengalaman
yang kehidupan berikan, latih rasa syukur dan sabar serta tawakkal dalam setiap
helaan nafas.
Ini bukan tentang
motivasi atau sok menggurui. Ini hanyalah sekedar kesadaran akan kebaikan yang
rasanya pantas untuk dibagikan bagi kalian para pejuang.
Salam kami haturkan dari
hati yang paling dalam
Salam kami haturkan untuk
kalian para pejuang.
Salam sukses, semangat
pagi, berkah melimpah.!!!
Jogjakarta 27
November 2015
07:13 WIB
IZZU
perjuangan tidak kenal usia dan waktu kerena perjuangan itu identik dengan ajaran agama .maka agama mewajibkan semangat perjuangan itu ada pada pemeluknya .dan orang yang selalu dalam perjuangan dia dipastikan berada dalam kebenaran kerena itu perlu dihadirkan kesabaran dalam perjuangan tersebut
BalasHapus