Saat Target Meleset
Jogja pagi ini diselimuti awan mendung. Musim hujan
memang sudah menyapa sejak beberapa hari lalu. Sebuah penantian panjang,
penantian yang diisi dengan solat istisqo berkali-kali, doa tiada henti, dan
keluhan yang menjadi rutinitas sehari-hari. Mengeluh lantaran panas terus,
gerah, setiap saat harus menyalakan kipas angin. Kini musim hujan datang
ternyata manusia tetap saja banyak yang mengeluh. Semoga kita tidak termasuk di
dalamnya. Kalaupun termasuk – namanya juga manusia biasa – semoga syukur lebih dominan
daripada keluhan. Amiin.
Selasa kemarin untuk pertama kalinya saya merasakan
sensasi berangkat kuliah pukul 07:00 WIB dan pulang pukul 22:30 WIB. Pasca kegiatan
akademik di kampus, saya bersama teman-teman berbagi tugas menggarap persiapan
kirab dan inagurasi. Sebuah acara wajib yang harus dilalui mahasiswa baru FIB
UGM. Secara kasat mata mungkin kami hanya menghabis-habiskan waktu dengan hal kurang
berguna, namun jika diselami lebih dalam kegiatan ini mengajarkan kepada kami
arti sebuah kebersamaan. Memberikan kesadaran kepada kami bahwa dengan bersatu
segalanya bisa kami lakukan. Saya belajar bersosialisasi, berorganisasi, dan
mengenal kawan-kawan dari berbagai daerah lebih intim lagi. Biar bagaimanapun
mereka lah yang akan menjadi orang terdekat saya, paling tidak selama di Jogja,
lebih spesifiknya lagi selama di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada.
Kemarin, sewaktu kuliah telaah teks arab 1, dosen
kami, pak masrukhi membahas hasil UTS 2 minggu lalu. Ada yang perlu diperbaiki,
ditingkatkan, dan dipertahankan. Kalau boleh jujur mata kuliah ini adalah salah
satu mata kuliah favorit saya, karena dimata kuliah ini kami diajarkan
bagaimana menelaah teks arab, menelaah dalam artian menelaah bacaan yang tepat,
menelaah makna yang terkandung di dalamnya kemudian menginterpretasikannya
sesuai dengan bahasa yang enak. Bukan terjemahan leksikal atau terjemahan
perkata. Salah satu cita-cita saya adalah ingin jadi penerjemah jika jadi
penulis nggak kesampaian. Bila perlu penerjemah sekaligus penulis.
Inilah hasil UTS telaah teks arab yang saya dapatkan :
Dua hal yang saya rasakan setelah melihat hasil yang
saya dapatkan. Pertama dan paling utama tentunya bersyukur. Alhamdulillah nilai
ini lebih dari cukup untuk saya. hasil ini juga bisa menjadi awal yang baik bagi
saya untuk memotivasi diri dalam meningkatkan kualitas di ulangan-ulangan
selanjutnya. Biar bagaimanapun saya tidak mau hari ini lebih baik dari esok. Tapi
esok harus lebih baik dari hari ini.
Kedua, yang saya rasakan dari hasil ini ialah bagaikan
tamparan yang begitu menyesakkan dada. Loh kok gitu ? karena sebenarnya saya
menargetkan nilai sempurna alias 100. Jadi hasil yang saya dapatkan ini tidak
mencapai target yang saya harapkan sebelumnya. Target nilai sempurna yang saya
pasang bukan bermaksud menyombongkan diri atau sejenisnya. Tapi merupakan
sebuah metode untuk memotivasi diri dalam mengupayakan hasil yang maksimal.
Ustad saya sewaktu di pondok, di sela-sela pelajaran
Kimia memberikan wejangan “ kalau pasang target itu jangan muluk-muluk, pasang
target nilai kok 70, 80, 90 ? harusnya 100 !!! biar kalau meleset dari target,
nggak jauh-jauh amat. Kalau target kalian 100 kemudian meleset palingan
melesetnya jadi 90, atau 95. Nah kalau target kalian 70 terus meleset ?
melesetnya ke 60, bahkan 50. Begitupun dalam bercita-cita, pasang target yang
tinggi, misalnya, kalian cita-citanya dokter, kalau meleset kan masih bisa jadi
perawat, atau suaminya dokter ” sejenak kami tertawa kala itu.
“ kalau kalian bercita-cita jadi presiden, nanti meleset
jadi gubernur atau anggota dewan kan lumayan, iya to? ” kami mengangguk. “
makanya, pasang target jangan muluk-muluk, melainkan harus maksimal, supaya
usaha kalian maksimal. Besarnya target akan mempengaruhi besarnya usaha yang
kalian lakukan ”.
Meskipun nasihat tersebut diberikan kepada kami
sekitar 2 tahun lalu namun saya masih ingat dengan begitu jelas. Tak saya
sangka apa yang beliau nasihatkan bisa saya rasakan beberapa tahun setelahnya
meskipun dalam lingkup yang sederhana dan kecil. Target 100 tapi meleset jadi
99,5. Ada rasa bersyukur namun ada pula gejolak motivasi untuk memperbaiki di
kesempatan selanjutnya.
Dari hasil yang saya dapatkan ini saya juga menyadari
bahwa kebiasaan buruk sejak sekolah dulu, yaitu “ kurang teliti ” menjadi
faktor gagalnya target tercapai. Nilai 0,5 yang kurang dari saya dikarenakan
ada sebuah kata yang tidak ada alifnya namun saya tulis dengan alif. Secara tersirat
pak Masrukhi menasihati saya melalui lingkaran yang ia bulatkan pada alif
tersebut “ izzu, kesalahan sedikit saja akan mempengaruhi hasil, kamu tidak
dituntut untuk tidak berbuat kesalahan namun paling tidak kamu harus
meminimalisir kesalahan, ada tempat dimana seseorang wajar melakukan kesalahan
sesuai kemampuannya, entah karena tidak bisa atau belum menguasai, namun ada
pula yang melakukan kesalahan karena keteledoran atau ketidak telitian. Kesalahan
kecil ini kamu tahu sendiri penyebabnya apa, jangan cepat puas, jadikan cambuk
semangat untuk mendapat hasil lebih baik ke depannya ”
Alhamdulillah ‘ala kulli hal, saat target meleset
minimal terdapat dua hal yang harus kita lakukan. Pertama, bersyukur, ini
kewajiban untuk kita. Selanjutnya muhasabah diri, intropeksi diri, mengevaluasi
diri, apalagi ya bahasa lainnya ? pokoknya mengevaluasi diri, kesalahan saya
dimana, kenapa saya bisa salah, apa yang harus saya lakukan ke depannya supaya
nggak salah lagi.
Well, saya sudahi dulu curhat dalam goresan edisi pagi
ini. karena saya harus segera mandi dan berangkat ke kampus. Hari ini jam 9 ada
kuliah natif bersama Dr. Wala’, dosen yang konon kata teman-teman-termasuk saya
:D- sedikit menyebalkan lantaran sikap agak judesnya. Semoga kuliah hari ini
berjalan lancar, juga segala aktifitas yang lain, karena pukul 13:00 WIB siang
saya dan Zamzam juga harus ke Malioboro untuk membeli peralatan artistik untuk
inagurasi Desember mendatang. Bagi yang sudah meluangkan waktu untuk membaca
saya ucapkan terima kasih. Jangan lupa jaga kesehatan utamanya di musim
penghujan seperti ini. semoga Allah selalu melindungi kita, aammiinn.
Ma’an Najah ayyuha zumala i ^_^.
Jogjakarta, 11 November 2015
07:34 WIB
Izzu
Komentar
Posting Komentar