untaian harapan dibawah langit malam



Untuk kesekian kalinya PLN membuatku gregetan. Mungkin karena angin topan beberapa waktu lalu yang mengakibatkan banyak pohon tumbang dan merusak sistem instalasi listrik milik PLN kamipun harus bersabar listrik di daerah Narmada dan sekitarnya dipadamkan. Kalau padamnya antara 1 sampe 3 jam mungkin bisa kita maklumi tapi kalau aku hitung sudah lebih dari 2 x 24 jam listrik belum juga normal seperti biasa. Ya tuhan, mungkin begini suasana pendahulu kami yang tak punya listrik. Aku bersyukur diberikan hidup di zaman yang sudah maju. Semoga kemajuan zaman ini bisa kumanfaatkan dengan baik termasuk listrik  Aammiinn.. aku bergumam di tengah kegelapan malam.
Untung saja di rumahku ada banyak HP canggih. HP yang memiliki fasilitas senter di ujungnya buatan nokia. Hehe. Ada sekitar 3 HP seperti itu yang jika ketiga HP tersebut dijual tentu belum mampu untuk membeli android samsung baru :D. 3 HP tersebut dibantu lilin dan dua buah lampu tradisional berbahan bakar minyak goreng bekas yang oleh banyak orang diberi nama dile jokowi ( lampu jokowi ) bersatu dan bersineri melawan kegelapan malam itu di rumahku. Aku pernah menanyakan pada mama kenapa lampu tersebut dinamakan lampu jokowi ? mama pun memberikan ku penjabaran yang mau tidak mau harus aku iyakan, “ soalnya lampu ini ada di zamannya jokowi makanya dinamakan lampu jokowi, kamu ingat nggak dulu ada juga yang namanya kompor SBY ? dinamakan kompor SBY karena ada di zaman SBY ”. iya, beberapa tahun yang lalu kompor SBY sempat booming di wilayah Lombok, sebuah kompor dengan bahan  bakar sisa-sisa kayu yang diperhalus atau digergaji. Aya aya wae wong lombok iki.
Tak banyak yang bisa kita lakukan jika listrik mati. TV nggak bisa hidup, laptop ? udah habis baterinya karena nggak bisa ngecharge semenjak kemarin. Bahkan main HP pun harus hemat daya. Karena jika bateri habis HP tak kan mau diajak kompromi untuk jangan mati dulu. Walhasil, sehabis santap malam romantis namun miris karena pake lilin dan juga seusai sholat isya aku pun tiduran di kursi ruang tamu. Maklumah jika ada tamu menginap aku pasti tidak punya kamar karena kamarku digunakan tamu tersebut dan untuk beberapa hari ini papuq tuan adalah tamu kami.
Alhamdulillah bateriku masih lumayan, lagian aku juga masih punya cadangan daya yang tersimpen di power bank. Yang kulakukan dengan HP ketika itu ialah buka facebook, chating BBM, dan smsan. Ngomong-ngomong masalah facebook aku jadi inget pertama kali punya facebook pada tahun 2010 tepatnya ketika aku masih kelas VIII MTs hendak naik kelas IX. Disaat itu aku merasa begitu hebat karena di seantero kelas bahkan seantero sekolah aku orang pertama yang punya facebook. Hehe. Tiap hari update status bahkan aku pernah sampai pada titik dimana aku merasa kebingungan hendak buat status apa di facebook nanti. Kalau aku ingat masa-masa itu aku pasti jadi malu sendiri dan beristigfar sambil geleng-geleng kepala. Tapi untung saja demam facebook yang kualamai tidak begitu lama, hanya sekitar dua tahun lah, nggak lama kan ? :D, Just kidding. Sekarang facebook adalah hal yang biasa bagiku dan justru aku sering senyum-senyum sendiri lihat orang-orang yang update status nggak jelas dan kurang kerjaan :D. Lagi makan update status, mau mandi update status, bahkan mau sholat update status dulu. Aku senyum bukan bermaksud menghina mereka yang mengupdate status kayak begitu melainkan aku teringat dulu aku juga pernah seperti mereka bahkan lebih parah lagi. Tapi sekarang alhamdulillah sudah tidak lagi. Aku sudah bertobat dari demam facebook :D
Ketika tengah berkutat dengan HP tiba-tiba mama dengan perut buncitnya karena hamil besar duduk di hadapanku. Ia langsung mengagetkanku dengan kata-katanya yang tanpa mukadimah dulu,
“ izz jangan habisin bateri dan pulsamu, biar nanti bisa telpon ibu bidan kalau ada apa-apa ”
“ lho ? memangnya mama udah merasakan sakit ? ” tanyaku seraya bangkit dari tiduranku
“ iya, dari kemarin sebenarnya  tapi sekarang kayaknya sudah mulai sakit tanda melahirkan, makanya saya nggak kasih kamu balik ke pancor, bapak kan masih kurang sehat, nanti kamu saja temen saya pergi ke polindes ”
“ iya, ma ” aku menyanggupi.
Keheningan pun tercipta. Aku sibuk dengan pikiranku sendiri. Esok mungkin akan menjadi sejarah yang tak terlupakan dalam hidupku, untuk pertama kalinya mendampingi mama melakukan persalinan. Menyaksikan langsung pertaruhannya nyawa seorang ibu demi anak yang ia kandung. Menjadi saksi rasa sakit, perih, bahkan tenaga yang tereksploitasi demi melahirkan anak ke dunia nyata. Ya Allah, aku yakin engkau memberikan kami ujian semampu kami, kuatkan aku, tenangkan aku, dan mudahkanlah ya Allah, lancarkan segala proses persalinan mama dan pulihkan lah kesehatan bapak doaku dalam hati.
“ mudah-mudahan lancar-lancar saja semuanya ” suara mama penuh harap memecah keheningan
“ aammiinnn. insyaAllah ma, udah empat kali mama melahirkan normal semua kan? insyaAllah yang kelima ini juga akan normal ma, aammiinnn ” aku mencoba menyemangati mama.
Sebelumnya sudah 4 kali mama melahirkan, aku anak pertama, nah anak kedua yang mama lahirkan berhasil lahir namun dalam keadaan meninggal, selanjutnya persalinan ketiga dan keempat alhamdulillah hidup semua dan sehat wal afiat. Dalam hati ada rasa tak sabarku menyambut kehadiran keluarga baru kami yang insyaAllah berkelamin laki-laki, aku ingin menjadikan dia dan adik-adikku yang lain melebihi aku sebagai kakak tertua mereka. insyaAllah.
Malam itu, aku, bapak, papuq tuan, adik-adikku dan yang paling utama mama sendiri memiliki harapan yang sama. Kelancaran dan kemudahan dalam proses persalinan. Doa kami panjatkan tiada henti memohon dijauhkan dari segala macam mara bahaya, memohon kemudahan dan kelancaran dengan izin Allah. Malam itu untaian harapan terajut dalam doa kami layangkan pada sang pencipta dan sang maha pengatur. Kami yakin Allah pasti kabulkan doa kami. Aamiinn ya robbal ‘allamin.

Bersambung...

Komentar

Postingan Populer