curhat pada sosiolog
Sesampai di
rumah kudapati Yati, salah seorang adikku masih menikmati suguhan acara
televisi. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh lebih bahkan sebentar lagi jam setengah
sebelas. Ia ditemani oleh papuq saite, tetangga yang tadi siang menemani kami
selama di polindes dan juga yang menemani adik-adikku selama aku di Rumah
Sakit. Ia langsung menyerangku dengan pertanyaan-pertanyaan tentang keadaan
mama. Aku menjawab setahuku saja, bahwa adik sudah lahir berkelamin laki-laki
dan ketika aku pulang tadi mama belum selesai operasi karena mama mendapatkan
dua tindakan, sesar dan angkat rahim.
Tak lama
setelah itu papuq saite pun pulang. Tadinya ia mau menginap di rumah jika aku
tidak pulang, namun aku harus pulang, karena biar bagaimanapun selain sebagai
anak yang harus berbakti pada orang tua aku juga adalah seorang kakak yang
punya tanggung jawab pada adik-adiknya. Kulihat aliya sudah pulas tertidur di
kursi tepat di depan TV. Memang kebiasaan dia tertidur di depan TV. Ku angkat
Aliya dan ku bawa ia keranjangnya, Yati pun menyusul untuk tidur. Namun sebelumnya
telah ku ceritakan segala hal untuk memberikan ketenangan kepada Yati.
Ku hempaskan
tubuh di kursi yang tadi ditempati Aliya. Ku pindahkan chanel TV yang tadinya
SCTV ke Net TV. Ah, initalkshow sudah usai. Kubiarkan TV itu menyala,
pandanganku menatap nanar menuju langit-langit ruangan. Bayangan mama dan bapak
menghiasi pelupuk mata. Betapa lebih 19 tahun aku dibesarkan oleh mereka, sudah
berkali-kali mereka sakit karena kelelahan mengurusi kami, kami yang selalu
merepotkan mereka namun mereka tak pernah bosan mendidik dan menyayangi kami. Ku
pejamkan mata ini, ku tutup telinga, aku fokuskan pikiran pada kedua orangtuaku
yang kini tengah menghadapi ujian berat. Ketika wajah mereka terbayang tiada
kata yang bisa mewakili apa yang kurasakan selain, “ aku mencintaimu mama dan
bapak, kami menyayangimu, sangat menyayangimu, terima kasih atas segalanya, dan
maaf kami belum bisa memberikan sesuatu yang berharga untuk membahagiakanmu,
maafkan kami yang tak sempurna, maafkan kami yang banyak dosa, semoga kita
menjadi keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah, amiinn ”
Hati semakin
berkecamuk, dadaku terasa penuh sesak, kepada siapa aku tumpahkan semuanya ?
kepada siapa ? kepada dua adikku?? sungguh tidak mungkin, mereka terlalu kecil
untuk mendengarkan keluh kesah aku yang beranjak dewasa. Pada facebook ? tidak !! aku tidak ingin
terlihat lemah di media sosial. Ku raih HP dan kulihat ada beberapa pesan BBM
masuk dan salah satunya dari kak Ririn Amelia Wulandari. Ia orang yang tepat,
kita masih keluarga, ibuku dan ibunya itu sepupu namun kami begitu dekat. Sewaktu
aku jalan-jalan ke Malang, ia dengan setia menjadi tour guideku mengelilingi
sebagian kecil kota Malang. Sebuah kota yang sedari dulu aku impikan untuk
kupijak. Bahkan kak wulan lah yang membawaku bisa menikmati hawa kampus ulul
albab, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Kulihat kira-kira
20 menit yang lalu ia mengirim pesan BBM padaku, insyaAllah ia belum tidur. Kucari
namanya dalam kontak Hpku, ketemu dan langsung ku hubungi. Aku tidak ingin
langsung cerita tapi aku akan bertanya lebih dahulu, apakah telponku mengganggu
dan apakah aku bisa curhat pada kakak saat ini ? tuutt...tuttt...tutt.. Hpnya aktif,
agak lama ia pun mengangkat telponku. Suaranya yang khas, lembut, dan penuh
kasih sayang menyapaku “ hallo, assalamu’alaikum adek ? ”, “ wa’alaikumusslam,
kakak nggak sibuk ? ” tanyaku
Kak Wulan
ini jiwa sosialnya tinggi banget, maklumlah ia anak sosiologi di FISIP
Universitas Brawijaya Malang. Sebuah Universitas yang masuk dalam 5 Universitas
terbaik se Indonesia. kalau tidak salah Unibraw menempati urutan ke 4 di
Indonesia. di bawah UGM, UI, dan ITB. Sewaktu aku ke kampusnya pun aku hanya
bisa berdecak kagum. Maklumlah mata ini sebelumnya hanya pernah melihat IAIN
Mataram dan UNRAM. Dua universitas paling populer di NTB, UNRAM memang besar
tapi Unibraw jauh lebih besar dan luas. Dalam hati aku berfikir, Unibraw aja
udah segini gede apalagi UGM, UI, dan ITB ya ? suatu saat nanti aku harus bisa
memijakkan kaki di sana. Harus !!
Alhamdulillah
kak Wulan bersedia mendengarkan keluh kesahku. Ia sudah sangat mengerti dengan
keadaanku. Aku menangis, aku mengeluh, aku keluarkan semua unek-unek dalam hati
ini, semuanya aku kuras habis. Kak Wulan sangat pandai menempatkan diri,
terkadang ia diam mendengarkan dan tahu kapan harus bicara. Ia memang calon
sosiolog yang baik dan profesional. Setengah jam lebih ku habiskan untuk bicara
panjang lebar dengan kak Wulan. Mendengarkan ceritaku sesekali kak Wulan pun
menangis. Aku jadi tersentuh. Sedih dan khawatir yang kurasakan bisa juga
dirasakan olehnya. Terima kasih kak Wulan, kau memang kakak terbaik.
Malam itu
aku jadi lebih tenang. Ku raih Hpku lagi, aku hendak menelpon bapak, berharap
mendapatkan kabar baik. Cukup sekali telpon bapak langsung mengangkatnya.
“ hallo,
assalamu’alaikum bapak ? ”
“ wa’alaikumusslam,
iya izz ? ”
“ gimana mama
pak ? udah keluar dari ruang operasi ? ”
“ iya udah ”
“
alhamdulillah ” begitu senang aku mendengarnya
“ terus udah
siuman ? ” tanyaku lagi
“ iya udah
juga ”
“ mama udah
bisa ngomong ? ” tanyaku lebih dalam lagi
“ iya, sudah
bisa ”
“ pak hamzan
masih di sana ? ”
“ iya masih ”
Syukurlah mama
sudah siuman, sudah bisa ngomong, semoga ini pertanda baik. Ku tutup telpon
namun sebelumnya ku titip salam untuk mama tercinta. Aku langsung sujud syukur.
Terima kasih ya Allah engkau telah mengabulkan doa kami, sembuhkan,
sehatkan, kuatkan, pulihkan ya Allah !! doaku dalam hati. Ku kabari kak
Wulan tentang kabar baik ini, tak lupa aku berterima kasih pada teman-teman
yang telah mendoakan kelancaraan proses operasi mama. Kini saatnya proses pemulihan
mama, semoga semuanya berjalan dengan lancar, apapun yang akan kutemui besok
aku siap memberikan seluruh waktu dan tenaga ku untuk berbakti pada orang tua.
Ku coba
pejamkan mata, semoga lelap bisa menghampiri. Ku untaikan doa mohon
perlindungan. Semoga semuanya baik-baik saja. Ya Allah terimakasih, engkau maha
besar, maha segalanya, maafkan aku yang sering lalai dari perintah-MU, maafkan
aku yang sering menzholimi-Mu, dan maafkan aku jika pernah membuat-Mu cemburu,
ya Allah, jadikan aku anak yang berbakti, bismika Allahumma ahya wa amuut.
Bersambung....
Komentar
Posting Komentar