siang di pantai nipah
Siang itu
aku, paman, bibik, adik-adikku serta papuq tuan ( nenek-bahasa sasak )
berkumpul di rumah paman. Rumah itu terletak di sebuah kompleks BTN di daerah
sayang-sayang, Mataram ibukota provinsi Nusa Tenggara Barat. Paman berencana
mengajak kami refreshing ke pantai sebelum ia kembali ke Jogja untuk
melanjutkan studi S3nya di salah satu universitas terkemuka di sana. Ada dua
pilihan yang ditawarkan kepada kami, pantai loang baloq atau pantai nipah. Hatiku
sontak memilih nipah, karena loang baloq pernah ku singgahi beberapa kali dan
kualitas air pantainya tidak baik untuk mandi. Sedangkan nipah ? aku belum
pernah sama sekali ke sana. Hati ini penasaran seperti apa sih pantai nipah
itu.
Menurut informasi
yang kami dapatkan dari paman pantai itu terletak di pesisir barat agak utara
sedikit dan kata paman masih di wilayah Lombok Barat. Hmm,, berarti nggak
terlalu jauh lah gumamku dalam hati. Sebelum pukul 12 siang kami berangkat
menggunakan tiga motor. Aku kebagian membonceng seorang adikku dan papuq tuan. Kupacu
motor dengan kecepatan 60 – 80 km/jam. Karena aku tak boleh kehilangan jejak motor
paman di depan karena hanya dia yang tahu rute menuju nipah.
Bagi orang
Lombok ataupun yang pernah mengunjungi Lombok aku yakin mereka pasti takjub
dengan pemandangan garis bibir pantai di
sepanjang jalan menuju nipah. Andai aku bawa kamera akan aku fhoto panorama
itu. Mata tak bosan-bosannya membuang pandang sampai ke penghujung penglihatan.
Cuaca yang cerah, matahari terik, serta lazuardi biru begitu padu dengan
birunya permukaan air laut. Keindahannya tak bisa aku deskripsikan. Disela-sela
ketakjubanku menikmati pemandangan sembari melajukan motor aku tersadar akan
dua hal. Pertama, sudah cukup lama aku tak ke pantai, mungkin sekitar 6 bulan
lebih. Kedua, ternyata masih banyak pantai-pantai di Lombok ini yang belum aku
kunjungi.
Beberapa menit
kemudian kami memasuki wilayah Kabupaten Lombok Utara ( KLU ). Lho lho ?
bukannya kata paman pantainya masih di wilayah Lombok Barat? Kok sekarang udah
sampai KLU aja ? tanyaku dalam hati. Waduh, ternyata pantai Nipah lumayan
jauh juga, berada di daerah KLU. Aku terus melajukan motor dengan kecepatan
mengikuti kecepatan paman di depan. Panorama garis bibir pantai di KLU juga tak
kalah indah. Tiba saatnya kami melewati sebuah tanjakkan dan di ujung tanjakkan
itu ada belokan ke arah kanan yang cukup tajam. Kami harus hati-hati di medan
seperti itu. Ketika aku telah berhasil melewati tanjakan dan belokan itu betapa
kagetnya mata ini karena tiga gili, gili trawangan, gili meno, dan gili air
terlihat oleh mata ini. masyaAllah !! jauh sangaaatt, tapi tak pe
lah, semoga saje keletihan ini musnah jike dah sampai pantai lirihku dalam
hati.
Aku jadi
ingat sudah dua kali aku bermalam di gili trawangan. Kebetulan kami punya teman
dari sana. Teman seperjuangan ketika menuntut ilmu di pondok pesantren. Inilah hikmahnya
masuk pondok pesantren. Punya banyak teman dari berbagai penjuru. Dua malam aku
dan kawan-kawan bermalam di sana kami pun bisa menyaksikan kehidupan malam di
trawangan. Satu kesanku dan teman-teman untuk malam di gili trawangan, it’s
not Lombok ! maybe it’s a texas in Lombok or chicago in Lombok or other place,
this’s not Lombok. Itu bukan Lombok, Lombok itu religius bukan kehidupan
bebas seperti malam di trawangan. meskipun begitu nggak tahu kenapa kami merasa
betah di trawangan, walaupun harga apa-apa mahal di sana. Kalau biasanya kita
internetan 3000 per jam, di trawangan malah 8 kali lipatnya, belum lagi harga
yang lain. Pokoknya mahal dah. Aku pernah baca di koran, untuk transaksi bank
BCA se Indonesia paling banyak terjadi di tiga gili ini. Inilah pariwisata,
tidak bisa total memberikan kebaikan, pasti ada buruknya. Yang terpenting
bagaimana kita menyikapinya dengan bijak saja.
Tak butuh
waktu lama dari belokan tersebut pamanpun menghidupkan lampu weser kirinya. Alhamdulillah,
pertanda kita telah sampai di tujuan. Setelah parkir kendaraan kami segera
mencari berugaq ( gazeebo khas lombok ) untuk meletakkan barang-barang. Aku segera
mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru pantai. Lumayan bagus. Utamanya air
pantainya cukup jernih karena inilah tujuanku ingin ke pantai. Untuk membasahi
tubuh dengan air laut. Sekalian aku
niatkan sebagai obat buat kulit karena penyakit gatal yang dulu menghinggapiku saat
di pondok rasanya mulai kambuh lagi. Konon obat terampuh untuk melawan gatal
adalah mandi di pantai, mungkin kadar garam yang ada di sana berhasil membasmi
kuman-kuman penyebab gatal. Entahlah! Yang penting teori gatal diobati dengan
mandi di pantai bukan sekedar hipotesa tak berbukti belaka melainkan sudah
terbukti dan aku sendiri pun pernah membuktikannya.
Kulihat Paman
dan bibik tengah sibuk memesan ikan laut bakar yang akan menjadi menu makan
siang kita nanti. Ikannya lumayan besar, sebesar harganya. Kuihat bibik juga
memesan dua porsi terong bakar. Terong di bakar ? tumben aku mendengarnya. Biasanya
terong aku makan mentah-mentah dengan sambal terasi buatan mama yang tiada
duanya. Adik-adikku kulihat tengah mengganti baju mereka. Mereka hendak mandi juga rupanya. Waduh aku nggak
boleh ketinggalan, segera ku lepaskan baju dan celana tapi nggak sampai
telanjang lah. Aku sudah prepare celana boxer dan baju kaos untuk mandi
di pantai siang ini.
Suasana pantai
lumayan ramai tapi tidak terlalu padat. Maklum sekarang kan weekend makanya
pantainya sedikit ramai. Lumayan lama aku mandikan badan ini. Aku tahu apa yang
aku lakukan ini beresiko besar. Resikonya adalah kulitku yang coklat akan
menjadi coklat kelam :-(. Tapi tak apalah, yang penting gatal-gatalku sembuh
:D. Toh walaupun aku coklat aku yakin aku akan tetap punya jodoh, bukannya
Allah yang bilang bahwa kita diciptakan berpasang-pasangan ? :D
Selepas mandi
kamipun santap siang. Ikan lautnya gurih banget. Sambalnya juga wenak tenan. Alhasil
aku pun makannya nambah. Sedangkan terong bakarnya ? Bagi lidahku terong mentah yang dimakan dengan sambil
terasi masih lebih enak untuk dinikmati. Bukan Cuma aku saja yang makannya
lahap. Adik-adikku, paman, dan juga bibik kecuali papuk tuan, entah kenapa
beliau tak selera makan nampaknya. Aku punya keinginan suatu saat nanti jika
aku ada rezeki aku ingin mengajak keluarga besarku ataupun teman-teman dekatku
untuk rekreasi ke pantai nipah ini. Suatu saat nanti !
Pukul dua
siang lebih sedikit kami beranjak pulang. Aku dan paman berencana sholat zuhur
nanti di jalan. Tapi bukan berati solat zuhurnya di jalan raya ya melainkan
nanti kami sholat di masjid yang kami temui saat perjalanan pulang. Pilihan kami
jatuh pada masjid di daerah pantai
krandangan. Aku ingat sudah dua kali aku sholat di sini dan aku hafal benar
masjid ini kiblatnya tidak terlalu benar. Itu bisa kita lihat di lantai masjid
ada gambar arah panah yang arahnya ke barat sedikit ke utara lalu bertuliskan
kiblat. Manusia memang tak luput dari khilaf. Mungkin dulu saat penentuan arah
kiblat petugasnya lagi khilaf dan melakukan kesalahan. Tak apalah, itu sangat
manusiawi.
Sebelum asar
kami telah sampai di rumah paman. Kami beristirahat sejenak karena perjalanan
lumayan jauh. Sebanarnya aku ingin bakda
asar ini langsung pulang ke rumah karena aku berencana sore ini kembali ke
Pancor meskipun aku masih lelah. Nanti malam aku ada jadwal kursus clinic
english di pancor. Tapi entah kenapa papuq tuan malah betah berlama-lama
mengobrol sama bibik dan yang lainnya.
Pukul setengah
6 sore baru kami beranjak pulang ke rumahku bersama dua orang adikku dan juga
papuq tuan. Papuq tuan sebagaimana orang tua normal sangat parnoan, aku selalu
dimarahi jika melajukan motor ngebut sedikit. Walhasil ku lajukan motor antara
kecepatan 40-60 km/jam. Sabar saja, daripada papuq tuan marah-marah. Pelan namun
pasti kami pun sampai di rumah. Aku segera prepare segala persiapanku untuk
kembali ke pancor sore ini. Apalagi bapak yang kemarin sakit sekarang sudah
mulai baikkan meskipun belum sembuh benar. Di saat aku tengah prepare dan
packing
“ besok aja
balik izz, sekarang sudah sore ” suara mama terdengar halus
“ tapi nanti
malam izz ada kursus, ma, nggak enak sama kak yusri kalau nggak datang ”
“ telpon aja
dia, lagian bapakmu belum sehat benar, jangan balik sekarang ” mama tetap
melarang.
Akhirnya aku
pun mengurungkan niat untuk kembali ke Pancor. Daripada bersikeras balik
sekarang tapi tanpa izin orang tua. Aku nggak mau kualat.
Ku raih
samsungku untuk mengirim pesan melalui BBM ke kak Yusri, pendiri clinic english
tempat aku belajar bahasa inggris untuk mengkonfirmasi bahwa aku tak bisa
belajar malam ini. Sejak beberapa minggu lalu aku mengikuti sebuah kursus
bahasa inggris. Di awal-awal lidahku kaku karena sudah lama tak berbahasa
inggris. Orangtuaku begitu menekankan kepadaku untuk menguasai dua bahasa, arab
dan inggris. Apalagi aku adalah anak pertama, laki-laki lagi. Iya aku laki-laki
asli, buktinya aku sudah sunnat kok, kalau nggak percaya kita bisa buktikan :D
hehe. So, aku harus menjadi anak yang baik agar menjadi panutan untuk dua orang
adikku, yati dan aliya, belum lagi dengan adikku yang masih di dalam perut
mama. Menurut perkiraan dokter ia akan lahir sebagai laki-laki, sama sepertiku.
Semoga saja proses persalinannya nanti lancar-lancar saja. Aammiiinnn :-).
Bersambung....
Komentar
Posting Komentar