Bukan Motivasi, Tapi Habits ; Ulasan Buku Felix Siauw al-Khilafahi



Bismillahirrahmanirrahim...
Dalam acara La Tansa minggu kemarin ada satu sesi yang diisi dengan tukar menukar hadiah. Sebelumnya, panitia, peserta, dan barisan kating-kating (kakak tingkat) sudah kami himbau membawa hadiah yang dibungkus kertas kado atau koran untuk ditukarkan secara acak. Dan... taraaaaa.... saya bahagia luar biasa ketika mendapatkan hadiah berupa buku. Ada caption yang menyemangati tertempel di sampulnya.
Dan setelah melakukan penyelidikan mendalam, mendengarkan keterangan sejumlah saksi, melihat rekaman CCTV, hingga hasil sidik jari, ketemu juga dari mana asal muasal kado tersebut. Adalah Sindy Amanda, mahasiswi baru asal Padang, dialah si empunya kado. Paling tidak ada dua hal yang saya syukuri, pertama ; bersyukur dapat buku baru, kedua ; bersyukur ada juga adik tingkat yang suka buku ditengah anjloknya literasi Indonesia. Semoga spesies-spesies pencinta buku semakin bertambah banyak di Indonesia tercinta. Aamiin.
Buku itu berjudul “How to master your habits”, ditulis oleh Felix Siauw, seorang muallaf yang kini jadi ustad dan getol mengkampanyekan khilafah di Indonesia. Meski saya berbeda paham dengan yang bersangkutan, bukan jadi alasan untuk saya tidak membaca buku pemberian Sindy tersebut. Dan sebagai bukti saya sudah khatam membacanya, goresan kali ini akan saya isi dengan ulasan tentang buku yang ditulis ustad pejuang khilafah tersebut.

sumber : dok. pribadi

Buku ini bergenre motivasi islam. Dengan selingkung ala anak muda kekinian Felix Siauw berhasil menghadirkan bacaan segar nan menggugah. Isu besar yang ia angkat adalah habits (kebiasaan). Habits sendiri adalah sesuatu yang kita lakukan secara otomatis, bahkan kita melakukannya tanpa berfikir. Setiap orang pasti memiliki habits. Dan habits bersifat otomatis, spontanitas, dan merupakan wujud respon eksternal seseorang. Jika anda sedang berjalan dan tiba-tiba tersandung, alam bawah sadar akan memberi respon yang bermacam-macam sesuai habits masing-masing individu. Yang beristigfar itulah habits nya, yang misuh-misuh itu pula habits mereka.
Nah, Felix Siauw berpendapat bahwa bukan motivasi ataupun semangat yang menentukan keberhasilan seseorang, melainkan habits. Hal ini berangkat dari seringnya kaum pencinta alibi mengatakan “nggak ada motivasi” “nggak ada yang memotivasi” “lagi nggak semangat”, wa akhowatuha untuk tidak bertindak dan lebih memilih memanjakan ke-gabut-an yang hinggap. Ustad pejuang khilafah ini menuturkan bukan motivasi yang harus diincar, pun tidak semangat yang mesti dicari, tapi habits lah yang harus dibentuk, diprogram, dan tentunya dilatih. Dengan begitu, motivasi dan semangat akan lahir dengan sendirinya.
Lantas, bagaimana langkah membentuk habits alias kebiasaan itu? Ada dua faktor pembentuk habits yaitu practice (latihan) dan repetition (pengulangan). Latihan bertujuan untuk menentukan apakah kebiasaan tersebut sudah benar atau belum. Ketika kebiasaan tersebut telah masuk dalam kategori baik dan benar barulah langkah “pengulangan” dilakukan untuk menyempurnakan proses pembentukan habits. Bahasa Lomboknya practice makes right, repetition make perfect.
Sodara-sodara pengguna paket data ataupun wifi gratis yang dimuliakan Allah!!
Ada statement yang mengatakan kita adalah prilaku kita, atau perkataan kita adalah kualitas diri kita. Nah, bukankah prilaku dan perkataan adalah output dari “kebiasaan” yang kita biasakan, baik disengaja maupun tidak. Maka, izinkan saya berpendapat bahwa kita adalah habits (kebiasaan) kita. Jika habits kita baik, tentu baik pula prilaku dan tutur kata kita, pun jua sebaliknya.
Melalui buku ini Felix Siauw al-khilafahi mengajak kaum muslim untuk melatih diri membiasakan hal-hal baik. Karena kebiasaan lah yang menentukan seperti apa masa depan seseorang. Orang yang terbiasa membaca buku, berdiskusi, menulis, dan belajar akan beda masa depannya dengan orang yang terbiasa main game sampe lupa waktu, nongkrong every time, dan pindah dari satu gebetan ke gebetan lain. Percaya deh!!
Tidak hanya dalam membentuk sikap, habits pun berpengaruh dalam pencapaian cita-cita atau tujuan. Seseorang yang jelas tujuan atau cita-citanya kemudian melatih diri, mengasah kemampuan, dan terus melakukannya berulang-ulang insya Allah akan mendapatkan apa yang mereka hajatkan. Tengoklah para penulis kesohor hari ini, yang bukunya terbit ribuan eksplemper per tahun. Mereka berhasil mencapai tingkatan tersebut setelah membiasakan diri menulis ribuan bahkan puluhan ribu kali. Dan itu tidak sehari-dua hari, butuh waktu lama dan kesabaran ekstra untuk menggapainya.
Jika Anda bosan dengan profesi penulis sebagai percontohan mari kita beralih ke profesi lain. Anda tahu Ronaldinho ? Ya, pemain Brazil yang baru beberapa hari lalu mengumumkan pensiun dari lapangan hijau. Anda harus tahu, sejak pertama kali merumput di dunia sepak bola profesional, Ronaldinho butuh waktu 13 tahun untuk menjadi pemain terbaik dunia. Jika kita menarik benang waktu lebih ke belakang lagi niscaya kita akan mendapati fakta bahwa Ronaldinho sudah “membiasakan” diri menggiring bola beribu-ribu kali.
Anda kenal Donie Yen? Ia belajar kungfu dari ibunya sejak kecil dan di usia 20 tahun memulai debut bermain di film laga. Dan butuh 25 tahun lagi bagi dia untuk memproduksi film sekelas IP Man. Seorang kiyai, tuan guru, telah menghabiskan ribuan hari untuk “membiasakan” diri membaca kitab gundul, mengkaji al-Qur’an, menghafal hadist, dan melatih pola pikir. Cendekiawan, ilmuwan, intelektual tentu sudah sejak muda “membiasakan” diri bercumbu dengan buku-buku tebal, bertukar wawasan, dan begadang mengasah pikiran.
Untuk menjadi seorang dokter profesional dibutuhkan waktu minimal 10 tahun. Untuk membangun peradaban Islam yang kuat Nabi membutuhkan tak kurang dari 23 tahun. Namun kita hanya butuh 1 bulan untuk menjadi tukang sapu profesional. Saya sama sekali tidak bermaksud mendiskreditkan profesi tukang sapu. Ini hanya komparasi antara cita-cita atau tujuan dengan waktu yang dibutuhkan untuk mencapainya. Maka, jika cita-cita Anda adalah tukang sapu profesional, saya ucapkan selamat, Anda hanya butuh 1 bulan untuk “membiasakan” diri menyapu. Tapi jika cita-cita anda besar, tujuan yang ingin anda capai luar biasa, saya ucapkan selamat bersabar dan selamat “membiasakan” diri untuk waktu yang tidak sebentar.
Sebuah penelitian menunjukkan untuk menjadi ahli dalam suatu bidang, seseorang harus berlatih di bidang tersebut minimal selama 10.000 jam. Ini jadi pukulan telak buat saya yang notabene bercita-cita jadi penulis tapi dalam sehari tak pernah lebih dari 2 jam berlatih menulis. Bayangkan, jika saya berlatih menulis 3 jam dalam sehari maka butuh waktu 9 – 10 tahun untuk menjadi profesional. Lantas bagaimana mereka yang hanya latihan 1 jam sehari, atau bahkan 1 jam dalam seminggu ? silahkan hitung sendiri berapa waktu yang dibutuhkan.
Sodara-sodara, Mandarin terkenal dengan kung-fu nya, sebuah seni bela diri yang mengsinergikan kekuatan, kelincahan, dan seni. Konon, mereka yang belajar kung-fu akan mengulangi 1 gerakan sebanyak 3.000 kali dalam sehari. Bayangkan! Satu gerakan aja diulangi 3.000 kali. Sedangkan kita ? wong perintah nabi iqro’ harfan karrir alfan (baca sekali, ulangi seribu kali) saja belum bisa kita tunaikan. Hayo, ngaku ae lah!!
Buku ini menampar saya, seolah-olah menarik kerah baju, mencekik leher dan berbisik sinis “kamu belum melakukan apa-apa, Zu, BELUM!!”. Meski saya tak sepaham dengan Felix Siauw dalam permasalahan khilafah, apresiasi mendalam saya berikan kepadanya. Saya ingin mengamalkan ajaran unzur ma qola wa la tandzur man qola (lihat apa yang dikatakan, jangan lihat siapa yang mengatakan). Maka undzur ma kataba wa la tandzur man kataba (lihat apa yang ditulis, jangan lihat siapa yang menulis).
Semoga sedikit ulasan tentang buku “How to master your habits” ini bisa menginspirasi saya pribadi dan Sodara-sodara sekalian untuk melatih diri menciptakan “kebiasaan” demi “kebiasaan” yang bermanfaat. Sekali lagi terima kasih dek Sindy untuk bukunya.
Tetap semangat !!!
IsyKarima!!! Hiduplah dengan mulia!!!

Jogjakarta, 12 September 2016
15:04 WIB

Muhammad Izzuddin

Komentar

Postingan Populer