6 Hal Yang Enak Dilakukan Saat Hujan
Bismillahirrahmanirrahim....
Di sore yang gerimis nan romantis
ini, saya ingin menggoreskan hal-hal yang ringan saja. Apalagi ditemani
secangkir kopi panas yang mengepul menerpa wajah. Seakan-akan kepulan asapnya
berbisik “Maka nikmat ngopi manakah yang hendak kau dustakan”. Lalu kepulan
selanjutnya menyahut “Sungguh ngopi berjama’ah bersama si dia jauh lebih nikmat
dibanding ngopi sendirian”.
Beberapa hari terakhir
Jogja diguyur hujan. Begitu pun daerah lain termasuk tanah kelahiran saya,
Lombok. Bahkan saya mendapat kabar intensitas hujan di sana jauh lebih gede dari
pada Jogja. Jujur, saya ndak paham siklus dan periode pergantian musim di
Indonesia. Namun melihat gejala yang nampak, sepertinya Indonesia mulai
memasuki musim penghujan.
Nah agar goresan absurd
ini sedikit kontekstual, berikut saya jabarkan hal-hal yang bisa dilakukan saat
hujan mengguyur.
![]() |
sumber : Google Image |
Ngopi
Aktifitas yang satu ini
memang mainstream apalagi jika Anda adalah pecandu kopi. Kehangatan kopi yang
diseruput saat hujan mengguyur niscaya menghasilkan sensasi lebih hangat dan
nikmat. Apabila rutinitas ini terlalu “biasa-biasa saja” menurut Anda cobalah
selingi dengan aktifitas lain, misalnya ngopi sambil baca buku, mendengarkan
musik, atau menonton film. Jika masih mainstream, cobalah ngopi sembari
berkontemplasi. Sungguh kontemplasi lebih bermanfaat dari menghayal. Siapa tahu
Anda bisa jadi Socrates kekinian.
Tidur
Aktifitas ini saya
rekomendasikan jika hujan mengguyur di saat siang atau malam hari. Karena tidur
yang afdol ya di dua waktu itu. Tidur pagi dan sore semaksimal mungkin hindarilah!
Fakta empirik menunjukkan bahwa tingkat ke-nyenyak-an tidur seseorang akan
meningkat saat hujan turun. Entah karena hawa dingin yang memaksa badan
meringkuk di balik selimut. Atau gemericiknya yang seolah jadi melodi pengantar
tidur. Tapi jangan lupa, sebelum tidur baca do’a dan sikat gigi dulu. Biar
terlindungi dari setan dan kuman-kuman.
Makan Mie Rebus
Aktifitas ini sangat
direkomendasikan untuk Anda, spesies anak kos. Mungkin menyantap mie instan adalah
aktifitas yang teramat mainstream bagi Anda, tapi percayalah, makan mie rebus
(utamanya Indomie) di saat hujan deras turun akan terasa lebih nikmat dari
biasanya. Apalagi dibarengi telor dan teh hangat. Legitee... ah, sudah ya,
nggak perlu panjang lebar lagi, karena di bagian yang ini saya menuliskannya
dengan penuh rasa lapar. Jadi pengen nge-hap hap Indomie.
Membaca
Aktifitas ini khusus bagi
Anda yang demen atau lumayan demen sama buku. Jika Anda tak suka membaca buku
silahkan abaikan bagian ini. Tapi kalau Anda berkenan melanjutkan membaca
izinkan saya memberikan satu himbauan “cobalah bersahabat dengan buku, dan
rasakan manfaatnya”. Apalagi jika pada diri anda tersemat label mahasiswa. Itu
bukan sembarang label, coba renungkan, manusia punya kuasa tapi ada Tuhan Yang
Maha Kuasa. Di Indonesia ada siswa, namun jangan lupa Anda lah Maha Siswa nya.
Percayalah, membaca
adalah aktifitas kaya manfaat namun tergolong hemat. Anda hanya butuh bahan
bacaan yang bisa dibeli ataupun pinjam dari teman, lalu kemudian datangkan
kehendak untuk membaca, dan mulailah membaca.
Di kalangan kita ada
anomali yang menyatakan “orang kutu buku itu introvert, eh kata siapa?” Justru
kutu buku itu punya wawasan banyak dan selalu punya bahan obrolan saat
berinteraksi dengan orang lain. Introvert atau extrovert nya seseorang ndak ada
kaitannya dengan dia suka baca atau tidak. Jadi, stop cari alibi pembenaran
atas kemalasan dan keengganan Anda menjamah buku.
Kontemplasi
Nah, aktifitas yang ini
sudah disinggung di poin yang pertama. Bagian ini hanya penguatan saja.
Kontemplasi bahasa sederhananya merenung. Merenung dengan pikiran untuk
menjawab pertanyaan dan keresahan internal diri. Kita memang makhluk sosial
yang mau tidak mau harus berinteraksi dengan sesama manusia. Namun di sisi yang
lain kita pun adalah makhluk individual yang punya privasi masing-masing.
Sedekat apapun dua entitas pasti ada privasi yang hanya mereka sendiri dan
Tuhan yang tahu. Kita juga tahu bahwa tidak semua orang nyaman berbagi cerita
atau pikiran dengan orang lain. Di sinilah kontemplasi bisa dilakukan.
Apalagi saat hujan
menyapa bumi, suasana yang tercipta sungguh sangat mendukung jika Anda ingin
berkontemplasi. Berkontemplasi tentang apa saja, sudah sejauh mana Anda
melangkah, apa yang Anda inginkan dan apa yang telah Anda lakukan. Sudah baikkah
diri Anda. Boleh juga mengkontemplasikan hal-hal berbau filsafat kalau Anda
berkenan. Dan tentunya, keresahan-keresahan bisa Anda dialogkan dengan hati
kecil Anda sendiri. Percayalah, kontemplasi bukan tanda kegilaan, kontemplasi
adalah proses aktivasi sel-sel berfikir secara mandiri di kelenjar otak.
Nikah
Musim hujan juga dikenal
dengan musim kawin. Maka bagi Anda yang telah merasa mampu, siap lahir dan
bathin, dan tentunya punya calon, silahkan menghadap ke penghulu dan ijab sah
kan bidadari Anda! Tapi jika Anda belum siap atau–lebih ngenesnya lagi–belum punya
calon, bersabarlah dan lanjutkan membaca. Semoga ada manfaat dari goresan ini yang
bisa Anda amalkan ketika menikah kelak.
Nikah, Sodara-sodara,
tidak hanya penyatuan dua–maaf–selangkangan, pun bukan hanya bergabungnya dua
keluarga besar. Tapi menikah adalah ibadah yang begitu agung. Konon Iblis-Setan
akan galau dan memisuh sejadi-jadinya saat ijab-qabul diucapkan.
Maka, nikah bukan perkara
cepat-cepatan, tapi awet-awetan. Saya kadang risih jika ada oknum ustad yang
memprovokasi jama’ahnya untuk nikah muda guna menghindari zina, orang menikah
sudah dijamin rezekinya oleh Allah, ndak bakal miskin. Jangan pikirkan cinta,
nikah dulu nanti cinta pelan-pelan akan tumbuh. Dan masih banyak lagi bualan
penuh janji kebahagiaan yang lainnya. Oknum ustad tersebut abai menyampaikan
garam-garam dalam biduk pernikahan. Yang disampaikan yang enak-enak e tok.
Saya pribadi menyaksikan
sendiri banyak pasangan yang menikah muda harus kandas rumah tangganya karena
berbagai faktor. Namun dominan ditengarai oleh faktor psikologis mereka yang
belum matang, emosi masih labil, kerjaan serabutan, iman fluktuatif, dan yang
lebih parahnya ilmu masih secuil upil.
Memang ada pasangan muda
yang awet dan langgeng, tapi itu bukan lantaran faktor usia, tapi kematangan
mereka baik dalam psikis maupun ilmu. Contohnya kakak tingkat saya di kampus.
Mereka menikah muda dan sampai sekarang dua-duanya masih tercatat aktif sebagai
mahasiswa. Alhamdulillah rumah tangga mereka adem-anyem, kita doakan semoga
begitu seterusnya. Tapi jika membandingkan antara yang runyam dan langgeng,
saya berani jamin yang runyam lebih banyak. Sedih melihat status FB seorang
teman sebaya saya yang kini sudah menjanda dengan anak satu. Setiap hari
kerjaannya saling umpat dengan sang mantan suami.
Jadi, poin ini saya sarankan
untuk Anda yang benar-benar siap menikah. Ijab-qabul di kala hujan insya Allah
menambah keberkahan, kenikmatan, dan keintiman di malam pengantin. Bagi Anda
yang belum siap tak perlu khawatir dan gundah gulana, tetap lah bernafas
seperti biasa dan tersenyum lah. Jodoh pasti datang pada saatnya. Tidak usah
menghabiskan waktu dan energi menggalaukan yang tak pantas digalaukan. Tetap
semangat ! dan bersyukurlah!!!
IsyKarima!!!
Hiduplah dengan mulia!!!
Jogjakarta,
18 September 2016
17:20 WIB
Muhammad Izzuddin
Komentar
Posting Komentar