5 Hal Yang Bikin Kangen
Selamat sore sahabat netizen dimana pun berada. Selamat berlibur bagi
yang masih libur. Kalau aku mah apah atuh, pertengahan Agustus ini udah mulai
masuk. Tak seperti kalian yang masih berleha-leha dengan kuota liburan.
Terlebih yang berada di daerah, menurut survei yang saya lakukan banyak
diantara perguruan tinggi yang memulai kegiatan akademiknya di bulan September
mendatang. Tak seperti kampusku dan segelintir kampus lain. But, over all
kita harus tetap bersyukur. Semoga makin cepat ngampus makin cepat pula
liburnya. Hehe.
Nah, hadirin, sejujurnya dan sebagai mana normalnya, saat ini saya belum
bisa move on dari masa liburan. Efek libur yang kelamaan (meskipun nggak
lama-lama amat sih -_-). Untuk itulah sore ini, ditemani secangkir kopi hitam
dan peyek buatan mamak, saya ingin menggoreskan beberapa hal yang membelenggu
hati merindui kampung halaman. Agak terkesan curhat memang, tapi ndak masalah
to ? kan blog blog saya, yang ngetik pun jari saya, bahkan kuota pun kuota
saya. eh nggak ding, saya sekarang harus menggunakan wifi kampus untuk
memposting. Ini salah satu implementasi dari gerakan hemat kuota selaku anak
kos-rantau.
Oke untuk menghemat waktu dan tenaga saya akan segera menjabarkan satu
persatu kerinduan yang menumpuk itu.
1.
Masakan Mamak
Semua anak rantau atau anak kos pasti sepakat, masakan bunda adalah
masakan terenak, terlezat, dan tergurih di lidah. Mau semahal apapun makanan di
resto, selezat apapun prasmanan di hotel, dan semurah apapun angkringan di
pinggir jalan, masakan mamak tetap nomor wahid. Nah kebetulan libur kali ini
mamak lumayan sering masak Jepang. Eits, jangan salah paham dulu. Jepang itu
istilah untuk sayur labu siam di Lombok.
Kenapa disebut Jepang ? setelah melakukan observasi sederhana saya
menemukan dua jawaban. Pertama, konon, kata sesepuh-sesepuh di sana, labu siam
dahulu dibawa oleh orang-orang Jepang saat menduduki Lombok. Entah mereka bawa
dari Jepang langsung, atau beli di tempat lain terus dibawa ke Lombok. Disini
kelihatan banget to kalau orang Lombok itu sulit melupakan kebaikan orang lain.
Mereka bersyukur dibawakan sayur dari Jepang sehingga memberi nama sayur
tersebut dengan nama “Jepang”. Mulia sekali orang Lombok bukan ? meski pernah
dijajah tapi mereka nggak memendam dendam. Tapi satu kebaikan orang Jepang justru
selalu diingat sampai kapanpun. Sekali lagi versi ini masih pada maqom
“katanya” lo ya. Jadi boleh dipercayai boleh juga tidak.
Ada juga sepuh lain yang mengatakan memang benar orang-orang Jepang
membawa labu siam kala ekspansi ke Lombok. Akan tetapi motif menamai labu siam
dengan nama Jepang bukan lantaran untuk mengingat jasa-jasa Jepang, melainkan
wujud kekesalan karena pernah dijajah. Banyak inaq-inaq (ibu-ibu) yang beranekdot
“dulu kita dijajah sama Jepang, sekarang kita yang makan Jepang”. Dan lagi
sekali saya tegaskan, versi ini pun masih berada pada tahap “katanya”. Dua
versi yang sebenarnya sama tapi motifnya berbeda. kalau yang pertama motifnya
baik, yang kedua malah dendam. Tapi dendamnya orang Lombok ke Jepang bermanfaat
juga ya ? bikin kenyang dan sehat. Apalagi labu siam mengandung banyak sekali
zat-zat yang berguna bagi tubuh. SubhanaAllah, orang Lombok emang warbiyasah.
Makanya jangan ragu cari jodoh orang Lombok. Hehe.
Selain Jepang masih banyak lagi masakan Mamak yang saya rindukan. Bukan
masakan mamak aja sih, karena terkadang bapak juga masak, adik-adik saya masak
dan saya pun juga masak. Jadi kesimpulannya makanan rumah lah yang saya
rindukan. Duh, jadi laper euy.
2.
Kumpul Keluarga
Semua anak rantau pun pasti setuju dengan poin ini. Momen berkumpul
bareng keluarga adalah quality time yang sangat berharga bagi kami.
Kalian yang kuliah atau sekolah pulang-pergi pasti belum pernah merasakannya.
Inilah salah satu manfaat merantau, kita jadi menghargai betul momen-momen
kebersamaan dengan keluarga besar. Kadang-kadang kami ngumpul sembari ngobrol,
memperhatikan Fahri yang tak pernah berhenti membuat kami gemas melihat tingkah
lakunya. Dan yang tak kalah ngangenin adalah duduk bareng di depan TV sembari
bungkus dodol ditemani serial Uttaran. Haha. Big miss :’( .
3.
Jadi Baby Siter
Selama liburan saya banyak menghabiskan waktu di rumah. Dan yang paling
sering saya lakukan adalah jadi baby siter dadakan untuk Fahri, adik kami yang
paling kecil. Saya ndak punya kata-kata yang mampu mewakili kerinduan ini
untuknya. Dialah pelipur lara untuk seluruh keluarga, dia juga penyemangat
hidup untuk kami semua, dan dia selalu bisa membuat kami berubah-ubah ekspresi.
Kadang ketawa, kesel, dan meringis kesakitan. Maklum salah satu hoby Fahri
adalah menggigit, memukul, dan menduduki siapa saja tanpa peduli kami kesakitan
atau tidak. Menjelang saya ke Jogja dia malah makin dekat dengan saya, kalau
pakai baju, celana, dan popok pasti minta dipasangi saya. kami sering main game
bareng pake tab saya dan berujung dengan tertidurnya kami bersamaan. Satu lagi
yang unik dari bocah ini, kalau bangun dia nggak nangis, tapi kayak orang gede,
ngeloyor keluar dan beraktifitas sebagaimana biasa. Hm, tak Cuma Fahri, tapi
seluruh adik-adik saya tentu menyita kerinduan ini. miss you so much...
4.
Nahdlatul Wathan
(Islam Moderat ala Lombok)
Ciyee,,, ciyus nih kangen sama NW ? atau jangan-jangan Cuma pencitraan wae
? haha. Seriuslah! Kangen dengan NW dan segala dinamikanya. Karena biar
bagaimanapun saya lahir dari NW. Orang tua saya NW, saya sekolah di Madrasah
NW, dan mengenal Islam juga lewat NW. NW adalah identitas saya. Bukan topeng
prestise bukan pula ideologi yang paten. Tapi identitas.
Kalau kurang terima saya menyebut NW ya wes ta ganti pake Islam ala
Lombok. Maksudnya ya Islam yang ada di Lombok, yang adem anyem, ndak ada
persinggungan antar agama, hidup rukun dalam harmoni. Mungkin karena udah
kadung nyaman dengan Lombok kali ya.
Nah, ini baru bohong. Wkwk, kalau cewek Lombok yang saya kangeni ya Cuma
Mamak dan adik-adik saya lah. Yang lain ?? kangen sih, tapi dikit, tapi bohong,
wkwk. Wes lah. Udah magrib disini. Saya solat dulu. Nanti kita lanjutkan dengan
diskusi yang lebih serius yo. Tetap semangat !!
IsyKarima!!! Hidupalah dengan mulia!!
Jogja, 14 Agustus 2016
18:01 WIB
Muhammad Izzuddin
Haha kasian yang udah mau masuk ;)
BalasHapusUdah jadi orang lombok lah?
Rinjani
Belum -_- jangankan Rinjani, bukit merise aja belum sempat terjamah :(
Hapus