Memahami Lebih Bijak Konsep Wisata Halal


sumber : google image


Sebagai anak rantau yang tinggal indekos, tak semua fasilitas rumahan bisa saya miliki. Kalau kasur, ember, setrika, kipas angin, hingga sepeda motor sederhana alhamdulillah ada. Tapi fasilitas yang tergolong kebutuhan sekunder macam mesin cuci, kulkas, televisi, AC, hingga lift pribadi tidak ada di kamar kos ukuran 3 x 2,5 meter ini. but, over all syukur tetap terpatri dalam lubuk hati.
Televisi, untuk beberapa mahasiswa, bahkan kebanyakan mahasiswa bukan lah fasilitas mewah. Soalnya banyak diantara kawan-kawan saya yang punya TV pribadi di kosan atau kontrakan mereka. Tapi bagi saya itu adalah barang mewah andai suatu hari nanti saya ditakdikan menang undian dan hadiahnya TV LED 52 in.
Yang paling ndak enak itu waktu ada acara TV yang ingin sekali kita saksikan tapi TV nggak ada. Hal ini sering saya alami kala ada big match antar klub-klub Eropa ataupun ketika ada acara menarik lainnya. Seperti Sabtu kemarin, di NET TV dalam acara 1 Indonesia, gubernur kampung saya, NTB, Tuan Guru Bajang (TGB) tampil sebagai narasumber dan diwawancarai oleh si cantik Marisa Anita.
Episode tersebut diawali dengan menampilkan beberapa spot NTB yang eksotik nan menawan. Tapi yang spesial adalah konsep wisata halal yang mulai diterapkan NTB sejak beberapa waktu lalu. Pondok Pesantren dikemas menjadi destinasi wisata bagi bule-bule yang ingin tahu bagaimana sih kesederhanaan kehidupan di pesantren yang mampu melahirkan santri-santri berkualitas dan sanggup bersaing di era modern ini. Dan Pondok Pesantren Nurul Haramain Narmada kembali menjadi role model pesantren yang sanggup mengakomodir hal tersebut.
Episode Tuan Guru Bajang siang itu dibagi menjadi 3 sesi. Loh, bentar dulu, katanya Abang nggak punya TV, kok tahu sih jalannya episode itu ? “TV nggak ada yutup pun jadi, Dek”
Sesi pertama berlatar tempat di Islamic Center, Kota Mataram, tempat MTQ Nasional ke-26 kemarin diselenggarakan. TGB yang ulama itu nampak menjawab pertanyaan demi pertanyaan dari si cantik Marisa dengan lugas namun kelihatan betul seperti menjaga pandangan. Hehe. Maklumlah saat itu Marisa ndak terlalu tertutup pakaiannya, meski masih dalam taraf sopan dan wajar.
Poin terpenting dalam sesi ini adalah seperti apa sih konsep wisata halal itu ? menurut TGB, sesuai instruksi Menteri Pariwisata, ada satu potensi yang nilainya milyaran dolar namun belum digarap Indonesia. Potensi itulah yang disebut dengan halal tourism. Padahal negara-negara macam Jepang, Thailand, Malaysia, dan negara-negara di Eropa sana telah menggarapnya terlebih dahulu. Masa Indonesia yang Islamnya mayoritas gini nggak mau menggarap?
Nah, NTB, dibawah kepemimpinan TGB menggalakkan potensi ini. Wisata halal menjadi konsep baru yang ditawarkan disamping konsep konvensional yang sudah ada. Jadi di NTB ada dua paket pariwisata, paket wisata konvensional atau yang mainstream, dan paket wisata halal. Terserah pelancong to mau menggunakan paket wisata yang mana?
Adapun aspek yang harus dipenuhi agar layak dikatakan sebagai destinasi halal adalah tersedianya akomodasi dan berbagai fasilitas yang mampu memenuhi kebutuhan para pelancong muslim. Misalnya minuman dan makanan yang bebas alkohol, ketersediaan sajadah, al-qur’an dan arah kiblat yang jelas di kamar hotel, dll. Sehingga mereka yang berwisata akan bisa beribadah dengan mudah tanpa kehilangan momen menikmati keindahan alam di Lombok. Mereka juga ndak perlu khawatir terkait ke-halal-an dari makanan yang ada di hotel-hotel dan restoran-restoran di seantero Lombok karena sudah ada sertifikat halalnya dari otoritas yang berwenang.
Penjelasan dari TGB ini saya rasa cukup mampu mematahkan asumsi paradoks yang sempat mencuat bahkan berujung hujatan dan ke-tak terima-an dari beberapa pihak terkait istilah wisata halal. Mereka mikirnya wisata halal itu ya islami banget, nggak ada bikini, nggak ada minuman keras, nggak ada bule yang dugem-dugem. Jadi kalau Lombok mau disebut destinasi halal ya wes itu semua harus disingkirkan. Nggak boleh ada minuman keras. Bule-bule wajib nutup aurat walaupun bukan muslim. Kalau Taylor Swift datang ke Lombok kudu pakai hijab syar’i. Oalah bro, bro, bukan begitu.
Pariwisata tidak hanya menjual keindahan alam, tapi konsep yang mampu menarik wisatawan datang berkunjung. Otomatis, para homo sapiens yang tinggal di daerah pariwisata harus bersikap ramah agar tamu-tamu itu betah dan mau berlama-lama numpang tinggal di sana. Lombok pun demikian, tamu-tamu yang datang kan nggak ber-KTP Islam semua. Maka sebagai tuan rumah yang baik Lombok pun menyediakan konsep pariwisata mainstream-konvensional sebagaimana biasa dan konsep wisata halal bagi pelancong muslim yang ingin kenyamanan liburan dan ketenangan beribadah sekaligus.
Bayangkan kalau Lombok Cuma wisata halal aja, mana betah bule-bule itu disana, dan bukan tidak mungkin Lombok kembali sepi dan hanya bisa iri pada keramaian Bali seperti zaman dahulu.
“Kalau begitu jangan pakai istilah wisata halal dong jika masih ada konsep wisata konvensionalnya”
Bro, Lombok sekarang tengah memanfaatkan momentum. Baru tahun lalu dinobatkan sebagai destinasi wisata halal terbaik dunia. Maka sangat tepat konsep wisata halal dijadikan branding Lombok. Ingat, branding itu menentukan ketertarikan pasar juga lo. Apa ente nggak mau lihat daerah-daerah pariwisata di Indonesia ini makin mendunia ? apalagi pariwisata adalah salah satu elemen penggerak ekonomi yang memiliki mata rantai hingga ke rakyat-rakyat biasa, yang tentunya mampu menangkap peluang tersebut. Mari dukung dan kawal Lombok sebagai destinasi wisata halal di Indonesia dan dunia. Biar Indonesia ndak Cuma mengandalkan Bali atau Raja Ampat dalam menarik wisatawan datang membelanjakan uang mereka.

Untuk melihat episode full-nya silahkan klik DISINI

Komentar

Postingan Populer