Selamat Ulang Tahun, Aliya
08 oktober
2015 yang lalu, adik saya, Aliya Himmatul Izzah genap berusia 10 tahun. Meskipun
sudah mengucapkan selamat dan doa secara langsung, melalui tulisan ini saya
kembali ingin mengucapkan hal yang sama. Doa abang selalu ada buat adik-adiknya
abang, Yati, Aliya, Fahri. Semoga kita semua menjadi anak yang soleh-solehah,
pintar, sukses, berbakti pada orang tua, dan sehat selalu serta panjang umur.
Begitu juga dengan bapak dan mamak. Aamiinn.
Aliya terlahir
dengan kecerdasan dan kebaikan akhlaknya. Sejak TK ia telah menorehkan
prestasi. Kalau saja boleh iri pada saudara sendiri saya akan iri padanya. Tapi
tentu meskipun saya iri tidak mungkin dapat menyamai prestasinya mendapat juara
se-kabupaten saat masih TK. Masa-masa TK saya sudah berlalu. Kini saya telah
menjadi seorang mahasiswa, derajat tertinggi dalam dunia pendidikan.
Di usia
yang ke sepuluh ini kami bersyukur Aliya sudah lebih dewasa, tentu dalam
kapasitas sebagai anak-anak. Kelahiran Fahri adik kami telah membuat ia tidak
hanya sebagai adik dalam keluarga, namun juga kakak. Diantara tiga orang
kakaknya Fahri, saya, Yati, dan Aliya, Aliya lah yang paling dekat dengan
Fahri. Begitulah yang saya perhatikan sebelum ke Jogja dan yang mamak ceritakan
via telpon.
Saya senyum-senyum
sendiri mendengar penuturan mamak, kalau Aliya pulang sekolah maka Fahri akan
berteriak kegirangan. Masih teringat dalam memory saya, Aliya begitu semangat
menggendong Fahri yang berat. Ia begitu bahagia tatkala bisa membuat Fahri
tertidur dalam pangkuan atau gendongannya. Saat Fahri terbangun maka kita akan
berlari untuk mengangkatnya terlebih dahulu. Saya pun demikian. Sampai detik
ini dan seterusnya, saya yakin Aliya mampu menjadi adik dan kakak yang baik dalam
keluarga.
Tahun-tahun
sebelumnya ultah Aliya selalu kami rayakan. Dengan mengundang
sahabat-sahabatnya di Sekolah dan teman-teman Aliya mengaji. Saat itu saya
sampai bela-belain membeli kue ulang tahun ke Cakranegara. Sekitar 10 KM dari
rumah karena di Narmada stok kuenya habis. Semua demi senyum yang terukir di
wajah manis Aliya. Meskipun kalau boleh jujur saya tidak terlalu suka makan kue
tar yang kebanyakan keju seperti itu.
Tahun ini
berbeda. Aliya tidak mempermasalahkan ultahnya tidak dirayakan. Cukup doa dari
bapak, mamak, dan kakak-kakaknya. Kalau Fahri kan belum bisa berdoa, iya nggak
? :D. Saya tahu banget Aliya orangnya seperti apa. Ketika ia memiliki keinginan
dan tidak tercapai maka ia akan diam seribu bahasa sampai berhari-hari. Jangankan
senyum, giginya pun tidak akan terlihat untuk beberapa waktu. Salah satu hoby
Aliya dulu adalah ngambek. Makanya kami begitu berhati-hati dalam
bersikap maupun berkata-kata kepadanya.
Namun kehadiran
Fahri nampaknya memberi hikmah tersendiri dalam keluarga kami, termasuk membuat
Aliya menjadi tambah dewasa. Kami percaya bahwa semakin banyak anak semakin
banyak rezeki. Bapak dan mamak bilang “ masing-masing anak itu sudah ada
rezekinya yang dititipkan pada orang tua ”. bapak dan mamak memulai pernikahan
dari nol. Bapak yang mantan keturunan orang kaya, hehe, dan mamak yang hanya
putri seorang PNS biasa. Ekonomi kala itu dimulai dari nol besar.
Saya pun
lahir, alhamdulillah orang tua bisa membeli tanah, kemudian lahir adik saya
yang kemudian harus mendahului kami ke surga. Alfatihah untukmu dek. Lalu lahirlah
Yati, orang tua pun bisa membangun sebuah asrama yang disewakan untuk santri
yang mondok. Lalu lahir Aliya, alhamdulillah orang tua bisa membangun rumah,
bahkan satu di Lombok Barat dan satu di Lombok Timur, meskipun tidak terlalu
besar namun cukup nyaman untuk kami, tahaddus binni’mah. Kemudian lahir Fahri,
alhamdulillah, kini mobil keluarga sudah bisa kami miliki. Jika hendak pergi ke
tempat yang jauh dan berame-rame tidak perlu lagi meminjam mobil ke orang lain.
Bahkan kini orang yang bisa meminjam mobil kepada kami. Ya meskipun kreditan,
kami tetap bersyukur. Bersyukur dan terus bersyukur.
Meskipun saya
belum bisa melihat mobil itu langsung. Karena mereka membelinya ketika saya
sudah di Jogja. Tapi nanti saat pulang ke Lombok saya harus bisa menyetir
dengan handal. Memang saya sudah bisa mengemudikan mobil namun hanya
berorientasi di lapangan dan jalan yang tidak ramai. Maklumlah saat itu saya
belajar pake mobil sewaan. Ah ngomongin ini rasanya pengen pulang ke lombok. Sabar
izz sabaar !!! belajar dulu, kuliah dulu, belajar bahasa arab dulu lah.
Sekali lagi
selamat ulang tahun untuk Aliya. Abang janji ntar waktu pulang ke Lombok abang
bawakan oleh-oleh sekaligus hadiah buat Aliya. Tapi hadiahnya nggak mahal ya,
palingan baju khas Jogja atau gantungan kunci lagi. Hehe. Semoga Aliya bisa
baca tulisan ini, maaf abang nggak bisa nulis pas hari ulang tahunnya Aliya
karena di kampus ada special lecture. Aliya mau tahu special lecture itu apa ?
besok tahu kalau udah kuliah ya.
Iya sudah,
Abang izz mau istirahat sebentar ya. Soalnya tadi bangun jam 3 pagi. Sekarang jam
9 ada special lecture lagi. Oiya Aliya pagi ini sarapannya apa ? kalau Abang mungkin
nasi telur di warung burjo. Sungguh abang kangen sama masakan lombok, nanti
kalau abang pulang kita buat telur dadar sampe gosong lagi ya. Hehehe.
Salam untuk
seluruh keluarga tercinta di Lombok.
Yogyakarta,
13-10-2015
06:22
WIB
{
M I }
foto waktu Ulang Tahun Aliya tahun lalu
Komentar
Posting Komentar