La Tansa 2015, Mumtaz !!!
Jum’at
malam, 02 Oktober 2015 saya tidak bisa tidur sampai pukul 01:00 WIB. Padahal
badan sudah sangat capek dan letih karena seharian mempersiapkan La Tansa
bersama teman-teman. Saya juga harus balik dari kampus lewat magrib dengan
lampu motor dalam kondisi mati. Saat itu saya memang belum sempat membawa si
merah ( baca : motor ) ke bengkel untuk mengganti bohlam lampu depannya.
Mungkin
salah satu yang membuat saya tidak bisa tidur nyenyak karena saya tahu
teman-teman yang lain tengah begadang mengerjakan pekerjaan yang menjadi bagian
tugas mereka. Malam itu, Isma harus menyelesaikan bagan kepengurusan IMABA.
Kami masih kekurangan foto beberapa anggotanya. Saya kembali memberi apresiasi
setinggi-tingginya kepada seluruh anggota Najib Mahfudz tanpa terkecuali.
Malam itu,
kami dikejutkan oleh pesan dari Putri alias Pede. Ia mendadak tidak bisa ikut La
Tansa karena harus mengikuti perkemahan pramuka di kulon progo. Ia merasa begitu
bersalah dan kecewa, bahkan saya bisa menangkap ia benar-benar berada di ujung
kebimbangan dan kekalutan. Kami mengerti posisi Putri. Kami tahu ini semua
bukan keinginannya melainkan keadaan yang ia hadapi. Dia lah yang bekerja
sampai jatuh sakit untuk acara kami namun ia tidak bisa ikut. Mungkin rasa
bersalah mendalam yang ia rasakan dikarenakan ketidak hadirannya akan membuat
kelompok kami yang berisi sedikit orang akan semakin sedikit. But, well,
sedikit atau banyak kami akan tetap melangkah dengan penuh semangat.
Kecewa
memang kami rasakan. Namun bukan kecewa kepada Pede. Sama sekali tidak !. kami
kecewa karena keadaan membuat Pede tidak bisa bersama kami. Acara pramuka di
Kulon Progo tidak kalah penting bahkan bisa jadi lebih penting bagi karir Pede
di kepramukaan. Kami paham benar posisi dan pilihanmu Pede, kami nggak kecewa sama kamu. Sama sekali nggak
!!
Pelan
namun pasti saya pun tertidur dan bangun sekitar pukul setengah lima pagi. Saya
segera packing berbagai peralatan mulai dari perlengkapan mandi, solat,
dan baju ganti. Tak lupa juga co card kawan-kawan saya bawa bersama daftar invitation
card yang menjadi tugas kami. Dan tentunya, kado misterius. Kami memang
ditugasi untuk membawa kado misterius yang nanti akan ditukarkan kepada seluruh
pihak yang terlibat dalam La Tansa, dengan ketentuan, kado tersebut tidak boleh
berupa makan, sabun, dan segala hal yang bersifat sekali pakai serta nominal
harga dari kado tersebut tidak boleh kurang dari Rp. 5.000.
Pukul
06:00 WIB saya melangkahkan kaki dari kos. Saya nggak bawa motor karena
lokasi acara sangat jauh dari kampus. Konon, wisma tempat acara kami sudah
masuk wilayah gunung merapi. Gunung yang terletak di perbatasan antara DIY dan
Jawa Tengah. Terlebih dahulu saya mengisi perut dengan nasi telur dan teh
hangat di burjo langganan saya. setelah itu barulah saya melangkah menuju halte
trans jogja.
menu sarapan pagi di burjo
Setelah
membeli tiket seharga Rp.3.600 saya pun menunggu bus trans jogja rute 1 B.
Setelah menaiki bus tersebut saya akan singgah di halte dekat Gramedia di
perempatan salah satu jalur utama di Jogja ini. Ada dua pilihan, menunggu bis
selanjutnya untuk sampai di halte terdekat dengan UGM atau berjalan kaki
sekitar 800 meter ke arah utara untuk sampai di kampus kerakyatan itu. Saya pun
memilih pilihan kedua, karena bus yang saya tunggu pun masih lama sampai
sedangkan kami harus tiba di kampus pukul 07:00 WIB.
Awalnya
saya pikir aktifitas jalan kaki akan berjalan mulus dan tanpa merasakan capek
yang berlebih. Namun mungkin karena beban di tas yang cukup berat sesampai di
gerbang UGM saya pun langsung duduk selonjoran dan bersandar seraya mengatur
nafas yang ngos-ngosan saking capeknya. Saat itu kampus belum terlalu ramai.
Hanya satu dua motor yang lalu lalang memasuki kampus. Biasanya hari sabtu dan
minggu kampus UGM akan lebih ramai karena dipadati oleh ratusan warga yang berjoging
ria.
suasana gerbang kampus pagi sabtu
Merasa
tenaga sudah terkumpul kembali saya pun bangkit dan melangkah lagi. Melewati
Hall University Club, salah satu hotel milik UGM yang berada di dalam wilayah
kampus UGM membuat saya terkesima. Saat itu ada prosesi wisuda ataupun yudisium,
saya tak tahu pasti. Yang jelas mereka mengenakan toga dan baju wisuda. Senyum
sumringah tak hanya terpancar dari wajah para wisudawan namun senyum itu justru
lebih terpancar dari keluarga-keluarga mereka yang hadir. Saya sempat terharu
sendiri melihat seorang ibu paruh baya yang merapikan baju wisuda putranya.
Betapa bahagianya ibu itu, saya tersenyum dalam hati. Senyum penuh harap.
Harapan akan kelulusan yang berkualitas dari Universitas nomor satu Indonesia
ini. aammiinn.
Setelah
memulai acara La Tansa dengan berkeliling Fakultas dan singgah di 4 pos yang
sudah disediakan, pukul 10:30 WIB kami pun menaiki bus dan berangkat menuju
wisma Kapodang di Kaliurang, sekitar 8 KM dari puncak merapi. Saat melewati
Jalan Kaliurang atau lebih terkenal dengan sebutan “jakal”, kami harus mengelus dada karena
macetnya MasyaAllahu Akbar !!! bis harus berjalan dengan sangat pelan. Barulah
setelah setengah jam terjebak kemacetan lalu lintas pun bisa sedikit lebih
lancar.
Karena
terlalu capek saya pun tertidur. Guncangan di mobil membangunkan dan membuat
saya sadar bahwa kami sudah berada di lingkungan yang berbeda dari perkotaan
Jogja. Disini hawanya sejuk, meskipun matahari bersinar dengan teriknya namun
peluh tak mengucur di tubuh kami. Bis kami berhenti. Saat melihat salah seorang
kawan saya, Nizar, turun dari bis saya pun ikut turun. Tatapan saya pertama
kali tepat mengarah ke utara dan masyaAllah. Puncak merapi bisa terlihat.
Semoga engkau tidak batuk dulu ya merapi. Aammiinn.
Kami pun
melanjutkan perjalanan. Di kanan jalan sepintas saya melihat sebuah wisma milik
UII. Sudah tahukan UII itu apa ? salah satu kampus swasta papan atas Indonesia.
Universitas Islam Indonesia. oleh sebagian kawan UII diplesetkan menjadi
Universitas InsyaAllah Islam. Ada-ada saja. Hasan, kawan asli Jogja yang duduk
disamping saya pun menjadi objek pertanyaan saya
“ San, UII
itu jauh nggak dari sini? ”
“ La tadi
kita kan lewatin din, di kiri jalan, kampusnya bagus banget apalagi masjid Ulil
Albabnya itu ”
“ Oalah
iya to ? nyesel aku tidur, jadi nggak bisa liat UII ” gerutuku sedikit
menyesal.
Pukul
13:00 WIB kami sampai di wisma. Tempatnya tidak terlalu mewah namun cukup
nyaman untuk kami. Air disitu begitu dingin. Mengingatkan saya akan kampung
kelahiran di Lombok Timur sana yang dinginnya mirip dengan dingin di kaliurang
ini. Setelah solat zuhur berjamaah dan makan siang, kami mengawali acara dengan
diskusi bersama para alumni Satra Arab UGM maupun senior-senior kami. Lalu
dilanjutkan dengan bincang-bincang alumni yang menghadirkan dua orang alumni
Sastra Arab yang bisa dibilang sukses. Pertama dari angkatan 2010 yang kini
sudah menjadi pengusaha sukses dan trainer kewirausahaan, beliau alumni gontor.
Lalu ada angkatan 2006. Ia pernah menjabat sebagai menteri di BEM KM UGM. Nggak
sembarangan orang bisa menjadi mentri di BEM KM UGM apalagi menjadi Presiden.
UGM sudah seperti miniatur perpolitikan Indonesia. ada banyak partai-partai
mahasiswa. Saya belum masuk satupun partai. insyaAllah rencanannya tahun depan
mau nyoba masuk di BEM KM UGM. Siapa tahu bisa jadi presiden beberapa tahun
kemudian. Hehe
Malam pun
tiba. Pertanda pensipun akan segera dilaksanakan. Pensi berlangsung di sebuah
lapangan gelap yang diterangi oleh lampu-lampu tradisional dan api unggun yang
sedianya nanti akan dibakar. Kak Gusman, selaku ketua IMABA dan kak Adi selaku
ketua La Tansa bersama-sama menyalakan api unggun sebagai tanda dimulainya
acara pensi malam itu.
Semua ada
8 kelompok. Satu pensi akan dipentaskan oleh dua kelompok. Kami sendiri, Najib
Mahfudz, berkolaborasi dengan kelompok Nizar Qobbani. Kami tampil diurutkan
ketiga setelah sebelumnya didahului oleh 2 pensi, penampilan stand up comedy
dari kakak tingkat, dan rampo rapai, tarian khas Aceh yang telah berkeliling
dunia mengharumkan nama UGM.
Alhamdulillah
kabaret yang kami tampilkan berjalan dengan sukses. Imam dan Wulan sebagai
pelaku utama, Hasan berperan sebagai dosen, Ifa sebagai pemilik perusahaan,
saya sendiri sebagai indo blasteran Uni Emirat Arab yang akhirnya merebut si Wulan dari tangan Imam. Lalu Isma datang menjadi
tulang rusuk Imam. Tentu pementasaan ini tujuannya hanya untuk hiburan semata.
Keesokan harinya
kami dibangunkan untuk solat tahajjud. Jujur, kami semua masih ngantuk banget. Karena
malam itu kami tidur jam 1 dan dibangunkan lagi jam setengah 4. Hanya dua
setengah jam kami tidur. Setelah solat subuh berjamaah kamipun kembali ke kamar
masing-masing untuk persiapan senam dan outbond.
Dalam outbond
ini ada 5 permainan yang kami tempuh. Yaitu selat kematian, alamussafinah (
bendera kapal ), mencari kode harta karun dalam balon, kemudian melewati kotak-kotak
buatan yang telah diletakkan bom air di dalamnya dan juga mencari harta karun
di dalam ember. Sepintas permainan ini mungkin hanya menghabis-habiskan tenaga
tetapi pada hakikatnya melalui permainan ini lah kami belajar arti sebuah
kekompakan dalam tim, percaya pada pemimpin, strategi yang tepat untuk
menaklukan tantangan, dan tentunya indahnya kebersamaan.
Kami basah
kuyup, terkena tepung, capek, tapi alhamdulillah, canda tawa yang mengisi
setiap detik waktu yang kami lalui menjadi pelipur itu semua. Terima kasih
untuk IMABA, panitia La Tansa, Najib Mahfudz, Nizar Qobbani, dan seluruh
kawan-kawan Sastra Asia Barat alias Sastra Arab UGM 2015. Bil ma’iyyati, Laa
Nakhof wa Laa Nakhzan , Mumtaz !!
Never
Forget, always remember it !!! Hamaasah
Yogyakarta,
07-10-2015
06:18
WIB
{
M I }
ini beberapa cuplikan kebersamaan kami dalam La Tansa
Rafi ( Padang), Hasan ( Jogja ), Zamzam ( Kediri ), Izzu ( Lombok ), Faqih ( Tanggerang )
Komentar
Posting Komentar