Yeaayy, nggak nyasar !!
Pagi ini keputusan sudah bulat ! kamus arab –
indonesia al munawwir harus terbeli. Ia sudah menjadi kebutuhan primer bagi
kami saat ini, masak anak sastra arab nggak punya kamus, iya to ? andai
saya tahu untuk kalangan pemula disini menggunakan kamus al munawwir saya pasti
bawa dari rumah. Bukan apa-apa, di rumah kamus al-munawwir ada dua buah, bro. Tapi
ya sudahlah tak apa, dari pada minta dikirimkan dari Lombok lebih baik saya
beli saja. Sesuai dengan saran mamak beberapa waktu yang lalu.
Seingat saya kamus itu tersedia di beberapa toko buku.
Social Agency adalah toko buku terdekat dari kos, cukup 2 menit
mengendarai motor anda akan sampai dengan selamat sentausa. Toko buku ini
menjadi favorit di kalangan mahasiswa karena selalu memberikan diskon untuk
semua buku. Mulai dari 10-50 %. Kelengkapan buku disana bisa dibilang mencapai
90 %. Terletak tidak jauh dari kampus UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta.
Supaya hemat bensin saya berfikir membeli kamus di Social
Agency. Sekitar pukul 10:00 WIB saya sampai di halaman parkirnya. Hari itu
pengunjung lumayan ramai. Didominasi oleh kalangan mahasiswa, eh bukan, tapi
mahasiswi. Soalnya banyakan cewek. Naluri lelaki saya pun muncul sesaat, duh
adem sekali rasanya kalau lihat wanita berjilbab. Sesaat kemudian sayapun
sadar tujuan saya kemari bukan untuk menyaksikan pameran mahasiswi berjilbab
melainkan untuk mencari kamus. Astagfirullahaladzim, Saya pun melangkah masuk
menuju bangunan utama toko tersebut.
Sebelum mencari kamus saya sempatkan berjalan-jalan
melihat beberapa buku. Membaca judulnya membuat saya tertarik untuk membeli. Namun
tidak mungkin saya beli semuanya dalam waktu yang bersamaan. Anak kosan
sekaligus anak rantauan harus memiliki pertimbangan ekonomi yang bijak guna bertahan
hidup. Betul nggak ? insyaAllah, buku-buku itu akan saya beli satu persatu. Amiinn,
limpahkan rizki-Mu untuk kami ya rabb.
Deretan kamus ada di lantai dua. Sayang yang tersedia
adalah kamus al-muanwwir indonesia-arab sedangkan saya mencari yang berpola
arab-Indonesia. duh piye iki ? ( bagaimana ini?? ). Kok bisa Social
Agency kehabisan stok ?? ternyata banyak juga yang memburu kamus bahasa
arab. Saya yakin mahasiswa sastra arab ataupun PBA UIN SUKA juga memiliki andil
besar atas habisnya stok kamus yang berdampak kebingungan dalam benak ini untuk
mencari kemana lagi?
Setelah membayar parkir Rp. 1.000 saya pun memacu
motor menuju toko kitab “ beirut ”. letaknya di belakang kampus UIN tepat
berhadapan dengan ATM BRI dimana saya biasa tarik tunai. Sayang toko tersebut
tutup. Kemana lagi kita akan mencari ? ( saya seperti dora the explorer di
Global TV ya ?? ). Setelah berfikir sejenak saya pun memutuskan ke taman pintar
Jogja. Ini adalah pilihan yang sangat beresiko kawan, resikonya begitu besar,
resikonya adalah “ kesasar ”. hehe.
Sorry to say, kawan.
Meskipun sebulan lebih saya menetap di Jogja tapi tak semua jalanan Jogja saya
hafal, bahkan pernah dua kali saya nyasar meskipun akhirnya kembali ke jalan
yang benar, alhamdulillah. Taman pintar sendiri adalah sebuah pusat toko buku
dengan harga miring. Saya pernah sekali diajak oleh paman ke sana, karena baru
sekali saya merasa belum hafal jalur. Tapi saya yakin, meskipun nyasar pasti
nggak akan nyasar sampai ke Lombok. Hehe ngarep.
Persediaan bensin insyaAllah mencukupi. Pasca kehabisan
bensin di depan mirota kampus saya jadi intens melakukan cek & re-cek tangki
motor. Tak mau menghabiskan banyak waktu saya pun memacu shogun 125 R merah
dengan kecepatan 60 KM/Jam. Kadang-kadang 40 km/jam, kadang juga 0 km/jam, iya,
waktu lampu merah. Oiya, pembaca tahu nggak bahasa arab lampu lalu lintas apa ?
isyarotul murur, tulisannya gini اشارةالمرور. Kosakata ini
saya dapatkan bukan dari kamus, tapi dari game di tab. Ternyata banyak sekali
aplikasi yang bisa digunakan untuk belajar bahasa di Play Store kawan.
Ketika sampai di perempatan gramedia saya belok kiri,
kalau belok kanan itu artinya ke kampus saya UGM atau ke tetangganya kampus
saya, UNY. Saya sempat melewati toko buku Toga Mas tapi nggak mampir
karena arus lalu lintas lumayan padat. Untuk menuju taman pintar saya harus ke
malioboro dulu. Karena taman pintar terletak tak jauh dari sana. Alhamdulillah saya
sampai malioboro dengan selamat. Paling tidak sampai saat ini belum kesasar. Saya
syukuri itu.
Malioboro lumayan padat. Banyak wisatawan domestik dan
mancanegara. Diantara mereka ada yang terlihat begitu bahagia menaiki delman bersama
kusir yang mengenakan pakaian tradisional. Saya senyum-senyum sendiri, apa yang
mereka bahagiakan justru jadi kebiasaan kami di Lombok, naik delman mah udah
biasa. Namun saya akui delman disini lebih bagus daripada delman di Lombok.
Saya pacu motor berdasarkan feeling saja. Ketika
sampai di KM 0, tepatnya di hadapan istana negara dan benteng Vredeburg
peninggalan Belanda itu saya terjebak kemacetan yang parah. Ini diakibatkan dua
hal, pertama, banyak yang menghabiskan hari minggu dengan berwisata di kraton,
kedua seperti ada pembangunan di selatan KM 0, karena ruas jalan itu ditutup
dan dijaga polisi, saya juga melihat beberapa alat berat disana. Dari KM 0 saya
berbelok ke kiri. Saya yakin ini adalah jalan yang benar dan akhirnya,
alhamdulillah saya sampai di taman pintar. Yeay nggak nyasar :D
( 2 foto di atas diambil tatkala saya baru sampai di taman pintar, ramai kan ? )
Seusai membayar parkir RP 2.000 saya beranjak ke salah
satu toko buku. Disitu saya mendapatkan kamus al-munawwir seharga Rp. 128.000,
jauh lebih murah dibanding toko buku lain yang biasanya menjual dengan harga
Rp. 161.000. taman pintar kala itu cukup padat, didominasi oleh mahasiswa dan
pelajar. Saya rasa tempat semacam ini belum ada di Lombok. Sebuah pasar yang
khusus menjual buku-buku dengan harga miring. Di Malang tempat semacam ini juga
ada, namanya Wilis, saya sempat melintas di sana. Wajar saja jika minat baca
mahasiswa Lombok dengan Jawa itu berbeda.
Seorang kawan baru alumni IAIN Mataram yang kini
tengah menempuh S2 di UIN Suka menuturkan “ selama 4 tahun saya kuliah di IAIN
( mataram ), nggak pernah sekalipun saya beli buku, tapi di sini ( Jogja ), ya
Allah, ingin rasanya beli buku setiap hari ”. saya juga merasakan atmosfer
seperti itu. Mudah-mudahan minat baca orang Lombok bisa meningkat di kemudian
hari. Aamiinnn.
Waktu menunjukkan hampir pukul 11:00 WIB. Saya putuskan
untuk kembali ke Kos saja dan mulai menggunakan kamus ini untuk belajar. Apakah
saya akan tersesat dalam perjalanan pulang mengingat saya harus mengambil jalur
lain karena jalur yang tadi adalah jalur satu arah ? alhamdulillah saya nggak
kesasar. Mulai sekarang saya PD jika harus ke taman pintar ataupun malioboro
:D. Perlahan namun pasti ruas jalan Jogja insyaAllah saya kuasai. Tapi kalau ke
prambanan ataupun borobudur, saya belum pernah sama sekali. Next time saja
kayaknya :D.
Jogjakarta, 20-09-2015
16:58 WIB
{ MI }
Komentar
Posting Komentar