Sihir Modern
Semoga judul
di atas tidak terlalu “horor” bagi pembaca yang budiman. Saya mulai tulisan ini
dengan menyatakan bahwa al qur’an telah memberi isyarat bahwa sihir itu ada.
Silahkan lihat al baqarah : 102, Yunus : 77 dan 81-82, Thaahaa : 67-69, dan
masih banyak ayat-ayat yang lain. Kali ini saya tidak akan menjelaskan tentang
sihir maupun seluk beluknya tapi lebih kepada sihir secara definitif.
Selanjutnya baru kita kaitkan dengan konteks kekinian.
Dalam buku
Tragedi Raja Midas ; Moralitas Agama dan Krisis Modernisme karya cendikiawan
islam Dr. Komarudin Hidayat dijelaskan dari segi bahasa sihir berarti sesuatu
yang membuat kita kagum, bingung, dan mudah terperdaya olehnya. Sihir dalam
tradisi dan pengertian klasik adalah suatu kehebatan yang ditunjukkan oleh “
orang sakti ” sehingga “ orang awam ” menjadi takluk.
Al quran
maupun hadis telah menceritakan dan menjelaskan berbagai peristiwa sihir pada
umat terdahulu. Tatkala nabi Musa as berhadapan dengan puluhan tukang sihir
fir’aun, begitupun syaitan yang memfitnah nabi Sulaiman melakukan sihir, dan
masih banyak lagi. Sihir mengandung sebuah kekuatan yang hanya dimiliki oleh
orang-orang sakti dengan tujuan menaklukan mereka yang tak memilikinya.
Di kalangan
masyarakat tradisional praktik sihir, tidak bisa kita pungkiri, masih terjadi. Terkadang
ada orang mengidap penyakit yang tidak bisa terdeteksi oleh medis akan tetapi
ketika dibawa ke dukun atau orang pintar penyakit itu pun enyah setelah diobati
dan dipenuhi beberapa pra syarat terlebih dahulu. Konon penyakit tersebut
merupakan barang kiriman bagi si korban. Meskipun kita hidup di zaman
teknologi canggih namun hal-hal mistik dan diluar rasio menjadi sisi lain yang
belum bisa diilmiahkan bahkan oleh ilmu kedokteran sekalipun. Paling tidak
sampai detik ini.
Islam,
melalui Al Qur’an telah mengisyaratkan keberadaan ilmu sihir. Oleh karenanya
sejak dini, Nabi Muhammad SAW berwasiat dan mengajarkan kita untuk berdoa agar
dijauhkan dari ilmu-ilmu yang tidak bermanfaat. Terdapat banyak doa, lafadz
dzikir, dan amalan-amalan untuk melindungi diri dari kemudharatan sihir baik
yang bersumber dari al qur’an, ajaran nabi, maupun ulama-ulama terdahulu.
Jika kita
kaitkan dengan konteks kekinian, sihir bisa juga berupa produk-produk canggih
sehingga masyarakat awam terkagum-kagum, takluk, dan “tersihir”. Sebagai
contoh, senjata laser, bom nuklir, mobil anti peluru, dan alat teknologi serba
canggih mulai dari komputer, HP, laptop, tablet sampai pesawat ulang-alik
adalah wujud modern dari kekuatan “sihir” yang membuat orang awam
terkagum-kagum dan tak sanggup menandinginya.
Bisa
disimpulkan kini kita hidup di tengah kekuatan sihir modernisme yang terus berkembang.
Tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian besar dari kita memang sudah “ takluk ”
dengan kecanggihan teknologi. Kita hidup di mana orang akan sangat panik ketika
bepergian dan lupa membaca power bank ataupun charger gadget
mereka. Tempat-tempat umum seperti restoran, warung makan, bengkel, toko buku
hingga taman berlomba-lomba menyediakan free wifi untuk menggaet
pengunjung datang. Bahkan tak jarang colokan listrik di berbagai tempat sengaja
disediakan untuk mengisi daya bateri bagi yang membutuhkan.
Menjamurnya
media sosial pun telah membawa semacam syndrome yang mengakibatkan
orang-orang hoby meng-update kegiatan mereka bahkan sampai kegiatan yang
sepele. Syndrome ini biasanya menyerang anak-anak remaja yang tengah
dalam masa transisi menuju kedewasaan. Sebagai contoh, ketika hendak makan
tidak sedikit yang update status bahkan diiringi dengan mengunggah foto
makanan mereka ke media sosial, tentu fenomena ini tidak sulit kita temui. Buka
saja facebook kalau mau membuktikan.
Fenomena
tersebut tidak bisa kita hakimi sebagai suatu perbuatan yang benar atau keliru.
Akan tetapi mengindikasikan kecanggihan teknologi, dalam hal ini media sosial,
telah berhasil “ menaklukan ” sebagian dari kita untuk menjadi budaknya. Tidak
lengkap rasanya ketika akan menghadapi suatu momen dalam hidup tanpa share dulu
di medsos ( media sosial ). Bahkan sampai hal yang sifatnya remeh temeh, seperti,
mau makan, mandi, berangkat sekolah, kuliah dan lain-lain.
Hal ini
mengakibatkan terjadinya pergeseran beberapa budaya dalam kehidupan
sehari-hari. Sebelum makan biasanya diawali dengan doa kini telah berganti
menjadi update status, bahkan tidak sedikit yang menyempatkan berdoa
pasca memperbarui status, “ ya Allah, semoga statusku banyak yang like ”, “
semoga statusku ada yang komen” dsb. Dan yang sangat memprihatinkan dewasa ini
adalah kecanggihan gadget telah memudahkan kita untuk menyapa orang yang jauh
namun cuek terhadap orang yang dekat. Fenomena seperti ini akan sangat gampang
kita temui dalam sebuah perkumpulan dan semua yang berkumpul sibuk dengan
gadget masing-masing. Bukankah ini pertanda kita telah ditaklukan oleh
teknologi ? kita telah “ tersihir ” oleh sihir modern !
Positif dan negatif
dari sebuah perkembangan dan kemajuan adalah hal lumrah. Sebagai kosmos terbaik
di alam raya kita dituntut untuk mampu bersikap sebijak mungkin dalam
menghadapi kemajuan arus teknologi informasi. Bijak yang ditandai dengan
memanfaatkan sisi positif dan meminimalisir dampak negatif.
Sihir
tradisional bisa dilawan dengan ajaran-ajaran agama berupa doa untuk
menangkalnya. Akan tetapi sihir modern, kita tidak memiliki doa untuk menolak
bahkan kita tidak bisa menolaknya. Arus modernisasi akan terus berkembang
seiring berjalannya waktu. Menolak modernisasi bahkan hanya akan membuat kita
tertinggal dan berbeda dari yang lain. Mengikuti perkembangan zaman menjadi
sebuah keharusan dewasa ini. Lantas apa
yang harus kita lakukan ?
Orang bijak pernah
bernasihat ; taklukanlah dunia! jangan mau ditaklukan oleh dunia!. Meminjam kalimat
tersebut, yang harus kita lakukan adalah menaklukan teknologi bukan ditaklukan
oleh teknologi!. Kecanggihan dan kehebatan teknologi merupakan produk sejarah
yang harus kita manfaatkan dengan sebaik mungkin. Karena dengan memanfaatkan
dan merekayasa teknologi sehingga menguntungkan bagi kita, itulah pertanda keberhasilan
kita menaklukan teknologi.
Pemanfaatan
teknologi dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan. Mulai dari aspek
ekonomi, hukum, pendidikan, sosial budaya, hingga politik. Akan tetapi ia juga
bisa menjadi “bumerang” jika kita salah kaprah dalam menggunakannya. Sekali
lagi diperlukan sikap kritis dan bijak dalam menghadapi sihir modern ini.
Kesimpulannya,
dewasa ini kita terbagi menjadi dua, kelompok yang ditaklukan oleh teknologi dan
kelompok yang menaklukan teknologi. Orang yang selalu bergantung dan
menghabiskan waktu dengan sedikit manfaat dalam menggunakan teknologi adalah
kelompok pertama. Sedangkan orang yang bergantung pada teknologi namun mampu merekayasanya
menjadi keuntungan termasuk dalam golongan yang kedua.
Pertanyaanya,
dimana kah posisi kita saat ini ? jika
merasa diri masih menjadi orang yang takluk dan “tersihir” semoga anda sanggup
untuk membalikkan keadaan dan menaklukan teknologi itu. Tentunya dengan
menyikapi teknologi dengan bijak dan dewasa. Dan apabila anda telah berhasil
menaklukan teknologi semoga bisa terus mengembangkan kekuatan dan kecakapan
dalam merekayasa sihir modern tersebut dan menjadikannya sebagai media pencipta
keuntungan bahkan melipat gandakan keuntungan. InsyaAllah.
Muhammad Izzuddin
Komentar
Posting Komentar