Yang Salah Siapa; Manusia Atau Bebek?



Kamu suka makan bebek, nggak? Kalau suka, ya udah, makan aja sana! Tapi beli dulu! Jangan nyolong! Nyolong kan haram! Kalau makan yang haram nanti masuk neraka. Di neraka nggak ada bidadari, nggak ada yang enak-enak. Pokoknya serem! Kata ustadzku gitu. Makanya jangan nyolong!
Aku, sejak kelas 6 SD tidak pernah lagi makan bebek. Baik dagingnya ataupun telurnya. Padahal telur asin terkenal banget ya. Terkenal asin. Terkenal enak. Dan lebih mahal dari telur biasa. Cuma, kalau udah makan telur asin atau daging bebek, tubuhku tiba-tiba dipenuhi polkadot kemerahan. (Eh, emang ada ya polkadot tapi merah? – ah, udah, anggap saja ada! Biar tulisan ini bisa lanjut) istilah medisnya; alergi. Kalau pengacara Jessica menyebutnya; alerhi.
Tulisan kali ini memang sengaja aku bikin agak berbeda. Ini gara-gara Pidi Baiq effect. Udah tahu belum Pidi Baiq itu siapa? Dia penulis, dia ilustrator, dia musisi, dia suami dari seorang wanita, dia ayah dari beberapa anak, dan dia... manusia. Sama kayak aku, kamu, Obama, Messi, dan lain-lain. Dia orang Bandung. Bukunya lumayan banyak. Tapi selingkung, diksi, dan gaya bahasanya beda dari penulis-penulis lain.
Enggak salah kan aku mencoba niru beliau? Kalau kamu mau nyalahin aku, bisa jadi kamu belum memahami dengan baik metode ATM (Amati Tiru Modifikasi). Jadi dalam ranah tulis menulis nih ya, mengamati itu dilakukan dengan membaca. Nggak Cuma baca satu tulisan, tapi harus banyak. Harus sering. Juga nggak bisa tulisan dari penulis yang sama. Harus banyak dan beragam. Kemudian meniru kita lakukan dengan mulai menulis. Nggak cukup sekali, semalam, atau hanya sejam. Menulis itu layaknya berjuang; harus konsisten dan disiplin. Nah, tahap akhir;modifikasi akan kita lakukan dengan sendirinya. Lama kelamaan bakalan ketemu kok gaya menulis kita tu cem mane.
Kenapa aku bahas bebek? Bukan karena ngidam makan bebek kok. Atau ngidam selfie bareng bebek. Cuma tadi pagi, waktu lagi buka Instagram, aku nemuin meme yang lumayan menggelitik. Begini ilustrasinya :
Manusia bilang ; Jalan kosong, dia nggak nyebrang, pas kita ngebut pake motor dia nyebrang. Yang dimaksud BEBEK.
Eh, ternyata bebek nggak tinggal diam. Bebek bilang :kita nggak mau nyebrang dia ngga ada, giliran kita mau nyebrang dia ada. Yang dimaksud MANUSIA.



Aku ketawa. Ngakak. Tapi nggak sampai sakit perut sih. Dan suatu kelucuan tak perlu dijelaskan secara ilmiah, baik faktor ontologi maupun epistemologinya. Karena humor itu relatif. Masing-masing punya sense yang berbeda. Kadang ada orang yang gampang banget ketawa, ada juga yang sulit ketawa. Ada yang bisa ketawa karena lihat orang joget-joget nggak jelas. Ada juga yang merasa joget tersebut sama sekali nggak lucu. Jadi, humor itu untuk dinikmati, bukan diperdebatkan.
Dari meme sederhana ini kita bisa menarik banyak pelajaran. Tapi kalau aku tulis semua nanti kalian jenuh membaca. Untuk itulah, dengan berbagai pertimbangan, hanya sedikit yang akan ku uraikan. Satu aja cukup, kan? Satu itu kan termasuk sedikit. Jadi istri satu itu bukannya setia, Cuma sedikit. Hehe.
Dalam meme di atas ada dua tokoh utama; manusia dan bebek. Keduanya sama-sama punya bahasa yang hanya dimengerti oleh spesies masing-masing. Coba ngomong pake bahasa manusia ke bebek. Bebek mana paham. Kalau bahasa isyarat beda lagi. Atau bebek yang ngewek-wek ke manusia. Apa manusia paham? Mungkin Cuma Nabi Sulaiman a.s aja yang paham. Sayang, aku Izzuddin bukan Nabi Sulaiman. Kamu juga, kamu ya kamu, bukan nabi Sulaiman.
Manusia, dalam meme di atas menyalahkan bebek karena dianggap menjadi semacam penghambat kala mereka melintasi sebuah jalan. Kamu pernah liat bebek nyebrang jalan, kan? Nah, sebagai makhluk Tuhan yang beradab kan nggak mungkin kita egois mau pakai jalan sendiri. Bebek juga berhak lewat. Uniknya, kok ya waktu kita ngebut pakai motor gerombolan bebek berbondong-bondong nyebrang. Tapi waktu  jalanan kosong dia malah nggak nyebrang. Suatu kondisi yang cukup mengesalkan bagi beberapa orang.
Di belakang rumah. Di samping pohon mangga. Eh, bukan ding, itu pohon rambutan. Ya, benar, rambutan. Di samping pohon rambutan itu ada kandang yang dihuni oleh gerombolan bebek. Meski hari telah malam tapi mereka belum jua tidur. Insomnia kayaknya. Atau para bebek lagi nunggu pertandingan liga champions malam itu, hehe. Mereka bergibah, tentunya dengan bahasa bebek. Kamu nggak bakalan paham, tapi intinya persis kayak yang di meme.
Bebek nggak terima disalahkan. Karena mereka merasa manusia lah yang salah. Pas mereka nggak mau nyebrang manusia nggak ada yang lewat. Eh, waktu mereka nyebrang, manusia banyak yang lewat. Nah, pertanyaannya sekarang siapakah yang salah; manusia atau bebek?
Meskipun aku manusia aku nggak mau langsung mendukung spesies bernama manusia. Tidak juga bebek, karena yang paling utama bukan siapa salah siapa benar, tapi pesan moral. (ciee pesan moral) udah kayak komen-komen di webtoon aja yak pakai pesan moral segala.
Meme tersebut, disadari atau tidak, secara tidak langsung merpresentasikan fenomena klaim salah-menyalahkan dalam kehidupan sosial akhir-akhir ini. Baik skala besar maupun dalam ruang lingkup sempit. Hal itu disebabkan oleh dua hal, pertama; kita enggan menggunakan perspektif orang lain dalam memandang atau menyikapi suatu realitas. Kedua; kita terlalu egois, mengutamakan kepentingan kita sehingga mengabaikan normalitas tatanan sosial yang harusnya sama-sama kita jaga.
Andai manusia ketika melintasi jalan dan mendapati kafilah bebek tengah menyebrang langsung berfikir menggunakan perspektif bebek, atau lebih mudahnya menganggap diri bebek, niscaya kita akan mengerti dan memaklumi serta mempersilahkan bebek untuk menyebrang dengan selamat sentausa. Tanpa menyalahkan ataupun mengata-ngatainya. Kita juga sadar bahwa bukan Cuma kita yang punya kepentingan menggunakan jalan. Bebek pun berhak. Bukankah Islam itu mengajarkan rahmatan lil ‘alamin. Kasih sayang tidak hanya unutk manusia, tapi juga hewan, tumbuhan, angin, air, mantan, dan lain-lain.
Jadi, siapa yang salah, manusia atau bebek? Silahkan buat konklusi sendiri.

Jogja, 27 Maret 2017
22:33 WIB

Bang Izzu

Komentar

  1. Assalamualaikum.
    Hay kak zuddin permisi saya hadir lagi dlm komentar blog kakak boleh kan kak.Saya harap dan semoga kak zuddin tdk keberatan /pun bosan dan nggak akan pernah bosan dg kehadiran saya. Pun jga dg tulisan yg stiap saya lontarkan dlm komentar blog kakak. Sebelumnya saya minta maaf ya kak utk komentar pertama saya di blog kakak dlm pembahasan "Eris; Si Manis Yang Menginspirasi. Dsitu saya main nylonong aja dlm berkomentar tnpa berkenalan trlbih dahulu dg penulisnya, ya walaupun saya sdh memberikan sdikit kesan agaknya org yg sdh knl bgt tpi tdk byk. Tpi ......saya rasa itu bkn cara yg tepat dan benar ,iya kan kak benar kan kak, ya.... memang ini saya akui setelah dalam kesadaran yg sedasar dasarnya ehh salah deh sesadar sadarnya utk seorang pembaca dlm mendekati dan mencari perhatian penulisnya....ciieeee mendekati.....hhehe tdk.......kak tdk.....hanya bercanda saja sdikit bergurau untuk pancingan semata agar supaya tdk terlalu spaneng dlm mengamati tulisan saya, maksudnya tadi dlm berkenalan kak. Mungkin saya terlalu antusias ingin membalas post dari kakak sehingga saya tak kuasa menahan luapan kegembiraan hingga kehilangan sdikit santun dan etika bahkan menerobos jalur pendahuluan yg semestinya pembaca harus melakukan hal trsebut sebelum memasuki daftar isi dari buku, disitu saya merasa konyol kehilangan konsentrasi yg seharusnya dimiliki oleh stiap pembaca bgaimana cara membaca buku dg tata cara yg tepat dan benar. Parahnya lagi ni kak yg kedua kalinya saya pun juga masih melakukan kesalahan yg sama. Padahal sya tdk mau jatuh kedlm lubang yg sma , tpi apa boleh buat kak saya sudah terlanjur tersandung sebelum mengetuk pintu akhirnya membuat saya jatuh deh kak... jatuh cinta.....ehhh salah jatuh kedalam lubang lagi... yg sma pula... sdikit suntikan lagi ni kak biar spaneng nya tdk berkelanjutan hehe... saya lanjut klarifikasinya ya kak...
    dlm keadaan yg msih labil, bagi saya yg dlunya tdk pernah membaca sbuah blog di sosmed rupanya membuat saya masih banyak menjumpai berbagai kesulitan hingga kebingungan dan tanpa rasa ragu setelah saya membaca daftar isinya ehh dsitu lagi dan lagi saya melakukan penerobosan tingkat dua yg membuat saya kurang peka dan sdikit mengabaikan judul dari buku tersebut, dua kali menerobos dan tak ada satu pun gol yg msuk dlm lawang gwang kategori bagi pembaca yg jenius, tibalah saatnya peluit harus dibunyikan tanda berhenti disitu mengakhiri sgala kesalahan yg telah usai dan akan dilanjutkan dlm babak berikutnya tentunnya dg mengantongi berbagai pelajaran dan pengalaman utk hrus lbih akurat lgi dlm mengatur strategi utk membaca, sdikit gaya bahasa bola kak.. sekedar improvisasi aja sih biar lebih semngat baca lagi hehe.... maaf ni kak jadi byk candaannya dri pda kta bijaknya, tpi utk nglemesin suasana aja sih kak biar kakak tdk tegang dan jenuh saat membaca tulisan saya., tpi kakak jg suka nnton bola kan.
    Lanjut lagi ya kak... itu tindakan yg bodoh hingga mjd catatan bagi saya dimana seharusnya dimiliki oleh stiap pembaca yg cerdas dan cerdik (pukulan yg mendalam bagi diri saya) Kesalahan yg fatal bukan itu kak? itu dalam pembahasan blog kakak
    bgian "Cerpen; Rasa Yang Tak Sampai".
    salam Isy karima
    hiduplah dg mulia

    (alamat
    disembunyikan)
    29 Maret 2017
    penggemar
    bang izzu
    hehe.....
    jadi sekarang...
    salam berteman ya kak...
    semoga ini mjd awal yg berkah dari penerobosan yg sdikit krg menyenangkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wa'alaikumussalam wr wb...
      wah... wah... pagi pagi udah dibikin senyum sama dirimu yang sementara ini saya sapa dengan sebutan "dek", karena belum tahu nama. tapi kalau udah tahu nama pasti saya panggil dengan namamu itu, di depannya dikasih gelar "dek" juga tapi. Andai namamu Eris, hehe, saya panggil dek Eris wkwk.. salam kenal kembali... mohon kritik dan sarannya selalu dek.. semoga kamu selalu sehat wal afiat

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer