Makanan Khas (Mahasiswa) Jogja



Beberapa makanan khas ala (anak kos) Jogja
Setiap sudut Jogja itu romantis. Ngangenin dan berkesan. Maka beruntunglah mereka yang pernah dan tengah merantau di kota tersebut. Jogja adalah sebuah kota kecil namun punya daya tarik besar. Ia bisa dikatakan kota wisata, kota sejarah, kota budaya, hingga kota pendidikan. Kurang apalagi? Bahkan sekarang Jogja tengah menggeliat menjadi kota metropolitan. Meski tentu untuk julukan yang terakhir ini banyak yang menyayangkannya, termasuk saya. Karena kalau sudah jadi kota metropolitan saya khawatir kesederhanaan Jogja akan tergerus oleh kepentingan kapitalis-kapitalis apatis itu.
Tapi saya ndak mau bahas perkara makro seperti di atas. Ribet. Banyak tali temali yang harus dipertautkan agar analisia menjadi jelas. Lagian toh saya bukan asli Jogja, saya khawatir kalau membahas permasalahan Jogja malah salah kaprah. Aku mah apah atuh hanya orang Lombok yang numpang tinggal di Jogja untuk beberapa waktu. Mengukir sejarah hidup bahwa diri ini pernah menghirup udara Jogja, merasakan cuaca panasnya, bercengkrama dengan keramahan masyarakatnya, bercumbu dengan aura romantisnya, dan menikmati kesederhanaanya, termasuk makanannya.
Berbicara makanan khas Jogja tak kan lepas dari Gudeg. Nasi putih dengan lauk telur, nangka, dan sayuran lainnya yang diracik dengan bumbu khusus. Bagi Anda yang ndak suka pedes, Gudeg adalah pilihan cerdas. Sedikit pun Anda tak akan ber-huham huham kepedesan. Gudeg memiliki rasa manis di lidah. Semanis wanita Jawa meski kadang bikin hati teriris. *Baper detected. Ah, sudah, lupakan! Kembali ke pembahasan!
Selain Gudeg, tentu ada banyak makanan khas Jogja. Namun kali ini saya lebih concern membahas makanan khas (mahasiswa) Jogja. Yups, makanan yang enak di perut mahasiswa sekaligus ringan di kantong. Sebagaimana yang dunia ketahui, mahasiswa adalah jenis manusia yang seyogyanya penuh dengan kesederhanaan. Karena tugas utama mahasiswa adalah belajar, bukan berhura-hura ngabisin duit orang tua.
But, before that, for your information, di Jogja ini ada dua tempat nongkrong favorit bagi mahasiswa yang menjunjung tinggi asas kesederhanaan untuk mengisi perut keroncongan mereka; Angkringan dan Warung Burjo. Namun di beberapa tempat saya melihat warung burjo sudah mulai berganti nama menjadi Warmindo, akronim dari Warung Makan Indomie. Yups, di Jogja Indomie teramat sangat superior dibanding mie Sedaap atau Selera Pedas.
Nah berikut beberapa makanan favorit mahasiswa Jogja :
1.      Nastel
Nastel adalah akronim dari nasi telur. Makanan ini sangat sederhana. Nasi putih dibubuhi sayuran, tempe, atau lainnya dan yang pasti, seonggok sebuah telur dadar hangat yang baru diangkat dari wajan. Harga satu poris nastel berkisar 6 – 7 ribu. Hanya saja saat ini sudah sangat langka menemukan warung burjo yang membandrol nasi telur dengan harga 6 ribu rupiah. Inilah dampak kenaikan berbagai komoditi beberapa waktu belakangan.

2.      Indomie
Mahasiswa seluruh Indonesia harus berterima kasih kepada indomie. Dialah penyelamat mahasiswa di akhir bulan. Saat dompet mencekik dan seakan tak ada jalan keluar lain, indomie datang seolah tersenyum dan berkata lirih “Jangan bersedih! Aku bersamamu!”
Indomie di warung Burjo memiliki beberapa varian, antara lain; indomie rebus tante (tanpa telur), indomie goreng tante, indomie rebus telur, indomie goreng telur. Dibandrol dengan harga 5 – 7 ribu rupiah per-mangkok. Dan masih menjadi misteri kenapa indomie bikinan warung burjo lebih enak dari indomie bikinan sendiri

3.      Magelangan
Entah apakah makanan ini berasal dari Magelang sehingga dinamakan magelangan. Ini makanan yang paling saya sukai karena merupakan kompilasi dari 3 makanan favorit saya; nasi putih, telur, dan indomie digoreng jadi satu. Taraaa... jadilah magelangan. Makin perfect dengan tambahan kriuk kerupuk di atasnya. Dibandrol dengan harga 8 – 9 ribu rupiah per-porsi.

4.      Mie dokdok
Nah, ini juga varian indomie ala warung burjo. Hanya saja diberi bumbu-bumbu tambahan diluar bumbu formal indomie. Ada kuahnya juga. Kalau makan mie dokdok biasanya saya juga memesan nasi setengah piring. Biar kenyangnya pool. Untuk harga saya kurang ingat jelas, namun berkisar 9 – 10 ribu rupiah.

5.      Sego kucing + sate usus
Nah ini makanan paling sederhana tapi wenak tenan kalau dimakan sembari bersyukur. Saya tidak akan mendeskripsikan makanan ini (lagi) di sini karena pernah saya ulas juga di goresan yang lain dalam blog ini. Harga satu bungkus nasi kucing berkisar 1 – 2 ribu rupiah. Adapun sate usus normalnya dibandrol dengan harga seribu rupiah per-tusuk. Kalau ke Jogja jangan lupa makanan nasi kucing ini ya, dijamin suasananya bakalan bikin kangen.

Oke, sekian dulu goresan singkat makanan favorit mahasiswa Jogja. Sampai ketemu di goresan selanjutnya...

Jogja, 01 Maret 2017
19:51 WIB

Bang Izzu

Komentar

Postingan Populer