Serendipity ; Kebetulan Yang Menyenangkan
Siang ini novel kedua
Erisca, “Serendipity”, tuntas saya baca. Sama dengan “Dear Nathan”, novel
“Serendipity” ini juga tergolong teenlit. Kalau dalam “Dear Nathan” ada Nathan
dan Salma yang jadi tokoh utama, di “Serendipity” ini ada Arkan dan Rani. Ah,
tapi saya nggak mau bikin sinopsis atau resensinya. Kalau Kalian penasaran
silahkan beli sendiri novelnya. Hitung-hitung sebagai kontribusi dan apresiasi
untuk sang penulis.
Ngomong-ngomong, kalian
tahu nggak “Serendipity” itu apa?. Di sini letak kelihaian Erisca dalam memilih
judul. Bikin penasaran. Memantik gairah kepo para pembacanya. Apalagi
baru di ujung cerita Erisca menguraikan apa sih serendipity itu.
Usut punya usut, ternyata
eh ternyata, Serendipity ini istilah yang ditemukan dalam bahasa Inggris. Pronoun
nya memiliki 5 silabel. Adapun definisinya adalah discovery of something
fortunate: the accidental discovery of something pleasant. Valuable or useful. Intinya,
Serendipity adalah kebetulan atau kejutan yang menyenangkan yang terjadi dalam
hidup kita. Misalnya, kita bertemu dengan seseorang yang kita pikirkan, tanpa
berusaha untuk mencarinya. Atau, kita mendapatkan sesuatu yang kita inginkan,
tanpa berusaha mendapatkannya. (sumber : Google)
Nah, sekarang kita punya
dua kata kunci; kebetulan dan menyenangkan. Simak ilustrasi berikut; Saya ingin
sekali memiliki buku Erisca Febriani. Karena harganya “lumayan”, saya pun harus
menabung dulu (agar tidak mengganggu anggaran makan, minum, dan beli kuota–maklum
anak rantau). Eh, kebetulan sewaktu uangnya sudah cukup ada diskon all item
di toko tempat saya hendak membeli buku tersebut. Walhasil, saya mendapat buku
yang saya inginkan dengan harga lebih murah dan sisa duitnya bisa saya pakai
beli tahu bulat di samping UIN SUKA. Sebuah kebetulan yang menyenangkan bukan?
Ilustrasi berikutnya;
Di suatu senja saya
tengah merindukan seorang sahabat. Sahabat dekat yang cukup berkesan dalam
hidup. Tiba-tiba dia nge-WA saya dan mengatakan bulan depan akan ke Jogja.
Kebetulan banget dan menyenangkan banget, kan? Kan? Kan?
Erisca bertutur lewat
jemarinya bahwa Serendipity itu ada. Terkadang kita sering bertanya “kenapa”
terhadap suatu takdir. Lantas, Tuhan akan menjawab pertanyaan itu dengan cara
yang misterius dan periodik. Seandainya Tuhan menjawab saat itu juga kan kurang
seru. Hehe. Tuhan selalu tahu apa yang terbaik untuk hamba-hamba-Nya. Positif
thinking aja!
Melalui cerita yang ia
uraikan, Erisca juga mengajarkan kepada saya kita bahwa serendipity
sering tidak kita sadari terjadi. Bahkan kerap didahului oleh peristiwa-peristiwa
pahit nan menguras air mata. Seperti yang dialami Arkan dan Rani. Namun,
percayalah! Setiap orang memiliki momentum dan bahagianya masing-masing. Teruslah
bersabar dan tersenyum menyambut takdir demi takdir yang menghampiri.
Saya juga percaya bahwa
setiap orang memiliki Serendipity masing-masing. Semua orang punya “kebetulan
yang menyenangkan”nya masing-masing. Hari ini si A bahagia tapi tidak dengan si
B. Esok lusa kondisinya pasti berbalik. Tak ada kebahagiaan yang abadi. Pun
tidak ada kesedihan yang betah mengungkung. Hidup ini adalah siklus yang monoton
sebenarnya. Kalau nggak senang ya sedih. Kalau nggak ketawa ya cemberut. Dan
serendipity-serendipity kehidupan menjadi bumbu sehingga siklus ini tak terasa
menjemukan.
Jangan kira Serendipity
hanya membuat orang senang. Dalam beberapa kasus serendipity malah menjadi
titik awal sebuah pemikiran yang kelak bermanfaat bagi seluruh manusia. Anda
tentu tahu Isaac Newton? Yups, seorang ilmuwan fisika penemu teori gravitasi
bumi. Teori itu ia temukan ketika secara “kebetulan” kepalanya ditimpa apel
yang jatuh dari atas pohon tempat ia bersandar. Fisikawan lain, Archimedes,
penemu hukum Archimedes ini memahami hukum atau teori yang ia gagas saat
“kebetulan” ia tengah mandi. Bayangkan! Sebuah kebetulan yang tak hanya
menyenangkan, tapi membawa perubahan.
Dan pada hakikatnya,
Serendipity tak bisa kita usahakan “dengan sadar”. Ia adalah hasil dari usaha
yang kita lakukan namun dikemas Tuhan dalam bentuk “kejutan”. Seperti teori di
kalangan enterprenur muslim, bisnis itu usaha, rezeki itu kejutan. Bisa jadi
kita berbisnis di bidang A, tapi
ternyata rezeki malah datang dari bidang B. Sungguh misterius ya? :D
Bagimu serendipity-mu,
bagiku serendipity-ku. Setiap orang punya kebahagiaan dan kesenangannya
masing-masing. Jadi nggak usah maksa orang lain untuk menyenangi apa yang kita
senangi. Apalagi mencintai apa yang kita cintai. Karena setiap orang punya cara
bahagia masing-masing. Hormati kebahagiaan orang lain, niscaya engkau pun akan
dihormati.
Jodohku, dimanapun Kau
berada sekarang, kelak aku akan berbisik di telingamu “Kamu lah
serendipity-ku”. Lalu kita menarik selimut dan beribadah pada Allah dengan penuh
gairah kesyukuran di malam Jum’at yang romantis itu.
Jogja, 12
Maret 2016
14:40 WIB
Muhammad
Izzuddin
Komentar
Posting Komentar