Menghormati Ramadhan




Alhamdulillah ini kali pertama saya berpuasa di tanah rantau. Berpuasa di kota istimewa, kota pelajar, Jogjakarta. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa kota ini banyak dihuni oleh kaum Muhammadiyah. Bahkan di kota inilah salah satu organisasi Islam terbesar itu lahir. Dan sebagai kota tujuan rantauan para pelajar dan pekerja, Jogja pun dihuni oleh masyarakat multikultural, etnis, agama, hingga aliran.
Paling tidak inilah yang saya temukan hampir setahun lamanya tinggal di Jogja. Beberapa budaya orang Muhammadiyah yang kasat mata diantaranya seusai sholat mereka tak berzikir secara jahar (suara dikeraskan), mungkin benar-benar ndak zikir atau zikirnya di dalam hati. Berbeda dengan kaum nahdliyin yang seusai sholat selalu zikir dan doa bersama-sama.
Dalam pelaksanaan tarawih pun ada perbedaan. Namun perbedaan ini bukan lah hal baru. Para sahabat sejak dahulu pun sudah berbeda pendapat. Namun perbedaan tersebut tidak menimbulkan perpecahan, sebaliknya, perbedaan itu menjadikan hidup jadi lebih berwarna dan memantik sikap saling menghormati antar sesama.
Saya memutuskan melaksanakan sholat tarawih perdana tahun ini di Laboratorium Agama Masjid UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta. Sengaja memilih masjid ini lantaran lumayan dekat dari kos. Kalau masjid kampus saya mah agak jauh dari kosan. Lagian saya pun sudah merasa nyaman dengan keberadaan UIN sejak dari dalam kandungan. Haha.
Isya’ untuk wilayah Jogja dan sekitarnya tiba pada pukul 18:45 WIB. Namun baru menjelang pukul 8 malam kami mulai solat tarawih karena sebelumnya ada tausyiah yang disampaikan rektor UIN SUKA sekaligus membuka acara “Ramadan bil jami’ah” di kampus tersebut. Rektor baru UIN SUKA ini suka ngebanyol. Berkali-kali ia melontarkan joke-joke segar nan menggelitik. Apa yang beliau sampaikan pun menurut saya sangat menarik. Tentang lailatul qodr, i’tikaf, dan desertasi. Ketiganya dikaitkan dengan teori yang beliau sampaikan. Canggih tenan regh. Hanya saja mohon maaf, saya ndak ngebahas itu dalam goresan kali ini. Mungkin di lain waktu, insya Allah.
Sebelum pelaksanaan sholat tarawih, Takmir masjid menyampaikan beberapa pengumuman dan yang paling penting yakni hasil sidang isbat Kementerian Agama RI terkait penetapan 1 Ramadhan 1437 H. Alhamdulillah tahun ini kita bisa melaksanakan puasa bersama-sama. Hilal sudah terlihat. Perhitungan pemerintah dan Muhammadiyah sama persis. Puasa pun diawali hari ini.
Saat takmir masjid menyampaikan hal tersebut seluruh jama’ah melafadzkan hamdalah. Alhamdulillahi robbil ‘alamin. Sebagai manifestasi syukur dan bahagia kembali bersua dengan Ramadhan yang penuh berkah.
Sodara-sodara yang berbahagia!
Ada sebuah hadist yang teramat masyhur di telinga kita
من كان يؤمن بالله و اليوم الأخر فليكرم ضيفه
“Barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir hendaklah ia memuliakan tamunya” (HR. Bukhari no.6018, Muslim no. 47).
Inilah dalil yang memotivasi dan memantik kaum muslim menjadi tuan rumah yang baik. Memuliakan tamu, melayani tamu, dan menganggap tamu adalah raja. Karena kita percaya datangnya tamu pasti membawa keberkahan. Kala ada orang datang bertamu seyogyanya ia datang membawa keberkahan dan rizki dari Allah SWT.
Nah, sekarang seluruh muslim tengah mendapat tamu agung bernama Ramadhan. ia tak hanya membawa keberkahan namun membawa segala macam kebaikan yang tak didapatkan di bulan-bulan lain. 10 hari pertama bertamu ia membawa rahmah (kasih sayang), 10 hari kedua memberi magfhirah(ampunan), dan 10 hari terakhir memberi itqun min an-nar (pembebasan dari api neraka).
Pertanyaan sekarang “apakah kita orang-orang beriman?” jika jawabannya iya mari buktikan keimanan itu. Caranya ? ya menjalankan perintah hadits nabi diatas, memuliakan tamu, Ramadhan kan tamu kita to ? jadi cara membuktikan keimanan adalah dengan menghormati bulan Ramadhan itu sendiri.
Caranya gimana ? ndak ada cara lain kecuali beramal solih, baik dalam ibadah vertikal maupun horizontal. Karena dengan amal solih lah Ramadhan akan memberikan kita rahmah, maghfirah, dan itqun min an-nar.
Ramadhan memiliki banyak nama lain, syahrul mubarok (bulan penuh berkah), syahrul qur’an (bulan al-Qur’an), hingga syahrul ibadah (bulan ibadah). Karena memang benar, Ramadhan adalah momentum tepat meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah.
Maka, mari perbaiki ibadah spiritual dan ibadah sosial kita. Ibadah spiritual dengan menjaga perkara-perkara wajib dan berusaha mendirikan ibadah-ibadah sunnah. Lalu ibadah sosial dilakukan dengan menghormati dan menyayangi sesama. Bukan kah salah satu hikmah disyariatkannya puasa Ramadhan adalah agar kita bisa merasakan lapar yang kaum mustad’afhin (lemah ekonomi) rasakan? Agar kita merasakan bagaimana pedihnya tak makan seharian sehingga sadar masih banyak saudara-saudara kita yang harus dibantu.
Semua pihak harus menghormati tamu agung ini, dari rakyat hingga pejabat, ekonomi lemah sampai yang ekonomi wah, semua tanpa terkecuali harus menghormati Ramadhan jika mereka benar-benar punya iman. Pemerintah harus tegas menutup tempat hiburan selama Ramadhan. Selama sebelas bulan lainnya mereka tak pernah diganggu mabuk, maksiat, hingga seks bebas. Bahkan pemerintah melindungi mereka dengan peraturan (ah, lucunya negeri ini). mbok ya sekarang sebulan libur lah dari rutinitas kayak begitu. Hormati kami yang puasa. Jangan mengira kami egois padahal kalian sendiri yang egois. Asemmm!!!! Astagfirullah, bulan puasa harus puasa juga bilang asem. Eh kok saya bilang asem lagi. Haduh..haduh -_-
Rakyat biasa pun demikian, baik yang muslim maupun non muslim. 84% masyarakat Indonesia lagi berpuasa, hormatilah hak dan kewajiban mereka. Jangan diganggu dan digoda dengan hal-hal yang menyulut emosi. Para pelaku ekonomi makro dan mikro pun demikian. Jangan yang dipikirin untung dan laba melulu. Percuma laba usaha ente milyaran dolar tapi ndak berkah.
Dan di sisi yang lain saya mengapresiasi banyak pihak yang telah menunjukkan rasa hormat mereka pada bulan ini. Sebuah resto di Jakal KM 9 menyediakan buka puasa gratis tis tis setiap hari senin dan kamis. Saat hendak membayar, kasir dan pelayannya akan menolak dan berkata “bayar pakai do’a saja ya, mas, mbak, terima kasih”. Saya sengaja ndak sebut nama resto nya, kalau mau tahu ya usaha sendiri dong. Hehe. Ini benar lo, teman saya yang kebetulan tempat tinggalnya dekat dari resto itu yang cerita.
Ribuan masjid juga menyelenggarakan buka puasa bersama, tausyiah bakda subuh dan tarawih, serta lembaga-lembaga sosial yang dengan ringan tangan menggelontorkan dana, berlomba-lomba bersedekah. Saya doakan semoga rizki kalian ndak Cuma melimpah tapi juga berkah. Karena hanya rizki dan harta yang berkah lah yang akan menjadikan kita mukmin kuat, baik secara fisik, mental, dan fiskal. Dan jangan salah, Ramadhan ini pun melatih dan menempa kita untuk menjadi pribadi yang lebih tangguh dan kuat dari sebelumnya.
Akhirnya, mari semarakkan Ramadhan. Hormati ia dengan amal dan ibadah. Semoga berkah selalu melimpah. Aamiin Ya Robbal ‘Alamin.
Isy karima !! hiduplah dengan mulia!

Jogjakarta, 06 Juni 2016
1 Ramadhan, 1437 H
09:11 WIB

Bang Izzu

NB : monggo yang berminat simak ulasan saya tentang mengkritisi hegemoni menyambut Ramadhan di yutub, silahkan KLIK DI SINI

Komentar

Postingan Populer