Mengapa Shaf Tarawih Semakin Maju ???




Assalamu’alaikum wr wb....
Gimana puasanya ? gimana tarawihnya ? tadarus ? dan gimana ngabuburitnya ? semoga semuanya lancar jaya saja ya, sodara-sodara. Alhamdulillah, kita sudah memasuki hari ke-4 Ramadhan. Artinya kita masih dalam 10 hari pertama di bulan Ramadhan.
Berdasarkan hadist nabiyullah Muhammad SAW, Ramadhan terbagi menjadi 3 sesi. 10 hari pertama adalah sesi dimana Allah memberikan rahmah-Nya, 10 hari kedua adalah waktu dimana Allah mencurahkan maghfirah, dan 10 hari terakhir adalah momen untuk itqun min an-naar.
Rahmah secara etimologi berarti kasih sayang. Allah adalah rabb Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kita semua tahu itu dan menyadarinya, to ? tak ada keraguan atas pernyataan ini. Kita bisa bernafas, makan, minum, main facebook, hingga tidur nyenyak, semua adalah bukti kasih sayang Allah. Bukti betapa Allah Maha Pengasih dan Maha Tidak Pilih Kasih.
Coba aja kalau Allah pilih kasih, mereka yang bermaksiat pasti ndak dapat rahmat. Mereka yang koruptor mana bisa hidup bergelimang harta. Dan mereka yang kafir mana mampu hidup nyaman. Tapi lantaran Allah tak pernah pilih kasih kepada seluruh makhluk-Nya, kita semua, Alhamdulillah masih bisa hidup dengan baik dan bahagia meski dosa tak henti tertuai. Kurang baik dan kurang sayang apa lagi coba Allah ke kita ?
Maghfirah terambil dari kata ghafara yang artinya mengampuni. Menilik wazan (timbangan gramatika bahasa)nya, maghfirah, insya Allah kalau saya ndak khilaf dikategorikan masdar mimi (kata kerja yang dibendakan). Jadi dari segi kebahasaan kita bisa menarik kesimpulan bahwa maghfirah adalah waktu dosa diampuni, tempat dosa diampuni, atau pengampunan dosa. Ketiganya yata’allaq ba’dhahum ba’dha, berkaitan satu sama lain. Wes, kalau ndak mudeng maghfirah itu intinya pengampunan atas dosa-dosa.
Dan 10 hari terakhir di bulan Ramadhan adalah waktu untuk itqun min an-naar (pembebasan dari api neraka). Inilah puncak dan prestasi paling luhur dari ibadah Ramadhan. Karena itu, Nabi Muhammad SAW senantiasa mengencangkan ikat pinggang dan menghabiskan banyak waktu untuk iktikaf di masjid. Padahal beliau nabi lo, ma’shum (tak berdosa), dan dijamin masuk surga, tapi masih tetap saja rajin beribadah. Bagaimana dengan kita ? Malu sama Rasulullah, rek.
Nah, sodara-sodara, terkait 3 sesi Ramadhan ini, di malam ketiga Ramadhan saya mengikuti ceramah tarawih yang disampaikan oleh salah seorang dosen sekaligus kiyai di Laboratorium Agama Masjid UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta–mohon maaf saya lupa nama lengkap beliau–yang menyampaikan bagaimana Rasulullah SAW begitu antusias dan semangat menyambut Ramadhan.
Hal ini bisa dilihat dari do’a yang Rasulullah SAW selalu panjatkan sejak 2 bulan sebelum Ramadhan datang :
اللهمّ بارك لنا فى رجاب و شعبان و بلّغنا رمضان
“Ya Allah berkahi kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikan kami kepada bulan suci Ramadhan”
Doa ini Rasulullah panjatkan sejak bulan Rajab, lalu berlanjut di bulan Sya’ban hingga akhirnya tiba di bulan Ramadhan. Rasulullah SAW antusias saat hendak bersua dengan bulan mulia ini. Beliau meningkatkan frekuensi ibadah, memperbanyak sedekah, dan mulai melakukan persiapan-persiapan ruhaniah lainnya seperti puasa sunah dan lain-lain. Pokoknya Rasulullah mulai warming up lah
Pertanyaannya sekarang, apakah dalam menyambut Ramadhan kita melakukan preparation (persiapan) seperti yang dilakukan Rasulullah ? mungkin iya, tapi apakah sejak 2 bulan sebelumnya kita sudah antusias dan bersiap-siap ? belum tentu! Wong iklan sirup marj*an aja muncul H-30 sebelum puasa kok. Kadang-kadang, kita tersadar Ramadhan akan segera tiba ketika menyaksikan iklan-iklan berbau puasa di televisi, atau melihat meme-meme di Instagram. Mungkin sedikit diantara kita yang sadar Ramadhan segera tiba saat menapaki awal bulan Rajab. Betul ndak ? Ya Allah, ampuni kelalaian kami!
Kembali ke do’a Rasulullah di atas. Pada bulan Rajab dan Sya’ban Rasulullah meminta berkah. Berkah menurut istilah ialah ziyadatul khair fil khair, “bertambahnya kebaikan di dalam kebaikan”. Jadi segala hal yang baik, kuantitas dan kualitasnya ditambah itulah yang dinamakan berkah. Baik ibadah personal lebih-lebih ibadah sosial. Jadi keberkahan meskipun abstrak, sebenarnya bisa dilihat dari prilaku dan prestasi seseorang.
Ada satu hal menarik yang disampaikan oleh sang penceramah malam itu terkait fenomena tahunan di bulan Ramadhan ketika tarawih. Di awal-awal Ramadhan masjid pasti penuh, bahkan meluber sampai ke luar masjid saking banyaknya. Tidak hanya solat tarawih, tapi juga sholat fardhu berjama’ah. Di mushola fakultas saya, orang-orang sampai antri untuk menunaikan sholat zuhur, saking penuhnya. Namun seiring berjalannya waktu, shaf yang penuh tersebut pasti mengalami kemajuan.
Memasuki pertengahan Ramadhan mulai maju, maju, dan terus maju, hingga menyisakan beberapa shaf saja di penghujung Ramadhan. Hal seperti ini terjadi di banyak tempat. Kira-kira kenapa kok kayak gitu ya, Sodara-sodara ?
Apakah mereka bosan ? ya, bisa jadi, mungkin bagi mereka solat tarawih 8 atau 20 raka’at lebih berat dan melelahkan ketimbang joging 5 KM non stop. Atau bisa saja melangkah ke masjid di dekat rumah terasa jauh ketimbang jalan-jalan ke mall berburu baju lebaran. Atau malah acara bernafaskan Ramadhan di TV lebih menarik ketimbang mendengarkan ceramah tarawih setiap malamnya. Wallahu a’lam.
Menjawab hal tersebut, sang penceramah mengaitkan 3 sesi Ramadhan dengan kemajuan shaf salat tarawih. Di 10 pertama Ramadhan kasih sayang Allah diturunkan. Biasanya yang beribadah banyak. Ini menandakan kasih sayang Allah itu tak berbatas. Merata untuk semua orang. Mau dia rajin beribadah atau pas-pasan seadanya Allah ndak pilih kasih. Semuanya sama-sama dikasih rezeki, oksigen, harta, hingga kebahagiaan. Jadi wajar di awal-awal Ramadhan yang beribadah banyak karena kasih sayang Allah berlaku untuk banyak orang juga.
Selanjutnya, memasuki 10 hari kedua, shaf salat tarawih makin maju. Yang tadinya 8 shaf kini maju jadi 6 shaf. Hal ini sesuai dengan maghfirah yang Allah berikan. Allah boleh saja memberi kasih sayang ke semua orang tapi maghfirah hanya diberikan untuk mereka yang benar-benar berusaha dan menginginkannya. Semoga kita yang nanti tetap menghidupkan malam Ramadhan di 10 kedua hingga 10 terakhir termasuk orang-orang yang mendapat maghfirah. Aamiin.
Dan 10 hari terakhir adalah fase dimana shaf shalat tarawih mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dari 10 shaf bisa tersisa hanya 1 – 2 shaf saja. Di saat yang bersamaan, 10 hari terakhir Ramadhan adalah fase itqun min an-naar (pembebasan dari api neraka). Kalau kita perhatikan ada cocoklogi antara kemajuan shaf tarawih dengan itqun min an-naar ini. “Lah, cocokloginya dimana, Bang?”. Sedikit orang yang menghidupkan malam-malam terakhir di bulan Ramadhan adalah simbol hanya segelintir orang yang mendapatkan itqun min an-naar. Yakni mereka yang bersungguh-sungguh, memiliki kemauan kuat, ikhlas dan istiqomah beribadah. Mereka lah yang akan mendapatkan predikat itqun min an-naar. Apakah kita termasuk diantara segelintir orang tersebut ? semoga saja.
‘IsyKarima!!! Hiduplah dengan mulia!!

Jogjakarta, 09 Juni 2016
4 Ramadhan 1437 H
10:30 WIB

Bang Izzu

Komentar

Postingan Populer