5 Alasan Kenapa Saya Suka Baca Mojok



Sebagai seorang pembaca pemula, sebisa mungkin saya berusaha tak melewatkan satu hari pun tanpa membaca (Ini bukan riya’ lo ya). Sabtu dan Minggu menjadi hari yang paling saya tunggu lantaran di hari itu bisa membaca lebih banyak dari hari lainnya. Mungkin ini juga salah satu hikmah saya masih sendiri, seandainya saya punya someone bisa saja weekend saya lalui dengan mencurahkan perhatian dan waktu untuknya. Maka berbahagialah bagi kita yang masih jomblo.
Saat ini saya tengah membaca karya Tan Malaka, Madilog, sudah seperempatnya saya baca. Insya Allah hari Minggu besok sudah tuntas dan jika diizinkan akan saya ulas secara singkat dalam blog ini. Insya Allah.
Selain membaca buku dalam bentuk hardcopy saya juga memanfaatkan tablet untuk membaca berbagai macam hal di internet. Baik blog, website, maupun timeline sosial media. Nah salah satu laman yang kerap saya kunjungi adalah mojok.co 

sumber : mojok.co

Dan sudah menjadi konsensus makhluk bernama manusia bahwa tidak ada akibat tanpa sebab, hukum kausalitas. Saya menyukai buku ada sebab dan alasannya, saya memilih menjomblo pun bukan tanpa alasan, pun sering membaca laman mojok.co–jika punya kuota–adalah akibat dari sebab-sebab yang akan segera saya jabarkan sebagai berikut ;
Update Setiap Hari
Saya lupa sejak kapan menyukai laman ini, tapi kalau ndak salah gara-gara sahabat saya, Getar, sering nge-share postingan mojok.co di Facebook akhirnya lama kelamaan saya mulai doyan dan ketagihan membaca isinya. Dari sejak pertama kenal hingga hari ini (dengan catatan ; selagi punya kuota), mojok.co selalu update setiap hari. Otomatis ada saja hal baru yang saya dapatkan ketika mengunjungi laman ini. sederhananya : nambah ilmu.
Kontributor yang beraneka ragam.
Jika alasan pertama terlalu mainstream dan cenderung universal, sabar dan teruslah membaca, saya sengaja naruh faktor pembeda mojok.co dengan website lain di bagian akhir. Biar Njenengan baca semuanya, nggak setengah-setengah. Wong masuk Islam aja kita disuruh kaffah apalagi memasuki blog orang ^_^. Haha.
Kontributor di mojok.co berasal dari berbagai etnis, agama, budaya, dan profesi. Ini membuktikan betapa mojok.co merupakan suara rakyat yang sesungguhnya. Hidup mojok!!!
Beraneka ragamnya spesies kontributor di mojok.co membuat pembaca bisa melihat suatu realitas, isu, atau permasalahan dari perspektif orang lain. Mojok.co juga menyediakan wahana untuk mengomentari sebuah tulisan, jadi kalau Anda tidak setuju dengan isi postingan mereka, bakar saja!! Eh, salah ding, komen saja maksudnya.
Sedikit Nakal
Nah, ini nih salah satu perbedaan mojok.co dengan website lain. Dikemas dengan agak nakal, dalam artian mojok.co selalu berani menampilkan atau mewacanakan sesuatu dengan perspektif yang unik dan memang nakal. Misalnya, beberapa waktu lalu saat Risma santer dikabarkan hendak maju Pilkada DKI untuk menjadi penantang Ahok, mojok.co dengan nakalnya membuat suatu artikel yang melihat dua pemimpin ini tidak dari perspektif politik praktis, tapi malah dari segi budaya pisuh-memisuh. Bukannya mengkomparasi kinerja, profil, atau bahkan elektabilitas mereka akan tetapi membandingkan gaya, style, dan trend pisuh-memisuh antara ibu kota dan kota industri itu.
Pernah juga mojok.co membuat artikel dengan tajuk “syiah bukan Islam, sunni juga bukan Islam”. Andai Habib Riziq Syihab melihat judulnya tok mungkin kantor mojok.co akan dikepung FPI. Tapi seandainya Habib Riziq lanjut membacanya sampai tuntas saya yakin ia pasti akan tersenyum dan bergumam “Asem, hampir aja saya suudzon”.
Dapat mufradat baru
Mayoritas kontributor mojok.co berasal dari Jawa, khususnya Jogjakarta, karena memang kantor redaksinya berada di kota Gudeg ini. Selingkung ala mojok.co yang popular membuat saya pribadi enjoy dalam membacanya. Dan tidak saya pungkiri, gaya tulisan saya di blog ini pun terkontaminasi oleh selingkung ala mojokiyah.
Banyak kosakata yang saya dapatkan dari membaca mojok.co. Seperti ; endas, asu, cocot, dan berbagai pisuhan lainnya. Paling tidak saya tahu bahwa kosa kata tersebut adalah kosa kata terlarang dalam budaya Jawa, sehingga sebisa mungkin saya berusaha tidak mengucapkannya kala berinteraksi dengan orang Jawa, apalagi gadis Jawa.
Ada pula kosakata Njenengan, yang diambil dari Panjenengan. Kata ini satu makna dengan pelungguh/pelinggih dalam bahasa sasak. Tapi ada juga kosa kata yang belum saya pahami konteks penggunaannya ; ndilalah. Awalnya saya pikir mufradat ini berasal dari bahasa Arab ; dalla-yadullu-dilalatan yang bermakna menunjukkan, tapi sepertinya bukan ee. Ah, biar waktu yang kan memahamkan saya. #UhukUhuk.
Selain bahasa daerah, tak jarang mojok.co mengajarkan saya kosakata ilmiah yang dipleset-plesetkan. Misalnya proletar-borjuasi, istilah kelas sosial ini malah diplesetkan ke dalam dunia asmara, proletar cinta misalnya, dianggap sebagai kelas terendah dan paling hina dalam hierarki struktur cinta kekinian. Kosakata seperti itu memaksa saya membuka kamus untuk mencari tahu makna sesungguhnya, jika tak menemukannya dalam kamus barulah saya bertanya pada Google.
Menghibur
Kenakalan selingkung ala mojokiyah tak hanya – sedikit – mencerdaskan, namun juga menghibur. Membaca mojok membuat saya sadar bahwa kelucuan itu ada di mana-mana. Hidup yang asyik ini terlalu mubazir jika diseriusi. Konflik Mario Teguh-Kiswinar misalnya, itu lucu lo kalau kita mau kritisi dan isengi. Tapi sayangnya watak masyarakat Indonesia yang baperan membuat mereka ikut emosi dan merasa berkepentingan untuk membela salah satunya. Semoga saya dan Njenengan tidak termasuk di dalamnya.
Jika tidak percaya pada 5 alasan saya di atas, monggo kunjungi langsung mojok.co. Nih saya kasih link-nya [KLIK DI SINI]. Tapi saran saya, bagi Anda yang mengkalim diri sebagai muslim kaffah, individu tanpa dosa, atau golongan yang hobi melihat “kekurangan” golongan lain tok, jangan baca deh. Soalnya kalau Anda naik darah saya ndak mau tanggung jawab.
Tulisan mojok harus dicerna dengan perspektif yang nakal juga. Biar dapat gitu poin dan ide yang ingin disampaikan oleh kaum mojokiyah.
Dan untuk menutup goresan ini, saya minta doa, semoga tulisan saya bisa tembus mojok.co. Sampai saat ini, kurang lebih 10 kali saya mengirimkan artikel tapi ditolak terus. Alasannya cuma satu, tulisan Anda kurang nakal. Ini sama saja dengan cewek yang menolak kita dan beralibi “Kamu terlalu baik buat aku”. Terlalu baik sama aja dengan kurang nakal. Untuk itu saya tengah termotivasi sekali untuk menakalkan diri dalam hal pikiran dan tulisan. Wes, jangan suudzon.
Terima kasih yang sudah baca.
‘IsyKarima!!! Hiduplah dengan mulia

Jogjakarta, 29 September 2016
17:19 WIB

Muhammad Izzuddin

Komentar

  1. Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
    Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kbagi.com untuk info selengkapnya.

    Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer