MTQMN XV ; Ini Cuma Lomba (Part 2)

Seperti janji saya di postingan sebelumnya, kali ini saya akan membongkar rahasia keberhasilan meraih prestasi terbaik 2 dalam ajang Debat Ilmiah Kandungan al-Qur’an berbahasa Arab yang menjadi salah satu cabang yang dilombakan dalam MTQMN XV. Selamat membaca, semoga bermanfa’at!



Do’a dan dukungan
Ini rahasia pertama, kami selalu berdo’a dan meminta dukungan pada kedua orang tua, keluarga, dan sahabat-sahabat tercinta. Do’a merupakan manifestasi dari pengakuan dan ketulusan mengikut-sertakan Allah dalam setiap langkah ikhtiar yang kita lakukan. Sehingga entah keberhasilan atau kegagalan yang diraih nanti, insya Allah bisa disikapi dengan bijak dan baik. Kalau menang ya itu kehendak Allah, kalau kalah pun berarti Allah belum mengizinkan kita meraih apa yang kita mau. Protes? Mengeluh? Atau depresi? Oh, tidak!! itu bukan kelakuan orang beriman. Hehe.

Berani berkorban
Untuk membeli smartphone paling mutakhir Anda harus merogoh kocek lebih dalam. Tapi untuk membeli ponsel biasa (bukan ponsel pintar) kocek Anda tidak harus dirogoh dalam-dalam amat. Semakin besar sesuatu yang kita inginkan makin besar pula usaha dan pengorbanan yang harus dilakukan. Kalau nggak mau berusaha, malas berjuang, dan ogah berkorban, lebih baik jangan mimpi ketinggian. Kadang kita nggak bisa jadi pribadi yang terlalu utopis. Menjadi realistis adalah pilihan rasional utamanya bagi kalian yang telah dan akan beranjak dewasa.
Tahadduts binni’mah, saya dan Rafika, insya Allah sudah berkorban jauh-jauh hari sebelum hari H pelaksanaan lomba. Kami mengorbankan waktu libur bersama keluarga. Kami kembali ke Jogja lebih awal untuk persiapan. Di saat kampus masih sepi dari aktivitas akademik, kami telah duduk-duduk di depan perpus pusat sembari memacu logika memikirkan 30 mosi yang harus disiapkan. Bahkan Rafika, seingat saya, jatuh sakit hingga dua kali. Untungnya dia masih bisa bertahan hidup. Wkwk.
Kami juga berkorban perasaan lo!!! Karena di tengah perjalanan menuju MTQMN Tuhan pasti mengirimkan oknum-oknum yang ditugasi untuk melemahkan semangat dan menjatuhkan mental kami. Entah dengan meragukan, menyangsikan, atau bahkan menertawakan apa yang tengah kami usahakan. But, it’s doesn’t matter. Anjing menggonggong kafilah tetap berlalu. SBY-Prabowo ketemuan Jokowi tetap jadi presiden. Fokus pada tujuanmu! Abaikan apa yang pantas untuk diabaikan.
من حسن إسلام المرء تركه ما لا يعنيه
“Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat” (HR. Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah no. 3976)

Tiga T (3T)
Eits, jangan salah!! 3T di sini bukan Terluar, Terdepan, dan Tertinggal ala-ala Kementerian Desa. Akan tetapi sebuah mantera dan rahasia teknis yang kami terapkan langsung di arena debat. Kalau dua rahasia sebelumnya kan di lakukan pra-lomba, nah khusus rahasia yang satu ini kami implementasikan ketika lomba tengah berlangsung. Saat kami duduk di kursi panas, disaksikan dewan hakim dan penonton, dan bersitatap dengan lawan dengan jarak hanya beberapa meter.
3T itu adalah Tenang, Tegas, dan Tulus. Tenang berhadapan dengan siapapun lawan, angkatan berapapun dia, bodo amat latar belakang akademiknya apa, dan sehabat apapun lawanmu kau harus tetap tenang. Pun ketika pengundian mosi dan case building, ketenangan menjadi faktor penentu sebaik apa performamu di atas panggung nanti.
Lalu Tegas. Tegas apapun posisi yang kau dapatkan. Entah menjadi tim afirmasi atau oposisi. Ketika menjadi tim afirmasi kau harus tegas mendukung mosi tersebut sekalipun bertentangan dengan hati nuranimu. Karena biar bagaimana pun ini cuma lomba, Bung. Bukan perkara ideologis yang fundamental. Pun saat kau mendapat peran sebagai tim kontra atau oposisi, mau bagaimana pun hatimu setuju dengan mosi yang ada Kau harus tegas menolak dengan mengerahkan segenap pikiran dan strategi yang matang. Karena sekali lagi, ini Cuma lomba!

ketika di babak perempat final


Dan yang terakhir, Tulus. Tunjukkan kemampuan terbaikmu dengan ketulusan. Jangan berharap juara, pun jangan menaruh asa untuk menjadi pemenang. karena ketulusan sulit muncul jika ada syarat yang mengganjal dalam hati. Untuk menjadi tulus, seyogyanya tipsnya sangat sederhana, kau cukup berprinsip harus melakukan yang terbaik semampumu. Itu saja! Selepas itu hasilnya tinggal menjadi bonus. Yang pasti kau sudah berusaha dengan maksimal! Kalau kau gagal karena usahamu kurang maksimal maka sangat pantas kau kecewa dan merana. Tapi saat kau merasa sudah maksimal berusaha namun hasilnya masih tak sesuai harapan jua, percayalah kau tak akan kecewa apalagi merana. karena kau telah berhasil memberikan penampilan terbaik yang kau bisa.

Semoga tiga rahasia ini bisa bermanfaat untuk siapa saja. Amiinn Ya Rabbal ‘Alamin.

Jogja, 6 Agustus 2017
23:51 WIB


Bang Izzu

Komentar

Postingan Populer