Menilik Peluang Kader-Kader NW di Pilkada Serentak 2018
Salah satu agenda saya
selama libur semester genap tahun ini ialah mengikuti berbagai kegiatan
organisasi Nahdlatul Wathan (NW). Awalnya saya hanyalah nahdliyin (orang
NW) biasa, dalam artian tidak menduduki posisi apapun di struktur organisasi.
Namun sejak dua bulan terakhir saya tergabung dalam salah satu badan otonom
organisasi terbesar di NTB itu, yakni Himmah (Himpunan Mahasiswa) Nahdlatul
Wathan. Alhasil saya berkewajiban untuk ikut berkontribusi kepada organisasi
melalui kegiatan-kegiatan internal yang diselenggarakan.
Kegiatan-kegiatan itu
antara lain; silaturahmi dengan Ketua IV PBNW yang juga Ketua DPRD Kabupaten
Lombok Timur, ayahanda H. Khairul Rizal, S.T. Dilanjutkan dengan berpartisipasi
dalam turnamen futsal antara cabang Himmah se-Indonesia. Alhamdulillah Himmah
NW Jogja keluar sebagai jawara setelah di partai puncak mengalahkan Himmah NW
Malang. Seminggu berselang kami melaksanakan Silaturahmi Nasional Himmah NW
Se-Indonesia yang dipusatkan di Madani Camp, Sedau, Narmada.
Dan salah satu kegiatan
yang paling penting ialah Halal Bi Halal dan Konsolidasi Internal Organisasi NW
guna menyongsong Pilkada serentak 2018 mendatang. Dalam acara itu Ketua Umum
PBNW, Dr. TGB. KH. M. Zainul Majdi secara resmi mengumumkan empat kader terbaik
NW untuk maju dalam kontestasi pilkada serentak tahun depan (2018). Mereka
adalah H.M. Rum untuk calon Walikota Bima, HM. Syamsul Lutfi sebagai calon
Bupati Lombok Timur, TGH. Hasanain Juaini sebagai calon Bupati Lombok Barat,
dan Dr. Ir. Hj. Siti Rohmi Djalilah sebagai calon Gubernur NTB.
![]() |
sumber : Lombok Post |
Dalam arahannya TGB
menuturkan bahwa penentuan empat calon terbaik ini telah melalui proses panjang
dan banyak pertimbangan. “Sudah tidak ada diskusi-diskusi lagi, kini saatnya
bergerak dan bekerja!” kurang lebih begitu seruan TGB.
Lantas bagaimana peluang
ke-empat kader terbaik NW dalam pilkada serentak 2018 mendatang?
Berbicara peluang mah
pasti ada. Hanya saja bagaimana dan seperti apa para kader dan warga nahdliyin
memanfaatkan “peluang” itu menjadi kunci utama apakah kader NW berhasil
keluar sebagai pemenang atau justru harus menelan kekalahan.
H.M. Rum (Calon
Walikota/Wakil Walikota Bima)
Beliau adalah mantan
Sekda Kota Bima. Saat diwawancarai Lombok Post, HM. Rum mengatakan belum
mendapat instruksi resmi dari PBNW terkait penunjukkan dirinya sebagai kandidat
orang nomor 1 atau nomor 2 di Bima. Hanya saja beliau lebih prepare sebagai
wakil saja. Salah satu yang dipertimbangkan adalah background karir
beliau yang notabene seorang birokrat bukan politisi. Rasanya ia akan mampu
bekerja optimal jika ditempatkan sebagai wakil wali kota nantinya. Apabila NW
legowo mengajukan H.M. Rum sebagai calon wakil walikota, saya percaya akan
banyak yang “naksir” beliau.
H.M. Syamsul Lutfi
(Calon Bupati Lombok Timur)
Beberapa hasil survei
menunjukkan bahwa kakak dari Gubernur NTB ini memiliki popularitas dan
elektabilitas tertinggi dibanding calon-calon lain. Kalau beliau dan tim sukses
serta seluruh warga NW tetap kompak dan terus bergerak bukan tidak mungkin
kursi Lotim 1 akan berhasil diraih.
Beberapa kandidat yang
patut diperhitungkan antara lain H. Sukiman Azmy dan H. Haerul Warisin yang
notabene saat ini masih menjabat sebagai Wakil Bupati Lombok Timur. Terkait siapa
calon wakilnya, H.M. Syamsul Lutfi tidak mau gegabah. Banyak variabel yang
dipertimbangkan agar elektabilitas yang kini beliau miliki dapat terdongkrak
dengan hadirnya calon wakil yang tepat. Menarik kita nantikan siapa kira-kira
sosok yang akan mendampingi HM. Syamsul Lutfi untuk bertarung di pilbup Lombok
Timur 2018 mendatang
TGH. Hasanain Juaini
(Calon Bupati Lombok Barat)
Sosok Sekretaris Jendral
PBNW yang juga pimpinan Pondok Pesantren Nurul Haramain NW Narmada ini muncul
sebagai kejutan di kontestasi pilbup (pemilihan bupati) Lombok Barat. Baru
beberapa waktu belakangan nama beliau muncul sehingga dari survei-survei yang
sudah dilakukan oleh beberapa lembaga nama beliau belum menjadi salah satu
opsional. Namun munculnya TGH. Hasanain Juaini semakin menambah keseruan dinamika
politik di Kabupaten Lombok Barat. Banyak orang yang beranggapan “Kini, Fauzan
Khalid (calon petahana) punya lawan kuat.”
Seluruh kader NW dan
Partai Demokrat dipastikan all out memenangkan TGH. Hasanain Juaini.
Selain itu, sosok beliau yang low profile alias bersahaja membuat beliau
mudah diterima oleh berbagai kalangan. Beliau bukan hanya Tuan Guru yang
ceramah di podium tapi juga bergerak di lapangan. Kecintaannya pada lingkungan
telah menghantarkan beliau menerima Ramon Magasasay Award di Filipina 2011
lalu. Hutan lindung Sedau di Narmada yang kini hijau dan subur itu dulunya
tandus bin kering. Tapi berkat tangan dingin TGH. Hasanain Juaini, kini
warga sekitar sudah bisa menikmati hasil dari potensi alam yang Tuhan titipkan.
Meski belum ada hasil
survei resmi namun figur TGH. Hasanain dan organisasi NW yang mendukungnya
diyakini menjadi modal kuat yang patut diperhitungkan calon lain. Artinya yang
akan memilih beliau bukan hanya orang NW namun juga orang non NW. Menarik untuk
menantikan siapa kandidat wakil bupati yang akan mendampingi Mamiq Hasanain.
Dr. Hj. Siti Rohmi
Djalilah, M.Pd (Calon gubernur/wakil gubernur NTB)
Ketua Pimpinan Pusat
Muslimat NW ini muncul sebagai satu-satunya srikandi yang sudah terang-terangan
siap bertarung di pilgub 2018 mendatang. Namun apakah beliau maju sebagai calon
gubernur atau wakil gubernur nantinya ditentukan oleh kerja dan usaha jama’ah
NW, begitu ujar TGB dalam konsolidasi internal NW se-NTB. Sederhananya;
tergantung elektabilitas Ummi Rohmi.
Hasil survei resmi
terbaru akan rilis bulan Oktober mendatang. Artinya saat ini mesin organisasi
NW dan Partai Demokrat tengah bergerak untuk mendongkrak popularitas dan
elektabilitas Ummi Rohmi. Pemilih di Provinsi Nusa Tenggara Barat diyakini
makin cerdas. Mereka tidak akan memilih karena pertimbangan “siapa kakeknya calon
A” atau “siapa adiknya calon B”. Potensi, kinerja, dan kemampuan menjadi
variabel utama. Meski tidak bisa dipungkiri berbagai isu akan siap “digoreng”
oleh tim sukes masing-masing calon untuk meningkatkan elektabilitas jagoannya
sekaligus menurunkan popularitas lawan politiknya.
Track record Ummi Rohmi sebagai pemimpin pun cukup
baik. Beliau pernah menjadi Ketua DPRD Kabupaten Lombok Timur, Pimpinan Pusat
Muslimat NW, serta rektor yang berhasil membawa STKIP Hamzanwadi
bertransformasi menjadi Universitas Hamzanwadi. Hanya saja tantangan yang perlu
dihadapi oleh Ummi Rohmi dan tim suksesnya adalah fakta di lapangan bahwa sosok
pemimpin wanita di NTB masih belum bisa diterima oleh seluruh masyarakat NTB.
Apalagi jika menilik sejarah ke belakang perpecahan di tubuh NW salah satu
penyebabnya ialah kubu NW Pancor (pimpinan TGB) tidak terima Ummi Raehanun
sebagai pimpinan organisasi karena beliau adalah wanita. Saya yakin fakta
historis ini akan menjadi isu yang sedap “digoreng” oleh lawan politik beliau.
Jika NW “rela” mengusung
Ummi Rohmi hanya sebagai calon wakil gubernur saya percaya beliau akan banyak
yang “lamar”. Akan tetapi jika NW teguh mencalonkan beliau sebagai gubernur,
diperlukan usaha keras, strategis, dan taktis untuk–dalam jangka pendek
ini–meningkatkan elektablitas Ummi Rohmi. Apalagi Ummi Rohmi dan relawannya
sudah kalah start dibanding calon kuat lain macam H. Suhaili FT, HM. Ali
Bin Dachlan, dan juga TGH. Ahyar Abduh.
Jogja, 20
Juli 2017
17:37 WIB
Izzuddin
Komentar
Posting Komentar