ajaran sosial ilmu nahwu



Sebagai bagian dari tullab ( mahasiswa ) MDQH NW Pancor bergelut dengan teks arab gundul adalah makanan kami sehari-hari. Meskipun tidak semuanya kami pahami bahkan cenderung lebih banyak yang belum kami pahami dengan baik. Itulah proses yang tengah kami tempuh untuk menjadi orang-orang mumpuni dalam teks arab gundul. Amiinn. Oleh sebab itulah pelajaran ilmu dasar bahasa arab adalah kekasih kami selama di ma’had. Nahwu dan sharaf adalah bapak dan ibu ilmu. Dua pelajaran inilah yang kami pelajari sejak tingkat 1. Adapaun balagah, mantik, ‘aarud, dll akan kami pelajari di tingkatan yang lebih tinggi.
Untuk ilmu nahwu kitab formal kami di dalam kelas ialah at-tuhfatu as-saniyah. Sebuah kitab kecil berisi tanya jawab kaidah-kaidah nahwu. Substansinya tidak jauh beda dengan kitab matn al-jurumiyah hanya metode penulisannya sedikit berbeda. matn al-jurumiyah ditulis berbentuk uraian-uraian perbab sehingga mempermudah pelajar menghafalkannya sedangkan at-tuhfatu as-saniyah sendiri ditulis berbentuk tanya-jawab. Ada pertanyaan disusul jawaban dari pertanyaan tersebut. dua kitab ini sama-sama bagus dan menjadi dasar pembelajaran bahasa arab.
Ketika itu kami tengah mengkaji kitab at-tuhfatu as-saniyah bersama TGH. Hasan Basri. Pembahasan tentang kalam isim fiil ( halaman 45 dst ).  Ada beberapa kaidah / ibarat yang ( mungkin ) secara tidak sengaja termaknai dari sisi berbeda oleh pikiran saya yang hobi iseng ini. :D. Tapi maknanya justru bagus dan memotivasi ( bagi saya dan menurut saya lho, menurut pembaca mungkin berbeda atau bisa jadi sama ). Maka dengan penuh rasa syukur dan tanpa bermaksud mengurangi ataupun mencederai makna kaidah yang sesungguhnya melalui tulisan ini saya akan membahasnya secara ringkas.
Kaidah itu berbunyi :
لان الضمة اقوى الحركات
“ karena sesungguhnya dommah adalah harokat ( baris ) yang paling kuat ”
Ibarat ini sebenarnya menjelaskan tentang mengapa lafadz     منذ   berbaris dommah. Dommah menurut kaidah nahwu merupakan harokat ( baris ) yang terkuat. Namun jika kita maknai secara harfiah dan tidak dari sudut pandang nahwu maka maknanya pun jadi tidak kalah bagus dan indahnya saudaraku. Lafadz   الضمة   makna sebenarnya adalah berkumpul. Karena itulah dalam kitab fath al-qorib mushanif ( pengarang ) kitab tersebut menjelaskan bahwa kitab secara harfiah maknanya adalah berkumpul atau terkumpul, saat itu si empunya kitab menggunakan kalimat   بالضم والجمع.
Sedangkan lafadz الحركات  secara harfiah maknanya pergerakan. Tentu kita sudah sangat familiar dengan kaidah al-harokah barokah bukan ? dalam pergerakan, aktiftas terdapat berkah. Maka jika memaknai ibarat ini dengan makna harfiahnya kita akan mendapatkan makna kurang lebih seperti ini “ karena sesungguhnya berkumpul ( bersatu ) adalah pergerakan yang paling kuat ”. maksudnya apa ? jika bersatu, bekerja sama, saling mendukung maka apa saja yang kita lakukan akan lebih mudah kita dapatkan dan tentunya tahan lama saking kuatnya.
Ada pesan sosial yang tersirat dari kaidah nahwu yang satu ini. Pesan agar kita tidak tercerai berai melainkan bersatu, berkumpul dan saling membantu untuk mencapai target atau harapan bersama. Sebuah bangsa tidak akan bisa berjalan dengan baik jika komponen yang ada di dalamnya tidak bersatu. Bahkan jangan terlalu tinggi lah mengambil perumpamaan. Jangakan dalam sebuah bangsa, dalam sebuah keluarga pun jika masing-masing anggota keluarga tidak saling mendukung (tidak bersatu) maka sulit bahkan mereka hampir kita pastikan tidak bisa mendapatkan apa yang mereka hajatkan.
Sebaliknya, jika seluruh komponen keluarga bersatu dalam satu tujuan, harapan, dan bersama dalam menjalankannya maka kita bisa pastikan mereka akan menjadi keluarga yang kuat. Lalu harapan mereka bagaimana? Akan lebih gampang untuk dicapai. Misalnya, seorang anak dalam sebuah keluarga bercita-cita menjadi dokter. Lantas ayah dan ibu serta saudara-saudara mereka bersatu untuk membantu si anak meraih cita-citanya. Ayahnya bekerja dengan giat, ibunya membimbing di dalam rumah serta tidak lupa mereka mendoakan anak mereka. Si anak pun belajar dengan giat guna  menyongsong cita-citanya tersebut tentu kemungkinan terwujudnya keinginan si anak terbuka lebar. Karena seluruh keluarga bersatu dan bersama mewujudkannya.
Namun jika si anak ingin jadi dokter, tapi orang tuanya lebih menghendaki si anak menjadi petani tentu tidak terjadi sinergi antar anggota keluarga bukan ? benarlah adanya bahwa persatuan, kerjasama, saling membantu dan mendukung adalah pergerakan yang paling kuat. Bahkan pada hal buruk sekalipun. Orang yang melakukan tindakan kejahatan berjamaah biasanya akan lebih rapi daripada dilakukan individual ( ini bukan pengalaman saya lho, saya bukan pelaku tindak kejahatan :D, bisa di cek di kantor polisi ^_^ ). Tapi tentu saya yakin, siapapun anda, saudara-saudara saya yang membaca tulisan ini adalah orang-orang baik yang benci kejahatan. Maka kita terapkan ajaran sosial ilmu nahwu ini pada sektor-sektor kebaikan dalam kehidupan kita. Semoga Allah memberkahi.
Jika kita menganalogikan lagi pada anatomi kita selaku makhluk tersempurna diantara seluruh makhluk ciptaan Allah perhatikanlah tangan anda ( sekarang juga perhatikan ! ) anda punya berapa jari ? normalnya lima bukan ? jika ada yang kurang ataupun lebih tetap harus disyukuri!. 5 jari apabila bersatu dan kompak apa sih yang tidak bisa terpegang olehnya ? pegang buku ? oke !! angkat batu ? bisa !! lempar kecoak ? apalagi!!! tapi bayangkan jika jari-jari kita nggak kompak !! maksud hati hendak mengambil batu tapi hanya jari telunjuk saja yang mencoba mengambil tanpa dibantu 4 jari yang lain, bisakah batu itu terangkat hanya dengan jari telunjuk yang berusaha ? bayangkan dalam imajinasi anda niscaya anda temukan jawabannya! ( itupun selagi imajinasi anda masih normal dan jiwa serta fikiran anda masih sehat, hehe, pastinya dong ya ) :D akan tetapi jika kelima jari kita berkumpul dan bersatu, pasti batu tersebut bisa terambil, terangkat, dan melemparnya pun akan lebih kuat.
Diri kita pun demikian. Ketika kita memiliki sebuah keinginan, lalu pikiran, hati, lisan, dan seluruh anggota badan bersinergi mewujudkannya maka kekuatan untuk mencapai keinginan itu akan lebih kuat. Ingin menjadi orang berilmu maka pikiran dan hati harus wellcome alias ahlan wa sahlan terhadap segala ilmu yang baik-baik. Tangan digunakan untuk menulis, telinga guna mendengarkan ilmu-ilmu dari para guru, kaki dilangkahkan menuju majlis ilmu, otak pakai untuk berpikir kritis. Sinergikan semuanya maka kita akan memiliki kekuatan maksimal untuk mendapatkan ilmu atau apa saja yang kita inginkan. Namun jika pikiran, hati, lisan dan fisik kita yang lain tidak bersatu dan kompak, tentu sulit untuk meraih apa yang diharapkan. Ingin jadi orang berilmu, pikiran digunakan belajar tapi kaki dilangkahkan ke tempat-tempat yang sia-sia belaka, mata dipakai melihat hal-hal yang justru menjadi pencegah ilmu itu masuk ke dalam hati. Maka bagaimana kita akan memiliki kekuatan maksimal untuk mendapatkan apa yang kita inginkan ? marilah kita satukan segala kekuataan yang kita miliki untuk melakukan kebaikan guna mendapat yang terbaik. Sinergikan semuanya sesuai dengan potensi yang Allah titipkan. insyaAllah anda akan menjadi lebih kuat ! pribadi yang tangguh !
ternyata ilmu nahwu memiliki sisi lain yang begitu menakjubkan ! mengajarkan kita ilmu sosial secara tersirat. sosial umum maupun sosial bagi diri kita pribadi.
subhanaAllah, saya bersyukur pada rabb yang maha mengetahui telah memberikan pelajaran tersirat dari sebuah kaidah ilmu nahwu. Luar biasa benar yang namanya ILMU. Semakin kita gali semakin banyak hal baru yang kita temukan. Namun tentu semuanya membutuhkan waktu dan proses. Saya selalu berazam ingin menjadi orang yang berilmu namun terkadang konsistensi begitu sulit diterapkan. Mungkin karena faktor lingkungan, umur yang masih labil, dan lain sebagainya. Tapi saya bersyukur jauh dalam lubuk hati ini, keinginan untuk menjadi budak ilmu tetap terpatri dalam sanubari meskipun semangat naik turun. Semoga jika kita masih malas, malas kita tidak berlama-lama, dan jika kita sudah semangat, semoga bisa terjaga dan terus meningkat. Salam hangat ! salam semangat menuntut ilmu. Wallahu a’lam.

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer