filosofi cinta dari ilmu nahwu
Beberapa
waktu lalu dua orang kawan saya semasa di aliyah dulu menghubungi saya meminta
pertolongan. Kebetulan mereka adalah sepasang kekasih. Pacaran sejak aliyah. Si
laki-laki sahabat dekat saya dan si wanitanya pernah satu kelas dengan saya
saat tsanawiyah. Mereka bukan memintai tolong saya untuk menjadi saksi di
pernikahan siri mereka, tidak ! tapi konon kabarnya dan dari status FB mereka
ada permasalahan pelik yang mereka hadapai. Datang orang ketiga dalam hati si
wanita yang juga mantannya sendiri. Parahnya lagi sang wanita tak kuat godaaan
dan akhirnya ia pun menjalin hubungan lagi dengan mantannya itu.
Jelas bagi
sahabat saya ini ia tersakiti. Tak rela dirinya diduakan, apalagi mereka sudah
lama pacaran, lebih dari satu hari. Lama kan ?? :) hehe.. Pokoknya lebih dari
setahun lah ! ia ingin kejelasaan dan ketegasaan dari si wanita apakah ia
memilih mantan pacarnya atau memilih dirinya. Akhirnya setelah perdebatan dan
konflik yang cukup pelik “ katanya sih gitu ” si wanita pun memilih mantannya alias
kekasih barunya itu. Putus lah sahabat saya ini dengan si wanita.
Lantas
apakah yang terjadi saudara-saudara pasca si lelaki di putuskan oleh si wanita
? apakah ia akan bunuh diri dengan menggantung diri di pohon cabe ? kita liat
episode selanjutnya. Pagi itu sahabat saya yang baru saja menjadi jomblo lagi
setelah sekian lama berpacaran mengirim pesan singkat ke hape saya, “ izz,
refreshing ayoq, mw hilangin stres nih ”. bukannya saya tidak mau menemani dia
tapi di waktu yang bersamaan saya dan teman-teman mahad kedatangan tamu agung
Dr. Muhammad Ismail Zain al Makiy. Saya lebih memilih untuk mengikuti pengajian
dari Syaikh Ismail Zain tersebut.
Singkat
cerita akhirnya pada suatu sore ia datang ke kos saya dengan HP nokianya yang canggih
itu. Hpnya keren lho, ada senternya, keren kan :D. Ia terlihat sedang
berhallo-hallo ria menggunakan Hp itu. Lambat laun saya pun tahu ternyata ia
sedang berbicara dengan mantan kekasihnya yang baru kemarin putus. Konon,si
wanita sekarang berubah pikiran. Lebih memilih sahabat saya daripada pacar
barunya itu. Setelah berargumen yang tidak terlalu panjang ia meminta saya
berbicara pada mantannya itu guna memberikan saran dan masukan. Saya pun
menyanggupi. Bismillahirrahmanirrahim !!
Setelah saya
mencari tahu akar permasalahannya melalui beberapa pertanyaan layaknya seorang
bos sedang menginterview calon karyawannya saya pun mengetahui ternyata si
wanita sedang dilema berat. Ia sayang sama dua-duanya ( sahabat saya dan lelaki
yang satunya ), ia ingin membahagiakan keduanya dan nggak mau menyakiti
kedua-duanya. Dia mengaku dirinya egois tapi itulah yang ia rasakan sekarang.
Saya yang notabennya calon psikiater nggak jadi ini akhirnya mencoba memberia
pandangan obyektif, tidak memihak ke salah satu lelaki, berusaha senetral mungkin.
Saya bilang bahwa segala sesuatu itu butuh pengorbanan, mau nggak mau anda
harus mengorbankan salah satunya, pilih yang paling buat anda nyaman dan
mantapkan hati! Anda tidak bisa jalan dengan dua-duanya apalagi anda adalah
seorang wanita.
Ya !! kemampuan
saya hanyalah sekedar memberi masukan dari sudut pandang saya sendiri.
Selebihnya kan terserah mereka mau menjalankannya atau mencari jalan keluar
yang lain. Setelah sekian lama ngomong kesana kemari saya pun mengembalikan HP
tersebut pada sahabat saya, ia pun kembali berbicara dengan mantannya itu. Dan
butuh hanya beberapa menit setelah itu akhirnya si wanita mengambil keputusan
untuk menjalani hubungan bersama sahabat saya ini. Ciye.. yang balikan padahal
baru kemarin putus :D.
Beginilah
hidup. Dalam segala sendi kehidupan cobaan dan godaan akan selalu ada. Dan
sesuai dengan yang termaktub dalam al quran bahwa cobaan dan godaan yang Allah
berikan sesuai dengan kemampuan kita, kan Allah sendiri yang bilang :
ﭽ ﯗ ﯘ
ﯙ ﯚ ﯛ ﯜ ﭼ
Allah
tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya
Jadi
seyogyanya cobaan dan godaan yang dihadapi oleh dua orang sahabat saya itu bisa
mereka hadapi. Allah tidak mungkin zolim terhadap hamba-Nya dengan menguji
melebih batas mampu mereka. Jadi ketika cobaan dan godaan datang menghampiri
kita, yakinlah dan katakan pada diri “ selamat datang cobaan! Ahlan wa sahlan
godaan! Kata tuhan-Ku dalam kitab suci, kami mampu untuk menghadapimu, karena
tuhan kami tak mungkin menzolimi kami, bismillah ” mintalah pertolongan dan
dekatkan diri pada Allah, insyaAllah masalah, cobaan, godaan dan sebagainya itu
akan menjadikan kita lebih dewasa dalam berfikir, bertindak, dan berkata.
Sahabatku
dimanapun berada, jika sahabat tahu ilmu nahwu atau pernah mempelajari ilmu
nahwu tentu sudah sering mendengar kaidah li ajli ‘adami iltiqooi as
sakinain ( dua baris sukun tidak bisa bertemu, tidak bisa terbaca ),
misalnya pada lafadz
الصلاة قد قامت
lafadz ta’ dan alif sama-sama berbaris mati. Lantas bagaimana langkah
agar lafadz ini bisa terbaca ? kaidah
nahwu pula yang akan menjawabnya
الكسرة اصل الصل التخلص من التقاء الساكنين
Baris bawah
adalah baris yang bisa menjaga ( membebaskan ) dari bertemunya dua sukun. Saya
tergoda untuk menganalogikan permasalahan cinta yang dihadapi sahabat saya
dengan kaidah nahwu ini. Dua sukun tidak bisa bertemu, jika mereka bertemu maka
tidak akan bisa terbaca. Begitupun dua cinta yang masuk pada sebuah hati tidak
akan pernah bisa ketemu titik terangnya. Apalagi itu adalah hati seorang
wanita. Persis dengan apa yang ingin dilakukan oleh si wanita. Membahagiakan
keduanya, tidak menyakiti keduanya, dan menjalin hubungan bersama keduanya.
Tidak bisa berjalan, kalau pun berjalan pasti banyak konflik dan beban pikiran.
Maka langkah yang harus diambil agar bisa berjalan mau tidak mau salah satunya
harus dikorbankan, persis seperti dua huruf berbaris sukun yang bertemu. Salah
satunya harus rela dibaris bawahkan agar bisa terbaca.
Semoga
tulisan singkat ini tidak memberikan dampak negatif bagi saya pribadi maupun
pembacanya. Jika ada yang tengah menghadapi dilema seperti sahabat saya
tersebut mungkin ajaran nahwu yang bisa kita bahasakan filosofi cinta yang ada
dalam ilmu nahwu itu bisa menjadi solusi agar semuanya bisa berjalan. Saya si
pemuda yang penuh kealfaan meminta maaf lahir bathin. Wallahu a’lam.
Komentar
Posting Komentar