Mengapa Harus Pulang?
Bagi perantau, pulang ke
kampung halaman adalah ritual yang sangat dinantikan. Bersua dengan keluarga
besar, sanak saudara, sahabat masa kecil, hingga kenangan-kenangan yang
terpatri kuat dalam benak. Pulang adalah liturgi yang tak perlu definisi dan
elaborasi. Ia hanya perlu dieksekusi dengan segenap ketulusan agar lebih
berkesan di dalam hati.
Kita tak bisa memilih
lahir dari keluarga seperti apa, berjenis kelamin apa, dan di lahirkan di tanah
yang mana. Semuanya mutlak menjadi hak prerogatif-Nya. Namun kita bisa
menentukan destinasi mana saja yang hendak kita kunjungi untuk mengarungi
hidup. Bahkan memilih untuk tidak kemana-mana dan mendekam di kampung halaman
pun menjadi salah satu pilihan yang dapat dipertimbangkan.
![]() |
sumber : Kompasiana |
Bagi kalian yang
memutuskan merantau dengan berbagai alasan, entah pendidikan, pekerjaan,
ataupun pelarian, coba jawab pertanyaan ini; mengapa harus pulang? Ya, mengapa
Kamu harus pulang? Mengapa Kamu harus meluangkan waktu untuk sejenak
meninggalkan rutinitas di tanah rantau dan kembali ke pelukan kampung halaman?
Jika pertanyaan itu
dilayangkan kepadaku, izinkan diri ini mencoba memberi jawaban. Jawaban atas
pertanyaan semacam itu tentu akan selalu subyektif. Maka apa yang kugoreskan tolong
jangan di-judge sebagai sebuah kesalahan atau kebodohan. Melalui tulisan
aku hanya ingin meluapkan perasaan yang tak terungkapkan.
Pulang tak hanya melulu
tentang rindu. Ia adalah bentuk perjuangan melawan ego yang mengungkung jiwa.
Karena di kampung halaman ada kerinduan lebih yang mengharapkan kita untuk
menyemainya dengan kehadiran dan kedatangan kita. Kerinduan yang terkadang
sering kita abaikan lantaran terlalu sibuk atau bahkan teramat asyik berada di
tanah rantau. Pulang adalah jalan keluar mengikis ego semacam itu.
Di sisi lain pulang pun
seyogyanya bisa ditafsirkan sebagai pelarian. Tak melulu bahagia yang kita
rasakan di tanah rantau. Kadang sendu pilu mengikis kalbu. Pulang ibarat tuma’ninah
dalam sholat. Mengambil sedikit jeda untuk kemudian kembali ke dunia nyata dengan
segala dinamikanya. Menghadapinya dengan kuda-kuda tegap agar tak ambruk di
tengah perjuangan. JANGAN KASIH KENDOR, KOMANDAN!!!
Pulang juga mengajarkan
bahwa kita memang akan kembali pulang. Pulang ke tempat asal. Kita yang tadinya
tidak ada kemudian menjadi ada dan akan kembali lagi menjadi sebuah
“ketiadaan”. Maka selagi diri ini masih ada seyogyanya kita memanfaatkan
keberadaan diri ini agar lebih bermakna. Agar sewaktu kembali menghadap
kehadirat-Nya, kita nggak terlalu bikin Dia kecewa. Hehe.
Pulang itu satu kegiatan
banyak makna. Multitafsir, multimakna, dan multimodus. Namun jangan pernah
abaikan bahwa apa yang kita lakukan ketika pulang akan sangat berpengaruh pada
kondisi dan psikis kita ketika kembali to the real life, dunia
nyata. Maka mari gunakan waktu kepulangan dengan sebaik-baiknya agar tak
sekedar pindah tempat makan, tidur, dan buang air. Hidup sekali maka jadikan
hidupmu berarti!
Lombok, 27
Desember 2017
21:32 WITA
Bajang Lombok
Catatan : Jangan lewatkan tips-tips menghemat uang buat anak kos di bawah ini
Komentar
Posting Komentar